jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) melakukan langkah percepatan pacu ekspor komoditas pertanian asal Sulawesi Tenggara (Sultra). Pembangunan pertanian yang dilakukan bersama-sama dengan pemerintah daerah telah membuahkan hasil.
Berdasarkan data IQFAST di Karantina Pertanian Kendari di tahun 2018 tercatat lalu lintas domestik 8 produk pertanian asal Sultra dengan total 1,9 juta ton. Komoditas tersebut masing-masing beras 27,3 ribu ton, kakao 990,6 ton, jahe 65,5 ton, lada 839,2 ton, cengkeh 3,04 ribu ton, 3,9 ribu ton, 45,04 ribu ton dan kacang mede 4,5 ribu ton.
BACA JUGA: Kementan Kembangkan Kawasan Buah Tropis Berorientasi Ekspor
Saat ini hampir seluruh eksportasi produk, kecuali kakao dilakukan tidak langsung, namun melalui Surabaya dan Makassar. Ini menjadi perhatian baik bagi pemda maupun pemerintah pusat. "Harusnya semua produk pertanian asal Sultra dapat mencontoh kakao disini. Selain diolah lebih dulu juga diekspor langsung," kata Kepala Barantan Ali Jamil saat lakukan kunjungan kerja di tempat lain pemeriksaan karantina di gudang PT Kala Kakao Indonesia, Kendari, Kamis (19/9).
Jamil mengapresiasi pelaku usaha yang telah mampu mengekspor produk pertanian dalam bentuk jadi. Menurutnya ini akan memberi dampak baik bagi petani mampun masyarakat lain dengan penyerapan tenaga kerja. "Terlebih untuk pasar ekspor, harapannya petani juga mendapatkan manfaat dengan dapat harga jual yang lebih tinggi," tambahnya.
BACA JUGA: Kementan Siapkan Rencana Strategi Pupuk Bersubsidi Tahun 2020
Menurut PT KKI, kakao yang diolah berasal dari petani di Kabupaten Kolaka, Kolaka Timur, Konawe Selatan, Konawe dan Bombana. Kakao diolah menjadi kakao butter, kakao cake dan kakao powder. Semenjak tahun 2016 pihaknya telah dapat mengekspor ke Belanda, Jerman dan Spanyol.
Layanan karantina pertanian di Kendari telah menjadi penjamin kesehatan dan keamanan produk sesuai dengan persyaratan negara tujuan ekspor. Tercatat untuk periode Januari hingga September 2019 sebanyak 320 ton produk PT KKI ini telah diekspor. "Kami juga lakukan pemeriksaan karantina di gudang pemilik agar bisa mempercepat arus barang dipelabuhan," jelas Jamil.
BACA JUGA: Kementan Optimistis Swasembada Gula Putih di Depan Mata
Hal ini sesuai instruksi Menteri Pertanian, ekspor dan investasi yang menjadi fokus pembangunan pertanian kedepan. Ini yang akan terus kita lakukan percepatan layanan sekaligus promosi potensi agar dapat menarik investor. Baik dibidang budidaya maupun olahan.
Layanan Klinik bagi Eksportir dan Investor
Kepala Karantina Pertanian Kendari, LM Mastari menyampaikan bahwa sesuai dengan arahan Kepala Barantan untuk memacu ekspor dan investasi pihaknya telah lakukan koordinasi dengan seluruh stake holder.
Rapat koordinasi dengan instansi terkait dan pelaku usaha agribisnis yang dilanjutkan dengan visitasi lapangan secara proaktif guna memetakan masalah dan mencari solusinya telah beberapa kali digelar.
Hasilnya mulai dapat dirasakan, antara lain komitmen kesiapan penyediaan kontainer di kargo penerbangan oleh pihak maskapai Garuda Indonesia, pengembangan kawasan produk pertanian berorientasi ekspor oleh dinas terkait dan juga tersedianya layanan Klinik Ekspor di Pelabuhan Kendari New Port (KNP).
Layanan ini merupakan inisiasi dari Bea Cukai Kendari bersama dengan Karantina Pertanian Kendari. Dengan layanan 24 jam 7 hari ini, diharapkan permasalahan kepabean dan perkarantinaan pada proses bisnis ekspor dapat diselesaikan dengan cepat.
Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Prof Farid Bahar yang juga hadir dalam monitoring tempat pemeriksaan karantina sekaligus melepas ekspor 60 ton kakao butter dengan tujuan Jerman.
Ia mengapresiasi upaya proaktif Barantan dan jajarannya dalam memetakan masalah dan mencarikan solusi bagi pelaku usaha. Farid berharap upaya pacu ekspor sekaligus mendatangkan investor dapat segera membuahkan hasil. "Sesuai instruksi pak Mentan, kita lakukan terobosan dan kolaborasi . Gelar 'karpet merah" untuk eksportir dan investor yang hadir untuk mengembangkan produk pertanian," tandas Jamil. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh