jpnn.com - JAKARTA - Inflasi yang berasal dari harga komoditas rawan gejolak (volatile foods) menjadi perhatian serius Bank Indonesia.
Pasalnya, sebagian pendapatan masyarakat habis untuk komoditas volatile.
BACA JUGA: Inilah Rekomendasi Saham-saham yang Layak Dikoleksi
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara memprediksi, peran volatile foods dalam indeks harga konsumen tiga bulan ke depan dominan.
Sebab, konsumsi masyarakat pada akhir tahun biasanya meningkat.
BACA JUGA: Ingat, Konglomerat Ini Jadi Kunci Penting Kesuksesan Tax Amnesty
Karena itu, BI mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam negeri.
Hal itu berguna untuk mengurangi tekanan inflasi dan menekan impor yang mengurangi cadangan devisa.
BACA JUGA: Urbanisasi Dorong Peningkatan Kebutuhan Rumah di Perkotaan
’’Untuk tahun ini, dengan perlahan-lahan dikeprasnya impor, cadangan devisa kembali naik seratus persen menjadi USD 113 miliar,’’ katanya di Jakarta kemarin (3/10).
Untuk memantau harga pangan, BI berencana membuat sistem informasi harga pasar di seluruh Indonesia. Sistem tersebut segera diintegrasikan ke daerah.
Sebab, komponen volatile foods di daerah menjadi penyumbang inflasi yang paling dominan. ’’Karena itu, angka inflasi nasional jadi tinggi,” ucapnya.
Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Noor Yudanto menyarankan pemerintah menyegerakan kenaikan sejumlah komponen administered price (harga yang dikendalikan pemerintah).
Misalnya, tenaga listrik dan elpiji tiga kilogram. Menurut dia, harga kedua komoditas sebaiknya dinaikkan setelah puncak konsumsi. Yakni, Lebaran pada Juli lalu.
Penyebabnya, inflasi tercatat menurun setelah Lebaran sehingga saat ini adalah waktu yang tepat untuk menaikkan harga.
’’Kami sudah mengusulkan (kenaikan tarif dasar listrik dan elpiji tiga kilogram, Red) kepada pemerintah. Tapi, keputusan kenaikan kan berada di tangan DPR, bukan hanya pemerintah,’’ ungkapnya.
Kenaikan tarif dasar listrik diperkirakan menyumbang kenaikan inflasi 0,8 persen. Sementara itu, kenaikan harga elpiji tiga kilogram berkontribusi 0,3 persen.
Jika keduanya dinaikkan sekaligus, kontribusi terhadap inflasi tahunan diperkirakan 1,1 persen.
Pemerintah memang berencana menaikkan tarif dasar listrik untuk lebih dari 18 juta pelanggan PLN kategori 900 VA dan 450 VA.
Harga dinaikkan karena DPR memangkas subsidi listrik dalam APBN tahun depan. Namun, kenaikan harga diperkirakan terlaksana akhir tahun ini.
Pemerintah juga berencana membatasi subsidi elpiji tiga kilogram hanya bagi masyarakat miskin. Namun, rencana kenaikan harga memasuki tahap simulasi. (rin/c16/noe/jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PLN Berhasil Lakukan Penghematan Rp 891 miliar
Redaktur : Tim Redaksi