-----------
SEKARING RATRI ADANINGGAR, Jakarta
-----------
JUKI adalah si jerapah periang yang disukai teman-temannya. Juki selalu ceria dan tidak suka marah-marah.
Kemudian, ada Bob, si anjing penolong yang selalu siap membantu temannya; Risa, si rusa yang ramah; Baya, si buaya setia yang hobinya berenang dan bermain layangan; juga Unyu, si penyu hijau yang penyabar dan selalu pandai menenangkan suasana. Lalu, ada pula Tiki, si tikus pemurah; Elang, si burung penjelajah; dan Ciki, si ayam yang rajin. Mereka berteman dan hidup damai di Negeri Cermin.
Bersama Salma Indria Rahman, kedelapan karakter tersebut berkelana dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia untuk menghibur anak-anak. Mereka menjelma menjadi boneka jari yang lucu dan menggemaskan.
"Lewat dongeng Juki and Friends, aku pingin anak-anak mengenal karakter tokoh-tokoh dalam dongeng," urai Salma ketika ditemui di markas komunitas Rumah Pohon Activity, kawasan Tebet, Jakarta, pekan lalu.
Menurut Salma, pembelajaran budi pekerti di Indonesia masih rendah, khususnya untuk anak-anak yang nasibnya kurang beruntung. Seperti anak-anak jalanan dan anak-anak korban bencana alam. Karena itu, perempuan berusia 38 tahun tersebut tergerak untuk mengajarkan budi pekerti lewat cara yang menyenangkan. Meski terkesan sepele, dampak yang ditimbulkan luar biasa.
Salma mencontohkan, ketika dirinya pergi ke daerah pedalaman untuk mendongeng di sekolah yang sangat miskin. Murid-muridnya sampai tidak pernah mandi. "Aku dongengin mereka dengan boneka jari Juki and Friends tentang anak-anak yang nggak mau mandi dan akibatnya. Aku iming-imingi, mereka yang mau mandi akan mendapat boneka jari. Esok harinya, anak-anak mengajak aku ke sungai. Mereka pamer bahwa mereka mau mandi," urai Salma sembari tersenyum.
Salma menjelaskan, di ujung jari terdapat ribuan sensor motorik yang akan membuka otak kanan. Dengan jari, anak-anak juga lebih merasa dekat dengan boneka Juki and Friends yang bentuknya mungil. Boneka jari juga bisa menjadi hiasan pensil atau bolpoin.
Salma sudah menjelajahi berbagai macam sekolah, mulai sekolah anak jalanan hingga sekolah anak-anak berbakat. Dia juga pernah menyambangi daerah-daerah bencana dan sejumlah panti asuhan. Bagi perempuan asli Padang itu, setiap anak membutuhkan dongeng untuk bergembira dan berekspresi. Bagi anak-anak jalanan, dongeng efektif untuk mengajarkan budi pekerti. Sementara bagi anak-anak korban bencana, dongeng bisa menjadi trauma healing yang cukup ampuh.
"Kalau disuruh menghitung berapa tempat yang sudah aku datangi untuk mendongeng, ya susah. Udah banyak banget, mungkin ratusan kali," urainya.
Salma menjadi tukang dongeng secara tidak sengaja. Pada 2009, dia menemukan rumah kos yang mirip rumah pohon di kawasan Tebet. Kamarnya terletak di lantai atas dengan balkon mini dan tangga. Salma pun menamai markas pribadinya itu Rumah Pohon Activity.
Di sekeliling rumah kosnya, perempuan kelahiran 15 Mei 1975 itu sering menyaksikan anak-anak tetangga yang berlagak mirip artis-artis sinetron. Bahkan, pada suatu hari Salma kaget ketika mendengar salah seorang anak tetangga tiba-tiba menyerukan ingin bunuh diri.
"Aku ya kaget banget. Mereka bilang itu (bunuh diri) kayak di sinetron-sinetron. Akhirnya aku ajak dia ngomong baik-baik dan aku ajarin soal tontonan yang layak dan nggak layak buat anak-anak. Eh, nggak lama kemudian, temen-temen-nya juga sering ikut main ke Rumah Pohon," ujarnya.
November 2010, Salma yang juga seorang travel writer diundang teman penerbitnya di Jogjakarta untuk membahas novelnya yang bakal diterbitkan. Saat dia berada di Jogja itu, Gunung Merapi meletus. Bubar semua rencananya. Tiba-tiba Jogja menjadi kota mati. Salma pun kebingungan harus berbuat apa.
Akhirnya Salma dan rekannya memutuskan untuk mengunjungi serta membantu para korban bencana di lokasi-lokasi pengungsi. Upaya sukarela iseng Salma tersebut ternyata mendapat respons positif dari teman-temannya di beberapa daerah di Indonesia. Mereka berlomba-lomba menitipkan uang untuk membantu korban bencana.
"Akhirnya kami dapat tiga mobil untuk blusukan ke daerah-daerah pengungsi. Di tempat itu kami bagikan selimut dan bahan-bahan pangan," ungkapnya.
Bersama Salma, ada sejumlah sukarelawan yang lebih dulu berada di kawasan pengungsi. Mereka memiliki program bernama Ceria Merapi. Namun, mereka tidak terpikir tentang kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi program tersebut.
"Dari situlah aku mulai terlibat dalam aktivitas konkret mendampingi anak-anak kurang beruntung itu," ujarnya.
Salma pun mulai merancang kegiatan mendongeng dengan memakai boneka jari. Selama dua minggu berada di kawasan pengungsian Merapi, dia membikin boneka jari dari bahan dasar flanel. Tokoh yang pertama dibikin adalah jerapah. Setelah itu tokoh-tokoh yang lain bermunculan.
Begitu boneka jadi, Salma lalu beraksi. Dia mengajak anak-anak berinteraksi dengan tokoh-tokoh dongeng itu. Dia mendongeng dengan Juki and Friends setiap pagi dan sore. Ternyata, dampaknya luar biasa. Dongeng boneka jari ampuh menjadi media trauma healing untuk anak-anak korban bencana.
"Mereka bisa mengekspresikan perasaan mereka. Ada yang menangis, ada yang akhirnya bisa menceritakan kepedihannya. Peristiwa itu bener-bener nggak terlupakan," kenang Salma.
Di samping mendongeng, Salma menggelar training bagi para sukarelawan. Mereka diajari mendongeng sekaligus membikin boneka jari. Salma berada di kawasan Merapi kurang lebih dua minggu. Dia memutuskan kembali ke Jakarta setelah ongkosnya habis.
Begitu sampai di ibu kota, Salma segera menggalang donasi boneka jari melalui situs jejaring sosial Facebook. Dia menjual boneka jari Juki and Friends kepada teman-teman Facebook-nya. Satu boneka harganya Rp 25 ribu. Ternyata responsnya cukup baik. Setidaknya, Salma berhasil menjual 50 ribu boneka jari. Seluruh hasil penjualan boneka itu langsung dikirimkan ke daerah pengungsi.
"Dalam sehari aku bisa bikin 25 sampai 50 boneka. Capek memang, tapi senang karena responsnya bagus," urainya.
Setelah program donasi Merapi usai, Salma memutuskan mendirikan komunitas Rumah Pohon Activity. Dia terinspirasi tempat tinggalnya yang mirip rumah pohon. Tidak lama kemudian Salma kembali menggalang donasi untuk boneka jari saat bencana gempa di Mentawai. Dalam sebulan terkumpul donasi Rp 10 juta. Salma pun berangkat menuju lokasi bencana. Di sana dia tidak sekadar mendongeng bersama Juki and Friends."
"Anak-anak didongengi, sedangkan ibu-ibunya diajari membuat kerajinan tangan dari kain perca. Ibu-ibu itu senang, nggak stres, karena ada kesibukan," jelasnya.
Setahun kemudian, Salma kembali menggalang dana untuk korban bencana lahar dingin di Magelang. Salma juga pernah mengunjungi Pulo Aceh yang diterjang habis oleh bencana tsunami. Di tempat itu Salma mendongeng sekaligus memberikan pendampingan kepada ibu-ibu.
Menurut Salma, setiap tempat memiliki kesan tersendiri. Namun, dia mengaku paling terkesan ketika mendongeng di depan anak-anak penderita kanker di rumah kanker Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Salma menyaksikan anak-anak yang tengah menjalani kemoterapi itu sangat bersemangat mendengarkan dongeng Juki and Friends. "Ada yang sampai ngesot dari tempat tidur untuk bisa melihat aku mendongeng," kata Salma.
Karena itu, Salma pun berusaha secara rutin mendongeng di sana. Setidaknya seminggu sekali. Setiap kali mendongeng, Salma selalu" menyampaikan cerita yang penuh semangat. Melalui Juki, Salma bercerita jika anak tersenyum, penyakitnya akan diambil oleh malaikat.
"Aku semangatin mereka agar tetap tersenyum biar sakitnya diambil malaikat," katanya.
Hingga kini Salma terus aktif mendongeng di seluruh pelosok negeri. Bersama Rumah Pohon Activity, dia juga mendirikan klub dongeng. Setidaknya, sudah tujuh klub dongeng di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Bekasi, Medan dan Sukabumi.
"Intinya, setahun sekali aku upayakan untuk memantau klub-klub dongeng supaya bisa terus berjalan dan berkembang," tandas Salma. (*/c2/ari)
SEKARING RATRI ADANINGGAR, Jakarta
-----------
JUKI adalah si jerapah periang yang disukai teman-temannya. Juki selalu ceria dan tidak suka marah-marah.
Kemudian, ada Bob, si anjing penolong yang selalu siap membantu temannya; Risa, si rusa yang ramah; Baya, si buaya setia yang hobinya berenang dan bermain layangan; juga Unyu, si penyu hijau yang penyabar dan selalu pandai menenangkan suasana. Lalu, ada pula Tiki, si tikus pemurah; Elang, si burung penjelajah; dan Ciki, si ayam yang rajin. Mereka berteman dan hidup damai di Negeri Cermin.
Bersama Salma Indria Rahman, kedelapan karakter tersebut berkelana dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia untuk menghibur anak-anak. Mereka menjelma menjadi boneka jari yang lucu dan menggemaskan.
"Lewat dongeng Juki and Friends, aku pingin anak-anak mengenal karakter tokoh-tokoh dalam dongeng," urai Salma ketika ditemui di markas komunitas Rumah Pohon Activity, kawasan Tebet, Jakarta, pekan lalu.
Menurut Salma, pembelajaran budi pekerti di Indonesia masih rendah, khususnya untuk anak-anak yang nasibnya kurang beruntung. Seperti anak-anak jalanan dan anak-anak korban bencana alam. Karena itu, perempuan berusia 38 tahun tersebut tergerak untuk mengajarkan budi pekerti lewat cara yang menyenangkan. Meski terkesan sepele, dampak yang ditimbulkan luar biasa.
Salma mencontohkan, ketika dirinya pergi ke daerah pedalaman untuk mendongeng di sekolah yang sangat miskin. Murid-muridnya sampai tidak pernah mandi. "Aku dongengin mereka dengan boneka jari Juki and Friends tentang anak-anak yang nggak mau mandi dan akibatnya. Aku iming-imingi, mereka yang mau mandi akan mendapat boneka jari. Esok harinya, anak-anak mengajak aku ke sungai. Mereka pamer bahwa mereka mau mandi," urai Salma sembari tersenyum.
Salma menjelaskan, di ujung jari terdapat ribuan sensor motorik yang akan membuka otak kanan. Dengan jari, anak-anak juga lebih merasa dekat dengan boneka Juki and Friends yang bentuknya mungil. Boneka jari juga bisa menjadi hiasan pensil atau bolpoin.
Salma sudah menjelajahi berbagai macam sekolah, mulai sekolah anak jalanan hingga sekolah anak-anak berbakat. Dia juga pernah menyambangi daerah-daerah bencana dan sejumlah panti asuhan. Bagi perempuan asli Padang itu, setiap anak membutuhkan dongeng untuk bergembira dan berekspresi. Bagi anak-anak jalanan, dongeng efektif untuk mengajarkan budi pekerti. Sementara bagi anak-anak korban bencana, dongeng bisa menjadi trauma healing yang cukup ampuh.
"Kalau disuruh menghitung berapa tempat yang sudah aku datangi untuk mendongeng, ya susah. Udah banyak banget, mungkin ratusan kali," urainya.
Salma menjadi tukang dongeng secara tidak sengaja. Pada 2009, dia menemukan rumah kos yang mirip rumah pohon di kawasan Tebet. Kamarnya terletak di lantai atas dengan balkon mini dan tangga. Salma pun menamai markas pribadinya itu Rumah Pohon Activity.
Di sekeliling rumah kosnya, perempuan kelahiran 15 Mei 1975 itu sering menyaksikan anak-anak tetangga yang berlagak mirip artis-artis sinetron. Bahkan, pada suatu hari Salma kaget ketika mendengar salah seorang anak tetangga tiba-tiba menyerukan ingin bunuh diri.
"Aku ya kaget banget. Mereka bilang itu (bunuh diri) kayak di sinetron-sinetron. Akhirnya aku ajak dia ngomong baik-baik dan aku ajarin soal tontonan yang layak dan nggak layak buat anak-anak. Eh, nggak lama kemudian, temen-temen-nya juga sering ikut main ke Rumah Pohon," ujarnya.
November 2010, Salma yang juga seorang travel writer diundang teman penerbitnya di Jogjakarta untuk membahas novelnya yang bakal diterbitkan. Saat dia berada di Jogja itu, Gunung Merapi meletus. Bubar semua rencananya. Tiba-tiba Jogja menjadi kota mati. Salma pun kebingungan harus berbuat apa.
Akhirnya Salma dan rekannya memutuskan untuk mengunjungi serta membantu para korban bencana di lokasi-lokasi pengungsi. Upaya sukarela iseng Salma tersebut ternyata mendapat respons positif dari teman-temannya di beberapa daerah di Indonesia. Mereka berlomba-lomba menitipkan uang untuk membantu korban bencana.
"Akhirnya kami dapat tiga mobil untuk blusukan ke daerah-daerah pengungsi. Di tempat itu kami bagikan selimut dan bahan-bahan pangan," ungkapnya.
Bersama Salma, ada sejumlah sukarelawan yang lebih dulu berada di kawasan pengungsi. Mereka memiliki program bernama Ceria Merapi. Namun, mereka tidak terpikir tentang kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi program tersebut.
"Dari situlah aku mulai terlibat dalam aktivitas konkret mendampingi anak-anak kurang beruntung itu," ujarnya.
Salma pun mulai merancang kegiatan mendongeng dengan memakai boneka jari. Selama dua minggu berada di kawasan pengungsian Merapi, dia membikin boneka jari dari bahan dasar flanel. Tokoh yang pertama dibikin adalah jerapah. Setelah itu tokoh-tokoh yang lain bermunculan.
Begitu boneka jadi, Salma lalu beraksi. Dia mengajak anak-anak berinteraksi dengan tokoh-tokoh dongeng itu. Dia mendongeng dengan Juki and Friends setiap pagi dan sore. Ternyata, dampaknya luar biasa. Dongeng boneka jari ampuh menjadi media trauma healing untuk anak-anak korban bencana.
"Mereka bisa mengekspresikan perasaan mereka. Ada yang menangis, ada yang akhirnya bisa menceritakan kepedihannya. Peristiwa itu bener-bener nggak terlupakan," kenang Salma.
Di samping mendongeng, Salma menggelar training bagi para sukarelawan. Mereka diajari mendongeng sekaligus membikin boneka jari. Salma berada di kawasan Merapi kurang lebih dua minggu. Dia memutuskan kembali ke Jakarta setelah ongkosnya habis.
Begitu sampai di ibu kota, Salma segera menggalang donasi boneka jari melalui situs jejaring sosial Facebook. Dia menjual boneka jari Juki and Friends kepada teman-teman Facebook-nya. Satu boneka harganya Rp 25 ribu. Ternyata responsnya cukup baik. Setidaknya, Salma berhasil menjual 50 ribu boneka jari. Seluruh hasil penjualan boneka itu langsung dikirimkan ke daerah pengungsi.
"Dalam sehari aku bisa bikin 25 sampai 50 boneka. Capek memang, tapi senang karena responsnya bagus," urainya.
Setelah program donasi Merapi usai, Salma memutuskan mendirikan komunitas Rumah Pohon Activity. Dia terinspirasi tempat tinggalnya yang mirip rumah pohon. Tidak lama kemudian Salma kembali menggalang donasi untuk boneka jari saat bencana gempa di Mentawai. Dalam sebulan terkumpul donasi Rp 10 juta. Salma pun berangkat menuju lokasi bencana. Di sana dia tidak sekadar mendongeng bersama Juki and Friends."
"Anak-anak didongengi, sedangkan ibu-ibunya diajari membuat kerajinan tangan dari kain perca. Ibu-ibu itu senang, nggak stres, karena ada kesibukan," jelasnya.
Setahun kemudian, Salma kembali menggalang dana untuk korban bencana lahar dingin di Magelang. Salma juga pernah mengunjungi Pulo Aceh yang diterjang habis oleh bencana tsunami. Di tempat itu Salma mendongeng sekaligus memberikan pendampingan kepada ibu-ibu.
Menurut Salma, setiap tempat memiliki kesan tersendiri. Namun, dia mengaku paling terkesan ketika mendongeng di depan anak-anak penderita kanker di rumah kanker Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Salma menyaksikan anak-anak yang tengah menjalani kemoterapi itu sangat bersemangat mendengarkan dongeng Juki and Friends. "Ada yang sampai ngesot dari tempat tidur untuk bisa melihat aku mendongeng," kata Salma.
Karena itu, Salma pun berusaha secara rutin mendongeng di sana. Setidaknya seminggu sekali. Setiap kali mendongeng, Salma selalu" menyampaikan cerita yang penuh semangat. Melalui Juki, Salma bercerita jika anak tersenyum, penyakitnya akan diambil oleh malaikat.
"Aku semangatin mereka agar tetap tersenyum biar sakitnya diambil malaikat," katanya.
Hingga kini Salma terus aktif mendongeng di seluruh pelosok negeri. Bersama Rumah Pohon Activity, dia juga mendirikan klub dongeng. Setidaknya, sudah tujuh klub dongeng di beberapa daerah di Indonesia, seperti Aceh, Bekasi, Medan dan Sukabumi.
"Intinya, setahun sekali aku upayakan untuk memantau klub-klub dongeng supaya bisa terus berjalan dan berkembang," tandas Salma. (*/c2/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... CID, Intel Malaysia yang Pamer Keintelannya secara Terbuka
Redaktur : Tim Redaksi