jpnn.com - BANGUN siang, main game di handphone, nonton televisi, tidur siang panjang, nonton DVD, makan malam bersama keluarga, lalu tidur lagi. Setiap hari seperti itu selama tiga minggu ketika liburan tentu membuat anak bosan. Bahkan lebih membosankan daripada datang ke sekolah untuk belajar.
Padahal, menurut psikolog Fransisca Dessi Christanti Msi, liburan adalah kesempatan bagi anak untuk rehat dan keluar dari rutinitas. Karena itu, sayang sekali saat momen tersebut malah mengantarkan anak pada rutinitas baru tanpa nilai tambah. “Liburan panjang jangan dibiarkan begitu saja. Ini hanya terjadi satu hingga dua kali dalam setahun. Ortu sebaiknya kreatif mengisinya,” ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya itu.
BACA JUGA: Penting Miliki Kemampuan CPR
Dengan kreatif mengisi liburan sekolah anak, setidaknya ada tiga hal yang bisa diperoleh orang tua. Yakni, kualitas hubungan meningkat, anak punya energi positif yang baru, serta membuka wawasan anak dengan pengalaman-pengalaman baru.
Soal kualitas hubungan dengan keluarga, kali ini orang tua dilimpahi kuantitas waktu untuk menyempurnakan quality time yang selama ini diusahakan. “Ini waktu yang tepat bagi sekeluarga untuk dapat menikmati kebersamaan. Membuat bonding yang lebih erat,” jelasnya.
BACA JUGA: Vaksinasi Penting Juga Bagi Lansia
Jika memungkinkan, orang tua bisa mengambil cuti kerja. Namun, bila tidak, sebaiknya orang tua menyesuaikan untuk punya lebih banyak waktu di rumah. Kebersamaan bisa dibangun di mana saja. Kalau ada bujet, liburan ke luar kota atau ke luar negeri dapat jadi pilihan. Itu sekaligus menjadi pengalaman baru anak melihat suasana lain dari kesehariannya.
Tetapi, berkegiatan di rumah juga bisa tidak kalah seru bagi anak. ’’Semua kegiatan bisa jadi menyenangkan untuk mereka. Kuncinya, anak-anak mendapat pengalaman dan wawasan yang baru ketika menjalaninya,’’ ungkapnya.
BACA JUGA: Hati-Hati Begadang selama Piala Dunia
Kegiatan di rumah yang bisa dilakukan, antara lain, mencuci mobil bersama ayah, membuat kue kering bersama ibu, maraton DVD kartun, mendekorasi ulang kamar anak, hingga olahraga bersama. “Bisa juga menciptakan tantangan seru setiap hari. Misalnya, ayo hari ini tanpa gadget atau puasa nonton TV, mulai siang hingga sore, diganti dengan permainan dengan mama papa,” kata Fransiska.
Sebagai orang tua, peran mendidik anak bisa dioptimalkan saat liburan dengan kemasan bermain. Mengajarkan soft skill seperti kemandirian, sosialisasi, hidup sehat, tanggung jawab, atau kepedulian pada sekitar pun dapat lebih ditanamkan orang tua ketika liburan. Orang tua juga bisa mengikutsertakan anaknya mengikuti kamp atau pelatihan singkat selama liburan.
“Saat liburan panjang begini, orang tua harus pandai-pandai mengatur ritme dan format. Apa pun itu, jangan buat seperti rutinitas, harus ada yang baru,”
tegasnya.
Liburan dengan berkunjung ke rumah kakek-nenek serta saudara-saudara lainnya dapat menjadi pilihan untuk membuatnya lebih dekat dengan keluarga besar. Ibarat baterai, masa liburan tersebut seharusnya dijadikan masa untuk mengisi anak dengan energi baru. Jadi, ketika kembali ke sekolah, mereka sudah segar lagi. (puz/c14/ayi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengisap Jempol Itu Normal
Redaktur : Tim Redaksi