Bicara Soal Revolusi Akhlak bersama Massa 212, Habib Rizieq: Ayo Hijrah!

Rabu, 02 Desember 2020 – 14:23 WIB
Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab. Foto: M Amjad/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab menyebut narasi Revolusi Akhlak memiliki beberapa level.

Level pertama yakni dalam tataran individu yakni mengajak setiap orang berubah ke arah lebih baik.

BACA JUGA: Dibuka Oleh Habib Rizieq, Dialog Nasional 212 Tak Dihadiri Mahfud MD

Rizieq menyampaikan itu saat menghadiri diskusi daring Dialog Nasional 100 Ulama dan Tokoh Bersama Imam Besar yang disiarkan akun Youtube Front TV, Rabu (2/12).

"Semua elemen bangsa diajak bersama melakukan perubahan cepat dari sifat khianat kepada amanah, pembohong kepada jujur, koruptif menjadi nonkoruptif, suka maksiat menjadi meninggalkan maksiat," kata Rizieq.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: PA 212 Ngotot Reuni? Rizieq Shihab Tak Muncul, Moeldoko Angkat Suara

Menurut Rizieq, cara mengajak orang ke arah lebih baik dengan mengedepankan upaya persuasif. Misalnya dengan ajakan, nasihat, diskusi, hingga tulisan yang mengajarkan kebaikan.

"Bagaimana masyarakat Indonesia, individu-individu bangsa Indonesia siapa pun dia yang menginginkan Indonesia berkah, mari melaksanakan revolusi akhlak," tutur Rizieq.

BACA JUGA: Beredar Surat Hasil Tes Swab Habib Rizieq, Begini Tanggapan MER-C

Setelah individu, narasi Revolusi Akhlak ini juga berbasis sistem. Menurut Rizieq, Pancasila menjadi dasar dalam upaya menegakkan Revolusi Akhlak berbasis sistem ini.

Misalnya Indonesia bisa meninggalkan sistem berbasis materialisme dan sekulerisme. Kemudian Indonesia menggunakan sistem tauhid yang berdasarkan sila kesatu Pancasila.

"Ini kan dasar negara. Maka itu, tidak layak dalam level sistem ini mengambil sistem di luar dari ketuhanan Yang Maha Esa. Maka itu revolusi akhlak di level sistem bagaimana bersama-sama, menggandeng seluruh elemen bangsa tanpa pengecualian, hijrah. Dari sistem berbasis materialisme dan sekulerisme, ke sistem berbasis tauhid yaitu sistem  berbasis ke sila pertama Pancasila," ujar dia.

Selanjutnya, kata dia, Indonesia perlu menerapkan Revolusi Akhlak dalam sistem hukum untuk mewujudkan sila kedua Pancasila.

Hingga saat ini, kata dia, sistem hukum di Indonesia masih tidak berkeadilan. Idiom tajam ke bawah dan tumpul ke atas, masih berlaku pada sistem hukum di Indonesia.

"Ayo hijrah. Bagaimana penegakan hukum dari tidak beradab menjadi berkeadilan," ungkap dia.

Kemudian, kata Rizieq, Indonesia perlu juga menerapkan Revolusi Akhlak di sistem politik Indonesia. Hal itu untuk melaksanakan sila ketiga Pancasila tentan persatuan Indonesia.

"Jadi tidak boleh ada lagi politik adu domba. Dalam satu sistem kepemimpinan, dia harus di atas semua. Dia tidak boleh menjadi satu kelompok saja. Ini perlu revolusi," ujar dia.

Selain itu, kata Rizieq, dalam sistem politik ini perlu Revolusi Akhlak dengan menjauhkan Indonesia dari aroma liberal menuju musyawarah mufakat. Pasalnya, musyawarah mufakat menjadi amanah dalam sila keempat Pancasila.

"Bagaimana perlu punya itikad baik dan keseriusan juga kecepatan yaitu hijrah dari sistem politik liberal ke sistem politik musyawarah muafakat. Sistem politik perwakilan. Sesuai sila keempat Pancasila. Itu sistem politik bangsa. Sistem politik yang sudah dibangun founding father tidak boleh diganti. Tidak boleh," ujar Rizieq.

Terakhir, kata dia, Revolusi Akhlak perlu diterapkan dalam sistem ekonomi di Indonesia. Saat ini, sistem ekonomi yang berlaku yakni pembangunan dengan mengedepankan utang.

Menurut Rizieq, urusan pembangunan tidak boleh memakai utang atau riba. Pasalnya, pembangunan dengan utang akan membuat Indonesia terpenjara dengan kapital.

Setelah tidak mengandalkan utang, nantinya pembangunan Indonesia harus berbasis kerakyatan.

"Bagaimana hijrah dari sistem ekonomi riba ke sistem ekonomi nonriba. Dari pembangunan yang mengandalkan utang ke pembangunan yang berbasis kerakyatan. Dari ekonomi oligarki kapitalistik ke ekonomi berkadilan sosial. Dari ekonomi tidak berkadilan kepada ekonomi berkadilan. Ini sesuai amanat sila kelima Pancasila," timpal dia. (ast/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:


Redaktur & Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler