-----------------
Di masyarakat negeri jiran, intel kepolisian cukup disegani. Sebab, mereka punya wewenang menangkap siapa pun yang dicurigai membahayakan keamanan negara tanpa menunggu perintah pengadilan seperti diatur dalam undang-undang Security Offences Special Measures Act 2012.
Namun, keberadaan mereka sangat mudah ditebak. Masyarakat pun bisa berhati-hati bila melihat intel-intel Melayu itu berseliweran. Entah sengaja atau tidak, para intel tersebut justru memamerkan keintelannya secara terbuka.
Sejak invasi gerilyawan Kesultanan Sulu ke Sabah, ratusan intelijen dari seluruh balai polis daerah (polda) seantero Malaysia datang ke Kota Lahad Datu. Praktis mulai di jalanan, kedai makan, sampai hotel, intel-intel itu gampang ditemui.
"Sejak ada pengganas Sulu, CID ada di mana-mana. Di sini tembok pun punya telinga," kata Samsudin Rusman, warga asli Lahad Datu yang ditemui Jawa Pos di Restoran Aulia, Lahad Datu, pekan lalu.
CID adalah singkatan dari Criminal Investigation Division, bagian dari Polis Diraja Malaysia yang tugasnya beragam. Mulai investigasi kasus kriminal rutin (pencurian, perampokan, atau pembunuhan) hingga special crime seperti makar terhadap negara ataupun kejahatan terorganisasi (triad). Mereka dibagi dalam unit-unit dengan penomoran D1 hingga D12.
Yang sering disapa intel CID oleh warga itu sebenarnya adalah anggota unit D9-CID. Yakni, unit special investigation yang non-uniform. Pakaian mereka saat bertugas biasanya kasual untuk menyamar. Sayang, warga sudah hafal ciri-cirinya.
"Biasanya rambut ada panjang (kucir) dan di pinggang senjatanya pasti kelihatan. Tengok pinggangnya lah," katanya sambil mengedip untuk melihat ke meja sebelah.
Di meja sebelah dua orang sedang asyik menyantap gulai kepala ikan. Yang satu berkaus hitam, yang lain berbaju lengan pendek. Di pinggangnya terselip senjata api genggam yang memang tampak disembulkan dengan sengaja.
Selain rambut dan gembolan di pinggang, ciri lain CID biasanya dapat dikenali dari kalung, kacamata hitam di atas rambut, dan matanya yang tajam penuh selidik. "Memang mata itu susah digambarkan, tapi kalau sering jumpa pasti paham," ujarnya.
Wartawan Jawa Pos ini sebagai satu-satunya warga sipil pernah satu pesawat dengan rombongan CID dari Kinabalu ke Lahad Datu.
Seluruh seat dipakai CID yang memang dikirim untuk membantu Operasi Daulat di Lahad Datu yang awal Maret lalu sedang panas-panasnya. Kebetulan ada kenalan di Kinabalu yang bisa mengupayakan mendapatkan kursi penerbangan.
Karena berfungsi sebagai mata dan telinga Polis Diraja Malaysia, anggota CID tentu tidak berkantor di belakang meja. Mereka justru lebih sering di lapangan. Tapi, tempat favorit mereka adalah nongkrong di restoran. "Bisa sehari penuh itu, Bah (sapaan khas Sabah, seperti Mas)," katanya.
Ada tiga restoran utama tempat mangkal para polis perisik di Lahad Datu. Yakni, Restoran Aulia di pusat kota, Restoran Kak Tini di Jalan Teratai, dan Restoran Rumpun Selera di Jalan Sri Perdana. Pernah terlihat seorang intel CID yang sarapan pukul 07.00 di Restoran Kak Tini yang tak beranjak dari kursinya sampai pukul 18.00.
CID mendapat tempat khusus di ruang operasi militer di Felda Sahabat. Saat Menteri Pertahanan Datuk Ahmad Zahid Hamidi berkunjung ke ruang operasi, mereka sering disapa dan berbincang. Penangkapan tali barut (kaki tangan) kelompok gerilyawan Sulu juga dilakukan secara senyap dan efektif oleh CID. Tahu-tahu sudah 97 orang yang dijebloskan ke balik jeruji.
Dalam sidang media (jumpa pers), Kepala Polis Negara Datuk Tan Sri Ismail Omar menolak untuk menjabarkan identitas mereka yang sudah ditangkap. "Itu dapat membahayakan siasatan (strategi) kami," ucapnya.
Liaison officer (LO/perwira penghubung) Mabes Polri di Konsulat RI di Tawau Kompol Fibri Karpiananto menjelaskan, hubungan antara Polri dan CID Malaysia sangat akrab dan hangat. "Misalnya, kerja sama CID narkoba dengan reserse kita dalam menggagalkan penyelundupan narkoba," katanya.
Di semua perwakilan RI di Malaysia ada LO Polri yang terus berkoordinasi. "Kita sangat harmonis dengan polisi Malaysia. Bukan hanya CID, tapi juga semua cawangan (bagian)," ujar mantan Kabagops Polda Bangka Belitung itu.
Khusus di wilayah Sabah, hubungan Polis Diraja Malaysia dan Polda Kalimantan Timur sangat aktif. "Kita bekerja sama terutama penanggulangan transnational crime, kejahatan lintas batas negara, karena memang sangat dekat batas-batasnya," kata Fibri yang mendapat penghargaan khusus dari kepala Kepolisian Sabah pada 25 Maret tahun lalu karena dianggap sangat membantu tugas polisi Malaysia di Sabah itu.
Polisi Malaysia sering mengadakan patroli bersama Brimob Polda Kaltim. "Di darat juga, di laut juga," ucapnya. Tahun ini rencananya diadakan rapat koordinasi antara Polis Diraja Malaysia wilayah Sabah dan Polda Kalimantan Timur. "Kita akan koordinasi di Kota Kinabalu," ucapnya. (*/c10/oki)
Di masyarakat negeri jiran, intel kepolisian cukup disegani. Sebab, mereka punya wewenang menangkap siapa pun yang dicurigai membahayakan keamanan negara tanpa menunggu perintah pengadilan seperti diatur dalam undang-undang Security Offences Special Measures Act 2012.
Namun, keberadaan mereka sangat mudah ditebak. Masyarakat pun bisa berhati-hati bila melihat intel-intel Melayu itu berseliweran. Entah sengaja atau tidak, para intel tersebut justru memamerkan keintelannya secara terbuka.
Sejak invasi gerilyawan Kesultanan Sulu ke Sabah, ratusan intelijen dari seluruh balai polis daerah (polda) seantero Malaysia datang ke Kota Lahad Datu. Praktis mulai di jalanan, kedai makan, sampai hotel, intel-intel itu gampang ditemui.
"Sejak ada pengganas Sulu, CID ada di mana-mana. Di sini tembok pun punya telinga," kata Samsudin Rusman, warga asli Lahad Datu yang ditemui Jawa Pos di Restoran Aulia, Lahad Datu, pekan lalu.
CID adalah singkatan dari Criminal Investigation Division, bagian dari Polis Diraja Malaysia yang tugasnya beragam. Mulai investigasi kasus kriminal rutin (pencurian, perampokan, atau pembunuhan) hingga special crime seperti makar terhadap negara ataupun kejahatan terorganisasi (triad). Mereka dibagi dalam unit-unit dengan penomoran D1 hingga D12.
Yang sering disapa intel CID oleh warga itu sebenarnya adalah anggota unit D9-CID. Yakni, unit special investigation yang non-uniform. Pakaian mereka saat bertugas biasanya kasual untuk menyamar. Sayang, warga sudah hafal ciri-cirinya.
"Biasanya rambut ada panjang (kucir) dan di pinggang senjatanya pasti kelihatan. Tengok pinggangnya lah," katanya sambil mengedip untuk melihat ke meja sebelah.
Di meja sebelah dua orang sedang asyik menyantap gulai kepala ikan. Yang satu berkaus hitam, yang lain berbaju lengan pendek. Di pinggangnya terselip senjata api genggam yang memang tampak disembulkan dengan sengaja.
Selain rambut dan gembolan di pinggang, ciri lain CID biasanya dapat dikenali dari kalung, kacamata hitam di atas rambut, dan matanya yang tajam penuh selidik. "Memang mata itu susah digambarkan, tapi kalau sering jumpa pasti paham," ujarnya.
Wartawan Jawa Pos ini sebagai satu-satunya warga sipil pernah satu pesawat dengan rombongan CID dari Kinabalu ke Lahad Datu.
Seluruh seat dipakai CID yang memang dikirim untuk membantu Operasi Daulat di Lahad Datu yang awal Maret lalu sedang panas-panasnya. Kebetulan ada kenalan di Kinabalu yang bisa mengupayakan mendapatkan kursi penerbangan.
Karena berfungsi sebagai mata dan telinga Polis Diraja Malaysia, anggota CID tentu tidak berkantor di belakang meja. Mereka justru lebih sering di lapangan. Tapi, tempat favorit mereka adalah nongkrong di restoran. "Bisa sehari penuh itu, Bah (sapaan khas Sabah, seperti Mas)," katanya.
Ada tiga restoran utama tempat mangkal para polis perisik di Lahad Datu. Yakni, Restoran Aulia di pusat kota, Restoran Kak Tini di Jalan Teratai, dan Restoran Rumpun Selera di Jalan Sri Perdana. Pernah terlihat seorang intel CID yang sarapan pukul 07.00 di Restoran Kak Tini yang tak beranjak dari kursinya sampai pukul 18.00.
CID mendapat tempat khusus di ruang operasi militer di Felda Sahabat. Saat Menteri Pertahanan Datuk Ahmad Zahid Hamidi berkunjung ke ruang operasi, mereka sering disapa dan berbincang. Penangkapan tali barut (kaki tangan) kelompok gerilyawan Sulu juga dilakukan secara senyap dan efektif oleh CID. Tahu-tahu sudah 97 orang yang dijebloskan ke balik jeruji.
Dalam sidang media (jumpa pers), Kepala Polis Negara Datuk Tan Sri Ismail Omar menolak untuk menjabarkan identitas mereka yang sudah ditangkap. "Itu dapat membahayakan siasatan (strategi) kami," ucapnya.
Liaison officer (LO/perwira penghubung) Mabes Polri di Konsulat RI di Tawau Kompol Fibri Karpiananto menjelaskan, hubungan antara Polri dan CID Malaysia sangat akrab dan hangat. "Misalnya, kerja sama CID narkoba dengan reserse kita dalam menggagalkan penyelundupan narkoba," katanya.
Di semua perwakilan RI di Malaysia ada LO Polri yang terus berkoordinasi. "Kita sangat harmonis dengan polisi Malaysia. Bukan hanya CID, tapi juga semua cawangan (bagian)," ujar mantan Kabagops Polda Bangka Belitung itu.
Khusus di wilayah Sabah, hubungan Polis Diraja Malaysia dan Polda Kalimantan Timur sangat aktif. "Kita bekerja sama terutama penanggulangan transnational crime, kejahatan lintas batas negara, karena memang sangat dekat batas-batasnya," kata Fibri yang mendapat penghargaan khusus dari kepala Kepolisian Sabah pada 25 Maret tahun lalu karena dianggap sangat membantu tugas polisi Malaysia di Sabah itu.
Polisi Malaysia sering mengadakan patroli bersama Brimob Polda Kaltim. "Di darat juga, di laut juga," ucapnya. Tahun ini rencananya diadakan rapat koordinasi antara Polis Diraja Malaysia wilayah Sabah dan Polda Kalimantan Timur. "Kita akan koordinasi di Kota Kinabalu," ucapnya. (*/c10/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jadi Standar Produk Heinz, Gratiskan Royalti buat Jatim
Redaktur : Tim Redaksi