jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berhasil melakukan transformasi struktur liabilitas dan mencapai titik terendah dalam biaya dana.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pada akhir September 2021 cost of fund (CoF) atau biaya dana BRI mencapai 2,14 persen.
BACA JUGA: Celios Sebut KUR BRI Efektif Menjangkau UMKM hingga Pelosok
Menurut dia, persentase itu jauh lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar 3,45 persen.
"Perlu saya sampaikan cost of fund BRI 2,14 persen ini adalah yang terendah sepanjang sejarah,” ujar Sunarso.
BACA JUGA: Green Sukuk Ritel ST008 BRI Moncer, Berhasil Lampaui Target Penjualan
Sunarso memerinci biaya dana BRI pada 2019 mencapai 3,58 persen, pada 2020 persentasenya 3,22 persen. CoF tersebut pernah di bawah tiga persen yaitu 2,18 persen yaitu pada akhir paruh pertama 2021.
Penerima The Best CEO versi Ajang iNews Maker Awards 2021 itu menjelaskan penurunan biaya dana tersebut tak terlepas dari keberhasilan perseoran dalam meningkatkan dana murah atau Current Account Saving Account (CASA).
BACA JUGA: Cerita 3 Pengusaha Muda Meraih Beasiswa BRI Peduli-Creation 2021
Sunarso membeberkan pada kuartal ketiga 2021 dana murah BRI tercatat Rp 673,1 triliun. Pada kuartal ketiga 2021 tabungan yang dihimpun BRI mencapai Rp 467,7 triliun dan giro sebesar Rp 205,5 triliun.
"Jumlah yang dibukukan tersebut naik sekitar 5,3 persen dari periode yang sama pada 2020 yang sebesar Rp 639,2 triliun," katanya.
Lebih lanjut, Sunarso menyatakan pada kuartal ketiga 2020, tabungan yang berhasil dihimpun mencapai Rp 424 triliun dan giro sebesar Rp 215,2 triliun.
Adapun total dana pihak ketiga yang dibukukan BRI hingga September 2021 mencapai sebesar Rp 1.121 triliun.
"naik sekitar 5,5 persen dari kurun waktu yang sama pada 2020 yakni sebesar Rp 1.062,7 triliun," ujar Sunarso.
Sunarso juga mengatakan penurunan biaya dana erat kaitannya dengan efisiensi pendanaan yang dilakukan BRI.
BRI melakukan sejumlah langkah strategis transformasi, seperti memperkuat retail payment dan transaksi perbankan.
“Jadi artinya, efisiensi dari sisi biaya pendanaan, biaya dana berhasil dilakukan oleh BRI melalui berbagai program transformasi tentunya. Dengan memperkuat retail payment, transaction banking, dan inisiatif-inisiatif lain terkait dengan micro payment,” ujar Sunarso.
Sunarso menambahkan membaiknya Cost of Fund menjadi salah satu pendorong kinerja pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) yang tumbuh signifikan.
Dia menyebut hingga kuartal ketiga 2021, BRI berhasil mencatatkan NII sebesar Rp 72,43 triliun. "Raihan itu tumbuh 26,88 persen," ungkap Sunarso.
Pertumbuhan Laba Terdongkrak
Analis emiten dari PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk. Andre Setiawan menjelaskan biaya dana yang berhasil ditekan BRI dan kinerja CASA yang solid menjadi pendorong penting atas kinerja laba perseroan yang gemilang.
Laba bank dengan jejaring terluas di tanah air ini per September 2021 tercatat Rp 19,07 triliun.
Raihan bottom line yang mampu dibukukan BRI ini tumbuh sekitar 34,74 persen secara year on year.
“CASA yang solid dan biaya dana yang relatif rendah, berhasil diturunkan baru-baru ini (September 2021) semuanya telah membantu meningkatkan laba,” tulisnya.
Andre pun melihat optimisme dalam kinerja BRI ke depan.
Berdasarkan riset yang dilakukan BRI diproyeksikan dapat mempertahankan kinerja positif tersebut. Hal itu tak terlepas pula dari kemampuan BRI dalam menjaga kualitas kredit.
Rasio Non Performing Loan (NPL) pun mampu dijaga oleh BRI, yakni berkisar 3,28 persen.
BRI pun, kata Andre, mampu menekan jumlah kredit yang direstrukturisasi, khususnya yang terdampak pandemi Covid-19.
“Kredit yang direstrukturisasi trennya terus menurun terutama pinjaman yang direstrukturisasi terkait Covid-19. Kegiatan ekonomi telah berangsur-angsur kembali normal, pemulihan ekonomi diperkirakan akan meningkat lebih lanjut sehingga BRI dapat mempertahankan kinerjanya,” tutur Andre. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia