BI Arahkan Bank Syariah ke Sektor Produktif

Selasa, 18 Desember 2012 – 08:10 WIB
JAKARTA - Upaya mendorong intermediasi perbankan ke sektor-sektor produktif terus dilakukan. Kali ini, Bank Indonesia (BI) menyiapkan lima strategi untuk menggenjot peran dan kinerja bank syariah di tanah air.

Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengatakan, lima strategi tersebut merupakan sentuhan terakhir BI sebelum 2014 nanti menyerahkan pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Yang pertama, mengarahkan pembiayaan bank syariah ke sektor produktif," ujarnya Senin (17/12).

Menurut Halim, bank syariah yang selama ini lebih banyak berkutat di pembiayaan-pembiayaan korporasi sedang dan besar, ke depan harus mulai naik kelas untuk membiayai proyek-proyek strategis. "Misalnya, infrastruktur seperti konstruksi, listrik, maupun gas," katanya.

Halim mengatakan, jika ingin berkembang lebih pesat, perbankan syariah juga harus mulai masuk ke pembiayaan-pembiayaan yang selama ini lebih banyak dikuasai perbankan konvensional. "Misalnya, sektor pertanian, industri kreatif, maupun UMKM," sebutnya.

Strategi kedua, lanjut dia, adalah mendorong pengembangan produk-produk perbankan yang memenuhi kebutuhan masyarakat. Ke tiga, BI akan berkoordinasi lebih intens dengan OJK untuk persiapan transisi 2014. Ke empat, mendorong sinergi bank syariah dan bank induk kalau bank tersebut memiliki bank induk agar tercipta efisiensi, kompetensi, meningkatkan pelayanan. "Ke lima, mendorong sosialisasi dan edukasi sektor perbankan syariah," paparnya.

Menurut Halim, strategi tersebut diperlukan untuk menggenjot kinerja bank syariah. Dia mengakui, sampai saat ini pertumbuhan perbankan syariah terus menunjukkan tren positif. "Tiap tahu, rata-rata pertumbuhan aset bank syariah mencapai kisaran 40 persen," ujarnya.

Data BI menunjukkan, hingga akhir Oktober 2012, total aset perbankan syariah di Indonesia mencapai Rp 178,6 triliun atau 4,4 persen dari total aset perbankan konvensional. Aset itu merupakan akumulasi dari 11 bank umum syariah, 24 unit usaha syariah, 156 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan 2.574 jaringan kantor syariah.

Bagaimana proyeksi kinerja bank syariah 2013? Halim mengatakan, BI sudah membuat proyeksi berdasar skenario pesimis, moderat, dan optimis. "Jadi, kisaran pertumbuhannya sekitar 36 - 58 persen," ujarnya.

Halim menyebut, skenario pesimis terjadi jika ekspansi perbankan syariah tersendat karena faktor terbatasnya pendanaan (keuangan), serta menurunnya kinerja perekonomian nasional. Skenario moderat terjadi jika akselerasi perbankan syariah terus berlanjut.

Adapun skenario optimistis terjadi jika ekspansi bank syariah meningkat signifikan melalui pembukaan-pembukaan jaringan baru, spin off Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi Bank Umum Syariah, serta adanya konversi bank konvensional menjadi bank syariah. "Untuk funding, akan sangat signifikan jika dana pemerintah ditempatkan di bank syariah," jelasnya.

Menurut Halim, jika skenario optimis bisa terjadi, maka pertumbuhan bank syariah akan sangat signifikan. Misalnya, total dana pihak ke tiga (DPK) bakal mencapai Rp 186 triliun, total pembiayaan Rp 222 triliun, dan aset menembus Rp 296 triliun. "Itu yang kita kejar," ucapnya. (owi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Optimalkan Potensi Umrah

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler