JAKARTA - Badan Intelijen Negara menduga aksi teror bom gereja bethel di Solo akan diikuti dengan aksi susulanKarena itu, intelijen meminta seluruh aparat untuk siaga penuh
BACA JUGA: Dalami Jaringan Teror, BIN Buru Aktor
"Belum semua pelaku teror ini jaringannya tertangkap semua
BACA JUGA: Djoko Bantah Ada Informasi Awal Sebelum Pemboman
Yang di tempat-tempat lainnya disamping juga terindikasi tentu ada kelompok-kelompok yang ingin melakukan niatnya melakukan teror," ujar Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal (purn) Sutanto usai rapat bersama Menkopolhukam Djoko Suyanto di kantornya, Minggu (25/09)Sutanto membantah pihaknya kecolongan
BACA JUGA: Aktivis Tuding Intelijen Polisi Pasif
Sebab BIN sudah mengendus kemungkinan aksi itu"Kita sudah infokan ke aparat yang tanganiKita (BIN) kan tidak boleh bertindak di lapanganKita cuma memberikan informasi," kata mantan Kapolri iniApakah itu berarti akan ada pengeboman gereja lagi? Wajah Sutanto memerah"jangan dikembangkan ke sanaKita fokus ke pelakunya, Yang penting kita bisa tangkap pelakunya dulu," kata Sutanto
Secara terpisah, sumber Jawa Pos di lingkungan antiteror menyebutkan dari kemiripan wajah pelaku sangat dekat dengan Ahmad Yosepa Hayat, buronan kasus bom Cirebon"Sekarang sedang kita cek DNA dari keluarganya di Sumedang," kata perwira ini semalam
Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat adalah satu dari lima DPO kasus bom Mapolresta Cirebon yang belum tertangkap. Pria yang bernama lain Ahmad Abu daud alias Raharjo itu juga satu yang siap menjadi "pengantin" dalam aksi pengeboman
Empat yang lain adalah Yadi Al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay yang memiliki keterlibatan memberikan perintah pelatihan perakit bom bunuh diriLalu buron ketiga bernama Beni Asri yang diduga membawa sisa-sisa bom,Kemudian, Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Gendut alias Rian memberikan pelatihan para pelaku bom bunuh diriDan yang terakhir, Heru Komarudin yang merupakan ahli perakit bom.
Ahmad Yosepa memiliki ciri wajah yang hampir identik dengan pelaku bom di gereja Bethel Solo"Tekstur wajahnya sama tapi kita tidak punya data gigiKarena itu verifikasi dari DNA," tambahnya
Selain itu, interogasi ulang terhadap jaringan Cirebon yang sudah tertangkap dilakukanBahkan dua tersangka yang sudah ditangkap sebelumnya dibawa ke tkp di Solo untuk mengenali wajah pelaku"Karena itu, kita sudah berani laporan pada presiden kalau ada koneksi Cirebon dengan bom Solo ini," katanya
Aksi pengeboman itu sangat mengejutkan para polisi anti terorTerutama Densus 88 Mabes PolriBetapa tidak, satu minggu sebelum kejadian mereka sudah operasi di Solo dan Klaten"Kami baru saja menyisir daerah ini untuk mencari DPO, rupanya mereka mengelak dan justru menyerang balik," katanya
Dari hasil kajian sub detasemen analis Densus 88 Polri, pelaku berupaya melakukan aksi provokasi dan adu domba terkait peristiwa kerusuhan Ambon 11 September lalu"Mereka jengkel karena Ambon bisa diredamHendak masuk kesana pun susah, karena itu bermain di Jawa," katanya
Dari rangkaian dan tipe bom, penyidik memastikan sama persis dengan yang dipakai Syarif bomber Polresta Cirebon beberapa bulan yang lalu"Ada paku dan gotri namun tampaknya bahan pembakarnya kurang padat , jadi efeknya lemah," katanya
Selain itu, rangkaian juga menunjukkan dibuat tergesa-gesa"Ada sisa kabel yang dibawa pelaku di luar bom," tambahnya
Meski baru seorang pelaku yang juga tewas di lokasi, penyidik menduga aksi itu dilakukan berkelompok"Mereka memilih sasaran tidak sembaranganAda survei dulu, pasti ada perencanaan," katanya
Jaringan bom Syarif di Cirebon memang terkoneksi dengan kelompok-kelompok teror yang berbasis di Solo dan KlatenMei lalu, Sigit Qurdowi, orang yang diklaim polisi berhubungan dengan aksi Syarif di Cirebon tewas ditembak Densus 88 di sebuah warung angkringan
Pada Januari 2011 tim Densus 88 berhasil membongkar sel teror Klaten yang beranggotakan beberapa pelajarBelakangan diketahui sel Klaten ini juga terkoneksi dengan jaringan Sigit Qurdowi yang juga melatih Syarif bomber Cirebon
Jaringan ini dikomandani Roki Aprisdianto alias Atok, 28 tahun yang mulai membangun jaringannya sejak 2008 akhirRoki berprofesi sebagai tukang parkir di Mal Solo Square, Purwosari, SurakartaAtok berkenalan dengan pengajian lebih radikal di Purwosari, SoloDi sana, Atok bertemu Joko Jihad asal Laweyan, Solo, mantan napi yang punya pertalian dengan Noor Din MohdTopJoko Jihad tahu bahwa Atok mantan perekrut andalan Darul Islam (DI).
Atok direkrut DI ketika masih menjadi pelajar SMP di Wonogiri pada 1997Pada waktu itu, ia berusia 15 tahunJalan hidupnya penuh pergulatanAyahnya masuk KristenAtok justru makin aktif dalam kegiatan keislamanIa jadi perekrut DI di kalangan pelajar.
Tapi, pada 2008, Atok keluar dari DIIa kecewa, infak bulanannya dikorupsi pimpinan DIDengan rekam jejak ini, Joko Jihad mendorong Atok memaksimalkan kemampuan rekrutmennya mengajak banyak orang ke medan jihadAtok terpacu dan mengontak Agung, teman pengajiannya bersama Ustad Darwo, Desember 2009.
Pada Januari 2010, digelar pertemuan lanjutanMereka sepakat membentuk Tim IghtiyalatArtinya, tim operasi pembunuhan mendadakAtok menjadi amir timKelompok Agung dinamakan Sel Klaten dan dipimpin seseorang bernama Irfan.
Atok mengirim Irfan belajar meracik bom pada Soghir, murid Azahari, yang pernah ditahan karena kasus bom Kedutaan Australia (2004)Inilah pertalian dengan aktor teror lamaIrfan mengajarkan skill bom pada Atok dan anggota Tim Ightiyalat.
Soghir ditangkap polisi pada Juni 2010Jaringan agak goyangAtok memperkuat dengan mencari partner baru, kelompok pimpinan Sigit QurdawiSigit belakangan dibekuk polisi sebagai otak bom CirebonIa terekam video sedang melatih Syarif, pengebom masjid Cirebon.
Menurut berkas pemeriksaan Atok , pada November 2010 Atok bekerja sama dengan tim Sigit, yang berbasis di Semanggi, SoloTim Sigit semula tidak berorientasi teror, hanya pejuang penegakan syariatSetelah didekati Atok, Sigit mau bersinergi menyerang polisiAtok melatih beberapa anggota Tim Hisbah pimpinan Sigit lalu mereka berhubungan dengan sejumlah pemuda di Cirebon(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Perintahkan Investigasi Internal di BIN dan Polri
Redaktur : Tim Redaksi