Bicara soal Separatisme, Panglima TNI Sebut Nama Benny Wenda dan Veronica Koman

Sabtu, 21 November 2020 – 19:38 WIB
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto. Foto: M Risyal/ANTARA

jpnn.com, JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menilai Benny Wanda dan Veronica Koman merupakan dua sosok yang kerap menghembuskan isu separatisme di dunia maya.

Menurut Hadi, negara harus mengantisipasi gerakan dua orang tersebut dan pihak-pihak serupa agar Indonesia bisa maju sebagai bangsa yang besar.

BACA JUGA: Veronica Koman: Membela HAM Warga Papua Adalah Bentuk Pengabdian, Bukan Perlawanan

Hal itu disampaikan Hadi saat mengikuti webinar bertajuk Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara dari Aksi Separatisme di Dunia Maya, Sabtu (21/11).

Dia mengatakan ada sejumlah wujud propaganda di dunia maya.

BACA JUGA: Kembalikan Uang Beasiswa Veronica Koman, Warga Papua: Ini soal Harga Diri

"Antara lain berupa, pertama, dengan menyebarkan berita bohong yang mendiskreditkan pemerintah, dengan sasaran utama adalah masyarakat awam dan generasi muda yang haus informasi, tidak terbiasa menyaring setiap informasi dari dunia maya, dan mudah terbakar emosinya," kata Hadi.

Kedua, lanjut dia, memprovokasi masyarakat dengan mengeksploitasi isu terkait SARA, seperti penistaan terhadap tokoh masyarakat, tokoh agama, perlakuan etnis tertentu, ataupun kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur.

BACA JUGA: Keras! Mahfud MD Sindir Veronica Koman Pengingkar Janji

"Ketiga, menyebarkan isu-isu sosial dan isu separatisme berbahasa Inggris untuk mencari simpati dan dukungan politik dari dunia internasional, seperti yang dilakukan Benny Wenda dan Veronica Koman," kata Hadi.

Hadi meminta masyarakat untuk bersatu demi melawan pihak-pihak tersebut. "Apabila kita tidak mampu mengantisipasi adanya upaya separatisme di dunia maya ini, maka kita telah jauh tertinggal," jelas dia.

Dampak lebih jauh, lanjut dia, akan terbentuk opini negatif terhadap pemerintah, baik di dalam negeri maupun dunia internasional. Hal itu membuat meluasnya kesalahan pandangan terhadap isu sebenarnya, membelokkan upaya pemerintah dalam pembangunan nasional, dan menguatnya pendukung gerakan separatis itu sendiri di dalam dan luar negeri.

"Salah satu contoh membangun opini negatif di dunia internasional adalah bagaimana sebuah negara yang tidak mengerti kemajuan pembangunan di Indonesia, termasuk pembangunan di Papua, menganggap bahwa Indonesia telah menelantarkan Papua. Indonesia dianggap menjajah Papua dan mengangkat isu tersebut untuk menarik perhatian dunia internasional," jelas dia. (tan/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur : Adil
Reporter : Adil, Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler