Pertumbuhan bisnis asuransi yang belum signifikan tahun lalu diperkirakan akan berimbas hingga tahun ini. Pada 2015, rata-rata industri asuransi umum merevisi target 20-30 persen karena market belum kondusif.
Ketua Bidang Asuransi Kadin Jatim Rudy Bachtiar menyebutkan, tahun lalu industri asuransi umum hanya mampu mencapai 80 persen dari target. ''Industri yang banyak melakukan PHK itu kan pertanda bahwa perekonomian kita tidak tumbuh signifikan. Asuransi juga kena imbas,'' katanya.
Keadaan itu terjadi ketika rata-rata premi tidak tumbuh signifikan. Saat perusahaan asuransi A menyatakan preminya tumbuh, perusahaan asuransi lain akan turun. Artinya, pengumpulan premi hanya berputar dari market share asuransi satu ke asuransi lain. Bukan market share yang secara rata-rata memang tumbuh.
Salah satu penyebab zero-sum tersebut adalah sikap asuransi yang sangat prudent. Asuransi kini lebih menghindari meng-cover risiko-risiko besar pada beberapa industri. Misalnya, industri yang berbasis plastik, kertas, dan kayu. ''Mereka (industri, Red) bisa saja membayar premi mahal, tapi kami (asuransi) yang tidak mau. Sebab, kami sulit mencari back-up reasuransi yang mau meng-cover dengan nilai-nilai yang besar,'' ungkap Rudy.
Dia mencontohkan, risiko kebakaran pada sebuah pabrik mempunyai nilai pertanggungan Rp 100 miliar. Sekarang sangat sulit mencari asurasi umum yang mempunyai kapasitas sebesar itu. Sebab, industri juga lebih banyak mengembangkan produk yang risikonya kecil. Misalnya, asuransi kebakaran rumah dan travel insurance. (rin/c14/oki/pda)
BACA JUGA: Petral Dibekukan, Pertamina Hemat Rp 2,8 T
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kemenperin Klaim Industri Elektronika Tumbuh Bagus
Redaktur : Tim Redaksi