jpnn.com - JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin menetapkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) tetap di level 7,5 persen. Bank sentral tetap melanjutkan kebijakan moneter ketat untuk mencapai target inflasi akhir tahun 4,5 persen plus minus 1 persen, serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, meskipun negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang sudah mencatatkan pemulihan ekonomi, bank sentral masih mewaspadai berlanjutnya ketidakpastian global.
BACA JUGA: Dahlan Lega, Hari Ini AP I Kelola Terminal II Bandara Juanda
"Risiko itu masih kami cermati. Seperti risiko normalisasi kebijakan The Fed dan risiko melambatnya ekonomi Tiongkok," katanya di Gedung BI kemarin (13/2).
Selain mempertahankan BI rate, otoritas moneter juga mempertahankan suku bunga lending facility dan suku bunga deposit facility, masing-masing tetap pada level 7,5 persen dan 5,75 persen.
BACA JUGA: Pengoperasian Terminal II Bandara Juanda Terganjal TNI AL
Nilai tukar rupiah menguat bersamaan dengan keputusan RDG kemarin. Kurs tengah BI mencatat rupiah berada di level Rp 12.073 per USD, menguat dibandingkan sehari sebelumnya di Rp 12.115 per USD.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kenaikan BI rate sejak pertengahan tahun lalu yang mencapai 175 basis poin telah berdampak pada menurunnya ekspektasi inflasi.
BACA JUGA: Menpera Minta Pemda Bentuk Dinas Perumahan
"Pasca kenaikan BBM ekspektasi inflasi 9 persen. Namun angkanya turun pada triwulan empat 2013. Jadi 2014 ini kami optimistis BI rate dapat membentuk sasaran inflasi," jelasnya.
Kendati demikian, pihaknya tetap mewaspadai kenaikan inflasi inti yang meningkat akibat tren pelemahan rupiah yang memicu kenaikan harga beberapa kelompok barang seperti kendaraan bermotor dan elektronik.
Tak hanya itu, inflasi administered price dari kenaikan tarif tenaga listrik industri dan harga elpiji juga patut diwaspadai.
Sementara itu, kebijakan mempertahankan BI rate tersebut juga selaras dengan membaiknya neraca berjalan Indonesia. Sebelumnya, diproyeksi defisit transaksi berjalan berada di level 3,5 persen dari produk domestik bruto (PDB), namun dikoreksi menjadi kisaran 3,3 persen selama 2013 lalu.
Nilai defisit pun diprediksi turun dari yang awalnya diperkirakan USD 35 miliar, saat ini turun menjadi USD 28,4 miliar.
Secara lebih rinci, defisit transaksi berjalan pada kuartal empat 2013 menurun cukup tajam di kisaran 1,98 persen dari PDB, atau jauh lebih rendah dari defisit transaksi berjalan pada triwulan sebelumnya sebesar 38,5 persen. Tingginya ekspor nonmigas pada tiga bulan terakhir 2013 menjadi pendorong membaiknya defisit. (gal/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Royalti Bakal Naik, Pengusaha Batubara Menjerit
Redaktur : Tim Redaksi