BI Ramalkan Tapering Off The Fed, Indonesia Siap-siap

Kamis, 29 Juli 2021 – 16:51 WIB
Ilustrasi pialang sedang bekerja di lantai Bursa Efek New York, Wall Street, Amerika Serikat Foto: antara/reuters

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengeluarkan prediksi terkait tapering off Bank Sentral AS, The Fed.

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti memprediksi The Fed mulai mengurangi likuiditas atau tapering off pada awal 2022.

BACA JUGA: BI Membedah Sektor Penopang Pertumbuhan Kredit, Ternyata...

Setelah itu, meningkatkan suku bunga pada awal 2023.

"Paling cepat kemungkinan di akhir 2021, tetapi pasar lebih ke 2022," kata dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (29/7).

BACA JUGA: BI Sebut Ada Peluang Bisnis Menjanjikan di Tengah Pandemi, Berprospek Ekspor

Destry menyebut prediksi tersebut mempertimbangkan tren perekonomian global yang mulai meningkat secara persisten.

"Di sisi lain inflasi Amerika yang sudah mencapai 5,4 persen meski dalam jangka panjang Negeri Paman Sam akan terus menjaga inflasi berada di level dua persen," ujar Destry.

BACA JUGA: BI Catat Utang Luar Negeri Indonesia Mei 2021 Menurun, Jadi Sebegini

Menurut dia, kebijakan tapering off The Fed akan didahului oleh sinyal yang jelas, serta dilaksanakan secara terukur dan transparan.

"Sejauh ini The Fed masih mempertahankan kebijakan akomodatif dengan rencana yang belum berubah pada rapat dini hari tadi," bebernya.

Saat ini, lanjut Destry, The Fed masih mempertahankan kebijakan suku bunga di level mendekati nol persen, serta pembelian aset tetap senilai USD 120 miliar.

Selain itu, kata Destry, The Fed menyatakan akan mempertahakan suku bunga tetap rendah. Pasalnya, menurut The Fed tekanan inflasi bersifat sementara atau transitory, bukan karena struktural tight labor market.

"Diskusi pengurangan pembelian aset pada rapat Bank Sentral AS mendatang yang dikhawatirkan pasar masih bersifat kemungkinan, karena mempertimbangkan kondisi ketenagakerjaan," beber Destry.

Kendati demikian, seluruh kemungkinan tersebut perlu diantisipasi pasar dan juga seluruh bank sentral di berbagai negara, termasuk BI.

"Tentunya apa yang terjadi di sana akan mempengaruhi stance dari kebijakan BI, sehingga kami akan mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan yang kami miliki," ujar Destry. (antara/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler