jpnn.com - BOGOR – Wali Kota Bogor Bima Arya kemarin berjalan kaki menuju kawasan Jalan Pajajaran yang terkenal sebagai pusat lalu lintas Kota Bogor karena aksesnya yang lansung menuju tol.
Dia mengintari titik – titik permasalahan yang menyebabkan Kota Bogor menjadi nomor dua kota terburuk versi aplikasi Waze.
BACA JUGA: Sambil Terkekeh, Ahok Bilang Begini Soal Amien Rais dan Habieb Rizieq
Bima ngamuk melihat beberapa angkutan kota yang tetap berani mangkal di depan dirinya.
“Mulai besok tidak ada lagi ngetem di sini!,” cetus Bima dengan nada marah kepada beberapa supir angkutan Sukabumi dan supir taksi yang memakirkan kendaraannya di badan jalan.
BACA JUGA: Duh, Serangan Amien Rais Malah Bikin Ahok Tertawa
Beberapa pedagang kaki lima (PKL) juga kocar kacir kedatangan orang nomot satu di Kota Bogor itu. Apalagi, Bima tak sendiri,
Kasatpol PP, Kadis LLAJ, dan Kepala DBMSDA turut mengawal istri dari Yane Ardian tersebut.
BACA JUGA: Nusron: Semoga Allah Memberikan Amien Rais Umur Panjang
“Ibu tahu tidak, trotoar ini untuk pejalan kaki. Bukan untuk berjualan,” marahnya lagi pada salah seorang pedagang di bawah jembatan penyebrangan dekat Terminal Baranang Siang.
Bima juga sidak ke pembangunan jalur pejalan kaki atau pedestrian yang memakan badan jalan di wilayah Otista dan Juanda.
Lalu, apakah rangkaian pantauan lapangan yang Bima lakukan kemarin menjadi solusi kemacetan di Kota Bogor ? Tentu tidak.
Bima mengatakan, dirinya tidak menyangkal survei yang dilakukan Waze terhadap Kota Bogor terjadi pada nyatanya, bahwa Kota Bogor semakin macet.
Dirinya juga tidak menutup mata, pertumbuhan kendaraan yang ada sekarang ini berjalan pesat.
“Kita perlu satu langkah yang serius untuk mengurai kemacetan ini. Kita bicara juga soal penegakan disiplin dan penambahan petugas. Kita sudah anggarkan untuk penambahan petugas di lapangan,” kata Bima di tengah – tengah sidaknya kemarin.
Lanjut dia, masih ditemukan pembiaran – pembiaran yang dilakukan oleh anggota penegak hukum di lapangan. “ Untuk itu kita akan berkoordinasi lagi dengan pihak kepolisian soal hal itu,” sahutnya.
Bima beralih soal pengunjung Kebun Raya Bogor (KRB) yang setiap harinya bisa mencapai 1.000 orang. Sementara, lahan parkir yang disediakan tidak seimbang dengan jumlah pengunjung.
Hal itu merupakan persoalan utama mengingat di jalur tersebut merupakan salah satu titik terkrodit soal kemacetan.
“Jadi bagaimana kita mengelola parkir jangan sampai ada parkir liar dimana – mana. Kemudian juga PKL yang banyak memakan badan jalan. Kemudian angkot, angkot ini akan kita geser menjadi Transpakuan,” bebernya lagi.
Survei Waze dijadikan Bima sebagai eksalasi percepatan pembenahan lalu lintas di Kota Bogor. Dalam waktu dekat ini, Bima juga mengatakan akan mengevaluasi lagi DLLAJ.
“Kepala dinasnya baru, kalau hanya tidur saja anggotanya, kita geser, copot,” cetusnya.
Terpisah, Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) Kota Bogor Rakhmawati menyatakan, banyak program dari dinas yang terus digenjot soal lalu lintas. Seperti halnya rerouting, SSA, peralihan berbagai arus, dan pembenahan angkutan umum.
“Tapi kan itu (waze survey) menurut saya hanya sebagai penyemangat saja. Bahwa ini loh, kerja kita kurang, kita harus kerja lebih keras lagi. Bagi saya justru itu mengajak kita supaya lebih semangat lagi, bahwa kerja jangan asal – asalan,” tanggapnya.
Rakhmawati memang tak menutup mata, bahwa kondisi lalu lintas di Kota Bogor masih banyak yang harus dibenahi.
Apalagi di akhir pekan seperti sekarang, jumlah kendaraan yang berseliweran di kawasan Kota Bogor menurutnya jadi faktor utama buruknya lalu lintas di Kota Bogor.
“Kendaraan banyaknya luar biasa. Volume menjelang Sabtu Minggu itu memang luar biasa. Data yang kita dapat itu kan tiga kali lipat daripada hari biasa. Tapi tidak jadi masalah, survei seperti itu jadi cambuk buat anggota DLLAJ itu kerja lebih baik lagi, apalagi kita selalu dikejar- kejar sama masalah yang ada di Kota Bogor,” bebernya pada Radar Bogor (Jawa Pos Group).
Lalu apa langkah – langkah penyelesaiannya ? Rakhma -sapaan akrabnya- memaparkan, langkah perbaikan yang sudah dilakukan DLLAJ yang paling utama adalah penambahan jumlah personel.
Di Januari ini, DLLAJ Kota Bogor siap mendapat penambahan personel.
“Insya Allah nanti Januari. Sehingga anggota tidak lari – lari lagi. Kalau sekarang itu kondisinya disaat ada titik kemacetan di satu titik, kita harus menarik anggota ke titik tersebut. Ada yang macet lagi, kita tarik lagi. Kita hanya memiliki 25 anggota di Kota Bogor. Makanya ini sangat minim sekali,” urainya menjelaskan.
Lalu, lanjut Rakhma memaparkan soal pembangunan beberapa flyover. Kata Rakhma, pembangunan sudah akan dimulai tahun ini diantaranya di kawasan RE Martadinata.
Namun, akunya, kemacetan yang terjadi sekarang ini juga disebabkan oleh banyaknya pembangunan jalan yang sedang dilaksanakan.
“Seperti di betonisasi di Sukasari, sudah situasinya macet, itu akan jadi zona merah di Waze pasti. Di kawasan barat juga misalkan ada beberapa titik kemacetan. Tapi itu kan kedepannya ingin melancarkan jalan justru, efeknya harus dirasakan sekarang,” ungkapnya.
Justru, kata dia, jika masyarakat hanya ingin terima jadi, harus ada partisipasi pula dari masyarakat.
Soal penambahan ruas jalan, DLLAJ meminta dinas lainnya seperti Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Alam (DBMSDA) untuk memaksimalkan hal tersebut. “ Kalau kita anak – anak jalannya saja,” sahutnya.
Informasi yang dihimpun DLLAJ, jumlah kendaraan yang ada di Kota Bogor diakui Rakhma mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa. Pertumbuhan setiap tahunnya, kata Rakhma, bisa mencapai 40 ribu kendaraan baik roda empat ataupun roda dua.
“Untuk kendaraan yang masuk ke Kota Bogor sendiri di Sabtu Minggu itu sampai 120 ribu kendaraan perhari. Sementara yang keluar Kota Bogor hanya 40 sampai 50 ribu saja. Kebayang tidak, ketika jalan di Kota Bogor hanya segitu, tapi kendaraannya begitu banyak,” jelasnya.
Lalu beralih pada masalah parkir. Faktanya, masih banyak ditemukan parkir – parkir liar di sejumlah ruas jalan yang ada di Kota Bogor.
Namun, kata Rakhma, DLLAJ sedang melakukan kajian soal parkir. Nantinya, akan ada ruas – ruas jalan yang sama sekali tidak diperbolehkan parkir. Terlebih, Kota Bogor memiliki lahan yang terbatas untuk parkir.
“Lahan parkir terbatas, nah, orang – orang yang dilarang parkir itu marahnya lebih marah dibanding yang melarangnya. Justru kita itu butuh kesadaran” cetusnya.
Terakhir, permasalahan buruknya lalu lintas di Kota Bogor adalah soal transportasi umum. Rakhma menjelaskan, DLLAJ sedang menunggu masa penyehatan Transpakuan yang tak kunjung usai. DLLAJ pun sedang melakukan kajian mengenai Transpakuan dalam segala hal.
“Kita juga sedang percepatan untuk reduksi angkot dari 3 koridor menjadi 1. kita akan mengurangi angkot sampai 800 angkot. Itu pengurangan yang cukup signifikan disamping koridor itu sudah ditetapkan, kita akan lakukan koordinasi dengan Kabupaten,” ungkapnya lagi. (dka/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ngebet Tumbangkan Ahok Demi Menebus Dosa ke Warga Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi