jpnn.com, JAKARTA - Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi salah satu program pemerintah yang dipandang mampu untuk memacu pembiayaan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
KUR dinilai mampu meningkatkan produktivitas dan kapabilitas pengusaha, khususnya pada masa pandemi ini.
BACA JUGA: Cerita 3 Pengusaha Muda Meraih Beasiswa BRI Peduli-Creation 2021
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan di tengah situasi pendemi Covid-19 makin banyak pelaku usaha, khususnya segmen UMKM yang membutuhkan pinjaman lunak untuk menyelamatkan serta mengembangkan usahanya.
KUR, lanjut dia, menjadi produk yang hadir dan menawarkan bunga yang cenderung lebih lunak dibandingkan dengan fasilitas pembiayaan pada umumnya.
BACA JUGA: BRI Bidik Ultra Mikro Jadi Sumber Pertumbuhan Baru Kredit UMKM
Berdasarkan survei sekitar 70 persen lebih responden UMKM menginginkan pembiayaan baru dengan bunga lebih rendah.
UMKM butuh modal untuk memulai usahanya kembali ketika pandemi mereda akibat dampak dari penurunan angka penyebaran virus Covid-19.
BACA JUGA: Ikut Bazar Klaster Mantriku, UMKM Binaan BRI Dapat Sertifikat Halal
“Selama pandemi, tentu saja ada yang usahanya sempat berhenti secara berkala. Pilihan satu-satunya hanyalah KUR, yang paling diminati oleh para pelaku UMKM. Jadi KUR juga mengalami transformasi dengan perluasan plafon, penambahan plafon, juga kemudian lebih banyak alokasi untuk usaha-usaha yang sifatnya produktif,” kata Bhima.
Pemerintah meningkatkan target penyaluran KUR tahun ini dari Rp 253 triliun menjadi Rp 285 triliun. Pemerintah pun menetapkan perpanjangan subsidi bunga KUR sebesar tiga persen dari Januari sampai Desember 2021 yang awalnya enam persen.
Suku bunga KUR tahun ini menjadi tiga persen.
Selain itu, semua sektor ekonomi UMKM dapat diberikan KUR dan plafon tanpa jaminan hingga nilainya sebesar Rp 100 juta.
"Langkah tersebut sudah tepat. Dengan demikian, pelaku usaha yang menjadi target sasaran KUR dihadapkan pada kebijakan yang memberikan jaminan pasti dalam menjalankan usaha di tengah kondisi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi," beber Bhima.
Bhima mengatakan langkah pemerintah tersebut secara lansung akan berdampak positif pada percepatan pemulihan ekonomi di tataran bawah.
Selain itu juga akan membuat efek jangka panjang bagi para pelaku UMKM untuk menjalankan usaha kembali secara stabil.
“Diharapkan hal ini dapat mempercepat pemulihan ekonomi, meningkatkan laju lapangan kerja dan juga bisa mempercepat UMKM yang ingin memanfaatkan momentum digitalisasi selama pandemi. Pelaku UMKM bisa meminjam KUR, kemudian digunakan untuk pembelian bahan baku, atau pemberian barang-barang modal untuk mempercepat masuk ke dalam platform digital,” ujar Bhima.
Dia pun mengapresiasi penyaluran KUR melalui bank-bank milik negara yang cukup efektif, khususnya BRI yang memiliki jaringan terbesar di Indonesia.
Menurutnya, hal itu bisa ditingkatkan dengan membentuk ekosistem melalui bank BUMN tersebut, salah satunya melalui integrasi/channeling dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) atau koperasi sehingga realisasinya bisa lebih cepat.
"Penyaluran yang lebih efektif karena menyentuh sampai ke daerah-daerah terpencil, khususnya BRI yang mengandalkan jaringan unit kerjanya yang tersebar dan terbesar di Indonesia," ujar dia.
"Ditambah lagi dengan kekuatan core bisnisnya pada segmen UMKM. Berbagai inovasi juga harus terus menerus diperbaharui sehingga coverage dari KUR nya bisa lebih besar. Apa lagi ada 64 juta pelaku UMKM dan sebagian besar masih unbankable, yang masih belum tersentuh oleh akses perbankan” imbuh Bhima.
Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan UKM, bagian Sistem Informasi Kredit Program (SIKP), penyaluran KUR hingga 11 November 2021 telah mencapai Rp 244,87 triliun. Jumlah tersebut diserap 6.480.672 debitur. Jika dirinci secara lebih mendetail, KUR Super Mikro terserap Rp 9,21 triliun melalui 1.047.506 debitur, KUR Mikro terealisasi Rp 152,99 triliun oleh 5.006.263 debitur, KUR Kecil atau khusus sebesar Rp 82,65 triliun kepada 425.779 debitur, dan KUR Penempatan TKI mencapai miliar bagi 1.124 debitur.
Penyaluran KUR terus didorong oleh perbankan nasional, salah satunya adalah BRI yang merupakan penyalur KUR terbesar.
BRI telah berhasil menyalurkan KUR sebesar Rp 160 triliun kepada 5,4 juta pelaku UMKM hingga akhir Oktober 2021. Nilai ini setara dengan 82,1 persen dibandingkan dengan target penyaluran KUR BRI di tahun ini, yakni sebesar Rp 195 triliun. Pencapaian ini meningkat 37 persen persen dibandingkan penyaluran KUR pada 2020 yang lalu.
Mayoritas KUR BRI disalurkan ke sektor produksi, seperti pertanian, perburuan dan kehutanan, kelautan dan perikanan serta industri pengolahan. Di samping itu, BRI juga dianggap mampu menjaga kualitas KUR yang disalurkan, hal tersebut tercermin dari NPL KUR BRI yang tercatat 1,19 persen. (jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Asyik! BRI Tebar Promo Menarik Tiket World Superbike Mandalika
Redaktur & Reporter : Elvi Robia