jpnn.com, JAKARTA - Pemerintah menanggung biaya perawatan rumah sakit bagi pasien COVID-19, yang diperkirakan mencapai Rp184 juta per orang.
Selain biaya yang besar masyarakat yang terdampak COVID-19 tidak bisa bekerja secara produktif sehingga menurunkan pendapatan mereka.
BACA JUGA: Kabar Baik dari BPOM soal Vaksin Covid-19 Sinovac, Alhamdulillah
Tidak hanya merugikan secara ekonomi, penyakit ini juga sangat serius seperti diungkap Icha Atmadi ST, salah seorang penyintas COVID-19.
Icha merasa terbantu lantaran biaya perawatan selama 45 hari ditanggung oleh negara. Tak bisa dibayangkan jika biaya itu dia tanggung seorang diri.
BACA JUGA: Diramal Mbak You Bakal Masuk Penjara, Nikita Mirzani Ngomong Begini
“COVID-19 ini serius sekali. Untuk gejala paling ringan pun bisa terasa sakit baik bagi fisik maupun mental. Apalagi bagi mereka yang mengalami gejala berat, seperti yang dialami ayah saya waktu itu, yang memerlukan alat bantu pernafasan. Perasaan cemas yang dirasakan itu seperti setiap hari akan menghadapi kematian," seru Icha.
Namun, bila kita bisa sama-sama disipilin menjalankan protokol kesehatan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak aman), dan pemerintah aktif menjalankan 3T (Tracing, Testing, Treatment), kita dapat menghemat kerugian negara yang lebih besar lagi.
BACA JUGA: Satgas Covid-19 Minta Masyarakat Belajar dari Libur Panjang Sebelumnya
"Kita bisa menghemat sampai Rp500 triliun, dan bisa menggunakannya untuk membangun ekonomi Indonesia," ujar Prof. dr. Hasbullah Thabrany Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam dialog bertema Memaksimalkan Pengelolaan Kesehatan Lewat Vaksinasi yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Kamis (26/11).
Cara terbaik agar masyarakat dan negara tidak merugi lebih besar lagi adalah dengan mencegah, jangan sampai terkena COVID-19.
Karena itu Prof. Hasbullah menyarankan untuk disiplin menjalani protokol kesehatan 3M.
“Biayanya sangat berat kalau terkena COVID-19, apalagi nanti tidak mau divaksinasi. Hidup bisa tidak nyaman karena risiko mengeluarkan Rp200-300 juta apabila terinfeksi. Vaksin terbukti mampu memberikan ketenangan, pada contohnya kasus penyakit TBC, karena hampir semua orang sudah divaksinasi BCG, kita bisa tenang menjalani kehidupan," terang Prof. Hasbullah.
Selain itu, dari perspektif agama, Prof. Hasbullah menilai, mencegah penularan sama derajatnya dengan melakukan ibadah.
“Menjaga diri dan orang lain di sekitar kita agar tidak tertular COVID-19 adalah ibadah. Saking besarnya ibadah itu sampai naik haji dan salat jumat berjamaah pun boleh ditinggalkan untuk menghindari penularan lewat kerumunan. Kita harus menyadari bahwa mencegah penularan COVID-19 sangat besar manfaatnya bagi diri sendiri dan orang lain," tandas Prof. Hasbullah.(chi/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
Redaktur & Reporter : Yessy