Bidan Imas Diduga Dibunuh Suaminya, Sebelum Tewas Sempat Berpesan Kepada Anak Bungsu

Senin, 24 Mei 2021 – 19:38 WIB
Pelayat mendatangi kediaman almarhumah Bidan Imas Mulyani. Foto: Hakim Radar Cianjur

jpnn.com, CIANJUR - Seorang bidan Imas Mulyani (40) diduga dibunuh suaminya KJ (60) di tempat praktek yang tak jauh dari rumahnya, di Kampung Pasir Waru Desa Mekarwangi Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Senin (24/5).

Tangisan anak bungsu dari Bidan Imas pun memecah keramaian para pelayat di rumah duka.

BACA JUGA: Sedang Bertugas di Klinik, Bidan Diserang Pria tak Dikenal, Dibakar

Si bungsu terus menjerit menyebut nama ibunya.

Anak yang masih duduk di kelas enam sekolah dasar (SD) tersebut meronta dan menangis histeris.

BACA JUGA: Bidan Cantik Owner Arisan Online Ini Selama Pelarian Sembunyi di Palembang, Kini Ditahan Polisi

Beberapa anggota keluarga mencoba menenangkannya.

Ternyata, sehari sebelum korban pergi untuk selama-lamanya, si anak sempat mendapat pesan dari Bidan Imas.

BACA JUGA: Pak Guru Melihat Mantan Siswinya Masuk ke Kamar Mandi, Terjadilah Aksi Tak Terpuji

"Neng harus mandiri, mamah mau pulang. Itu pesan terakhir almarhumah kepada anak bungsunya,” ujar salah seorang kerabat korban, Ucu Aisyah (48), seperti dikutip dari Radar Cianjur.

Pesan tersebut menjadi kalimat terakhir almarhumah kepada anak bungsunya.

Selain itu, ada cerita lain tentang sinyal kepergian dari Bidan Imas.

Setelah Lebaran, Bidan Imas sempat mengadakan acara makan-makan di salah satu keluarganya.

Imas sempat berucap Lebaran kali ini menjadi yang terakhir baginya.

“Sempat bilang pas lagi makan nasi liwet, enggak bakal ke sini lagi. Inu nasi liwetnya enak banget, itu yang diucapkan almarhumah,” kata Ucu.

Kebaikan almarhumah memang sudah turun temurun diturunkan ayahnya yang juga turut membuka praktek bersama almarhumah.

Ramah dan tak pernah memaksa bayaran. Itulah salah satu yang dikenang oleh keluarga dari Imas.

Bidan yang bekerja di Puskesmas Cikalongkulon itu selalu memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pasien yang berobat.

Saat warga yang berobat tidak memiliki biaya, Imas pun ikhlas dan tetap memberikan pengobatan dengan penuh senyuman.

“Kalau ada warga yang berobat enggak punya uang, enggak pernah ditolak. Diterima. Bahkan Imas malah suka memberikan ongkos,” ujar Ucu. (kim)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler