BI Rate Kembali Ditahan di 5,75 Persen

Jumat, 10 Agustus 2012 – 03:53 WIB

JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) kemarin kembali menahan BI Rate di posisi 5,75 persen. Posisi BI Rate terendah tersebut masih bertahan sejak 9 Februari lalu.

RDG berpandangan tingkat suku bunga tersebut masih konsisten dengan tekanan inflasi yang rendah dan terkendali sesuai dengan sasaran 2012 dan 2013, yaitu 4,5 persen dengan toleransi plus minus 1 persen. Namun dari sisi eksternal, BI mewaspadai meningkatnya defisit transaksi berjalan akibat melambatnya ekspor di tengah penurunan kinerja ekonomi global dan peningkatan impor.

"Bank Indonesia terus memperkuat langkah-langkah kebijakan untuk mendorong penyesuaian keseimbangan eksternal agar defisit transaksi berjalan kembali ketingkat yang sustainable," sebut Direktur Eksekutif Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat Bank Indonesia Dody Budi Waluyo, Kamis (9/8).

Langkah lainnya adalah dengan tetap"menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamental untuk mendukung penyesuaian keseimbangan eksternal tersebut. Selain itu, BI akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam mengelola permintaan domestik.

Koordinasi dilakukan agar tetap sejalan dengan upaya menjaga kestabilan ekonomi makro dan kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional. "Dengan langkah-langkah kebijakan tersebut, tekanan neraca pembayaran diperkirakan akan kembali berkurang dalam paruh kedua tahun 2012," ujar Dody.

Kenaikan defisit transaksi berjalan tersebut terutama akibat kinerja ekspor yang menurun di saat impor, khususnya impor bahan baku dan barang modal meningkat pesat. Di sisi lain, transaksi modal dan finansial mengalami kenaikan surplus yang signifikan, baik dalam bentuk investasi asing langsung (PMA), investasi portofolio asing, maupun penarikan utang luar negeri sektor swasta.

"Perkembangan ini menunjukkan bahwa, di tengah kondisi perekonomian global yang masih diliputi oleh ketidakpastian, keyakinan investor asing terhadap ketahanan dan prospek perekonomian Indonesia tetap tinggi," sebut Dody.

Pada paruh kedua 2012, defisit transaksi berjalan diprakirakan akan berkurang ke tingkat yang tidak membahayakan kestabilan ekonomi nasional. Prakiraan ini didasarkan pada ekspektasi bahwa kondisi perekonomian global dan harga komoditas ekspor akan membaik. Pesatnya kegiatan investasi dan impor barang modal dalam beberapa waktu terakhir diharapkan akan meningkatkan kapasitas perekonomian domestik sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada impor di masa mendatang.

Sementara itu, jumlah cadangan devisa pada akhir Juli 2012 sedikit meningkat dibandingkan posisi akhir bulan sebelumnya, yaitu mencapai USD 106,6 miliar. Jumlah ini setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah.(sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengrajin Tempe Kembali Mengadu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler