BI Rate Ditahan di 5,75 Persen

Kamis, 10 Mei 2012 – 19:58 WIB

JAKARTA – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) pada level 5,75 persen. BI rate ini masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental ekonomi ke depan yang diperkirakan masih relatif terkendali.

“BI mempertahankan BI rate sebesar 5,75 persen melihat tekanan inflasi ke depan diperkirakan terkendali, sebagaimana tercermin dari kenaikan harga hasil survei pemantauan harga (SPH) BI sampai dengan minggu ke-2 Mei relatif rendah dari pola historisnya,” ujar Gubernur BI Darmin Nasution dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (10/5).

Ekspektasi inflasi, sambungnya, dinilai masih relatif tinggi dan nilai tukar rupiah cenderung melemah sebagai akibat ketidakpastian perekonomian global. Namun, yang dilakukan BI untuk mengantisipasi hal tersebut akan menaikan suku bunga instrumen operasi moneter dan melanjutkan upaya penyerapan kelebihan likuiditas rupiah untuk mengendalikan tekanan inflasi jangka pendek serta mendukung stabilisasi nilai tukar rupiah.

“Struktur suku bunga jangka menengah-panjang diperkirakan juga akan meningkat sehingga dapat mendorong daya tarik investasi pada sekuritas domestik,” imbuhnya.

BI akan terus memperkuat langkah-langkah kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi kebijakan dengan pemerintah baik melalui forum Tim pengendalian inflasi di tingkat pusat (TPI) maupun tim pengendalian inflasi daerah (TPID).

“BI meyakini inflasi tahun 2012 dan 2013 akan berada di dalam sasaran yang ditetapkan yaitu sebesar 4,5 persen plus minus 1 persen,” ungkapnya.

Selain itu, pihaknya berpandangan bahwa perekonomian global masih diliputi oleh ketidakpastian yang tinggi. Meskipun perekonomian Amerika Serikat mulai mengindikasikan perbaikan, pemulihan ekonomi di kawasan Eropa masih terkendala oleh penyelesaian krisis yang sedang berlangsung, sementara terdapat indikasi perlambatan ekonomi di China dan India.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan berdampak pada penurunan lebih lanjut kinerja ekspor negara-negara emerging markets termasuk Indonesia. Ke depan, sambungnya, dengan kuatnya permintaan domestik maka diperkirakan akan tetap mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Konsumsi swasta diperkirakan akan tumbuh tinggi didukung oleh meningkatnya penduduk berpenghasilan menengah dan relatif besarnya penghasillan yang dapat dibelanjakan (disposable income),” terangnya.

Untuk pertumbuhan investasi, tambahnya, diperkirakan juga akan tinggi seiring dengan kebutuhan penambahan kapasitas produksi nasional untuk memenuhi meningkatnya permintaan. Dimana, secara keseluruhan tahun 21012 pertumbuhan ekonomi dapat mencapai kisaran sebesar 6,3-6,7 persen. (naa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Waskita Bayar Utang Rp 400 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler