JAKARTA – Keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan tingkat suku bunga acuan alias BI rate sebesar 5,75 persen dinilai merupakan keputusan yang tepat. Alasannya, ekspektasi inflasi di bulan-bulan mendatang akan melejit pasca kenaikan harga jual BBM bersubsidi dan juga kenaikan tarif dasar listrik. “Di semester kedua ada kemungkinan BI rate naik karena inflasi hampir pasti naik signifikan karena kombinasi dampak kenaikan BBM dan TDL secara bersamaan,” ujar pengamat ekonomi Ryan Kiryanto di Jakarta, Kamis (8/3).
Ia memperkirakan, dampak inflasi dari kenaikan harga bensin subsidi 1 April mendatang hanya bersifat sementara. Menurut Ryan, dampaknya akan terasa paling lama dua bulan saja. “Dampaknya temporer sekitar 1-2 bulan sejak harga BBM baru dan TDL baru. Ini masa terkejut di tengah masyarakat. Setelah itu masyarakat akan terbiasa kembali dengan taraf hidup yang lebih mahal atau tinggi, karena semuanya akan bergerak naik sebagai penyesuaian,” paparnya.
Kendati demikian, jika bank sentral dan pemerintah gagal mencegah dampak negatif kenaikan harga BBM dan TDL, inflasi bakal melonjak dramatis pada range 5,5- 6,5 persen. Sebaliknya, jika itu bisa dikendalikan, Bi rate bisa ditahan di 6 persen hingga akhir tahun ini.
Rapat Dewan Gubernur BI kemarin memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 5,75 persen. Angka itu dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental yang masih terkendali ke depan serta tetap kondusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari dampak penurunan kinerja perekonomian dunia.
Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah mengungkapkan, BI berpandangan, kegiatan perekonomian domestik masih menunjukkan kinerja yang kuat di tengah kinerja pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dan berlanjutnya ketidakpastian di pasar keuangan global.
“Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2012 diperkirakan mencapai 6,5 persen dan akan berlanjut pada triwulan II-2012 meskipun tidak setinggi pertumbuhan di triwulan I-2012,” kata dia.
Sedangkan, khusus dampak dampak dari rencana kenaikan BBM dinilai hanya bersifat temporer (one-time shock) dan inflasi akan kembali menurun sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian. (lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemerintah Masih Ragu Naikkan Harga Rumah
Redaktur : Tim Redaksi