Bimbel Asal Korsel Ini Terapkan Latihan Berpikir Kritis Matematika Selama Pandemi Covid-19

Selasa, 29 Desember 2020 – 00:06 WIB
CEO Daekyo Indonesia Cha Seong Hoon. Foto: Dok. Humas Eye Level

jpnn.com, JAKARTA - Masa pandemi Covid-19 membuat sistem pembelajaran yang biasa tatap muka menjadi serba online.

Selain pelajaran sekolah, bimbingan belajar (bimbel) juga dilakukan dengan sistem online.

BACA JUGA: Vosmed, Layanan Bimbel untuk Mahasiswa Kedokteran Indonesia

Seperti halnya Eye Level, lembaga pendidikan asal Korea Selatan yang fokus di matematika dan bahasa Inggris, saat ini pembelajaran para siswa peserta bimbel dilakukan dari rumah alias online.

“Sekarang memang 95 persen dilakukan dengan online, sedangkan sudah lima persen offline atau tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, itupun hanya di wilayah yang zona hijau,” ujar CEO Daekyo Indonesia Cha Seong Hoon dalam siaran persnya yang diterima, Senin (28/12).

BACA JUGA: Bimbel Ocean Mendatangi Rumah Anak-anak Yatim

Cha Seong Hoon mengatakan, meski pembelajaran dilakukan online, namun tidak mengurangi kualitas pembelajaran yang dilakukan.

Penyesuaian dilakukan, dengan tetap mempraktekkan cara-cara belajar latihan berpikir kritis matematika.

Menurut dia, pendidikan di Eye Level tetap mengusung kemampuan berpikir kritis (critical thinking) agar anak mampu memecahkan masalah melalui latihan soal.

Ia menjelaskan, ada beberapa fokus dalam latihan berpikir kritis matematika, misalnya pola hubungan, geometri, pengukuran, pemecahan soal, serta penalaran.

"Misalnya untuk pola dan hubungan, siswa akan diajak mengembangkan pengetahuan dasar fungsi dengan mempelajari berbagai pola untuk objek, bilangan dan bentuk. Sementara untuk pemecahan soal, siswa akan belajar delapan strategi pemecahan soal, mulai dari pengenalan pola, analisis data, menggambar diagram, uji coba, dan sebagainya," ujarnya.

Pola pendekatan yang berbeda dalam belajar matematika ini diharapkan dapat membuat anak-anak tidak menganggap mata pelajaran ini sebagai momok.

Lanjut dia menuturkan, selama ini banyak pelajar di Indonesia, merasa takut kepada mata pelajaran Matematika. Seperti terlihat dari hasil Survei Programme for International Student Assessment (PISA).

Studi yang dilakukan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) terhadap anak usia 15 tahun pada 2015, menempatkan kemampuan matematika pelajar Indonesia ada di peringkat ke-63 dari 72 negara.

Peringkat itu terpaut jauh dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara seperti Vietnam di peringkat ke-12 dan Singapura di peringkat pertama. (cuy/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler