Biaya Logistik Masih Tinggi

Kamis, 20 Juni 2013 – 09:26 WIB
JAKARTA - Volume perdagangan antarpulau terus meningkat seiring tumbuhnya perekonomian di sejumlah daerah. Namun sayangnya, potensi itu justru terhambat oleh tingginya tarif yang diberlakukan di sejumlah pelabuhan. Akibatnya, biaya logistik di Indonesia tetap tinggi.
 
"Perdagangan antarpulau rata-rata naik 37 persen. Pada 2006 hanya sekitar 638 juta ton, pada 2011 sudah meningkat lima kali lipat menjadi 3,15 miliar ton," ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Edi Wibowo, Rabu (19/6). Tingginya perdagangan antar pulau menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan dan daya beli masyarakat di sejumlah daerah.  

Hal itu juga bisa dilihat dari pertambahan jumlah kapal niaga yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Terutama paska diberlakukannya azaz Cabotage (kewajiban memakai kapal berbendera Indonesia untuk angkutan antar pulau)."Pada Maret 2005, jumlah armada kapal niaga nasional sebanyak 6.041 unit, sementara pada tahun 2012 jumlahnya sudah 11.495 unit atau bertambah 5.454 unit," cetusnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Iskandar Zulkarnain mengatakan, upaya melakukan efisiensi melalui pembenahan pelabuhan agar pelayanan kapal dan bongkar muat lebih cepat tidak sesuai harapan. Yang terjadi sekarang, tarif-tarif kepelabuhanan justru meningkat tajam dalam tiga tahun terakhir."Ini yang mengakibatkan biaya logistik sulit ditekan," tukasnya.

Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengambil contoh, waktu tunggu kapal di pelabuhan-pelabuhan di Indonesia masih tinggi. Dia menjelaskan waktu tunggu kapal general cargo di berbagai pelabuhan di bawah PT Pelindo II bisa mencapai 7-10 hari."Kalau bicara kapal kontainer, mungkin waktu tunggunya bisa lebih baik, tapi untuk general cargo hingga saat ini masih sangat parah, Ini semua memengaruhi biaya logistik," tandasnya.

Gemilang Tarigan, Ketua Forum Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) menyebutkan operasi truk di dalam pelabuhan, terutama yang berada dibawah wewenang Pelindo II masih sangat tidak efisien."Sekarang, Waktu tunggu bongkar muat kontainer enam jam lebih, sangat tidak efisien dan merugikan pengusaha angkutan dan membuat skedul trucking amburadul." Imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Komite Tetap Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kadin (Kamar Dagang dan Industri), Irwan Ardi Hasman mengungkapkan tingginya biaya logistik saat ini juga disebabkan karena imbal jasa yang diterapkan Pelindo II hingga 40 persen di Pelabuhan Tanjung Priok terbilang sangat tinggi."Ini menjadi salah satu sumber inefisiensi logistik. Kalau ini dihapus, tarif bongkar muat bisa lebih murah," jelasnya. (wir)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Biaya Konstruksi Naik 20 Persen

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler