Bisnis Narkoba Untuk Bayar Setoran di Lapas

Senin, 27 Mei 2013 – 14:57 WIB
DERAP langkah dua orang yang sedang berjalan menaiki tangga dari lantai satu ke lantai dua  Kantor Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Jawa Tengah, di Semarang. Berjalan di depan adalah tersangka jaringan narkoba Ring Arianto alias Reynold alias Jenggot, mengenakan baju lusuh berwarna biru dengan lengan baju yang dipotong dengan tulisan tahanan dibelakang baju dipadu dengan celena jeans biru tua serta mengenakan borgol di kedua tangan. Ia di kawal salah satu penyidik BNN yang mengenakan kemeja hitam dipadu dengan celana panjang hitam.

Mereka berjalan memasuki ruang tamu dengan ukuran 3x4 meter, pas di depan tangga yang menghubungkan lantai dua dengan lantai satu dan tiga . Di dalam ruangan tersebut Jenggot menceritakan seluk beluk soal jaringan narkoba yang dikendalikannya dari dalam Lapas. Memang tidak semuanya benar, karena beberapa perkataan pria yang mengenakan kacamata dan bertato 'burung Twetty' di lengan atas dibantah penyidik karena tidak sesuai dengan pernyataannya saat diperiksa.

Ia mengatakan, dirinya masuk jaringan narkoba berawal dari permintaan temannya yang terus datang dan menghubungi dirinya agar diberikan sabu. Sehingga, menurut pria berumur 45 tahun ini memberikan sabu kepada temannya dan terjerumus kembali dalam dunia narkoba. 

"Sebenarnya sudah berhenti. Tapi dihubungi terus sama teman. Jadi risih dan tidak enak. Apalagi dia jenguk terus," katanya, sambil mengulang-ngulang kalimat tersebut.

Dengan kalimat yang terputus-putus dan beberapa kali berhenti bicara, Jenggot mengatakan, dirinya mendapatkan ponsel dan nomor kartu dari sesama napi. Dikatakannya, harga alat yang menghubungkan dirinya dengan bandar narkoba dan pembeli, harganya tidak jauh beda dengan harga diluar Lapas. Ia juga mengatakan sudah dua kali ganti ponsel, karena saat penggeledahan rutin petugas, ponsel yang disimpannya di tempat sampah terbuang bersama sampah.

Ia mengatakan, dirinya hanya operator, sebatas komunikasi. Tidak pernah bertemu dengan pemilik narkoba ataupun pembeli. Transaksi dilakukan melalui m-banking, dalam sebulan, dirinya mampu melakukan 100 transaksi. Setiap transaksi ia mendapatkan keuntungan Rp100 ribu. "Hanya sebatas operator, jadi ada yang pesan saya sampaikan ke orang yang punya, hanya itu. Tugas saya hanya itu kok. Semua paket (sabu) ditaruh di batu, supaya tidak ketahuan dan tidak kena angin," katanya.

Jengot membeberkan, dirinya tidak berhubungan langsung dengan eks Danalan Semarang dalam transaksi narkoba.  Hanya melalui perantara anggota intel Polda Jawa Tengah yang saat ini. "Saya sudah tidak berhubungan dengan komandan satu minggu sebelum ia ditangkap," katanya dan langsung dibantah petugas BNN. "Jangan bohong. Katakan jujur sesuai dengan kejadian," tegas penyidik.

"Dua sampai tiga hari sebelum komandan ditangkap saya berhubungan dengannya untuk transaksi (sabu)," beber Jenggot dengan raut wajah tegang dan suara putus-putus sambil berkeringat.

Ayah dua anak ini menambahkan, dirinya terpaksa bisnis narkoba dari balik jeruji besi karena harus memenuhi setoran di Lapas. Terlebih untuk membeli makanan setiap hari. Setoran tiap Napi di blok bervariasi,  dari Rp50-100  ribu per napi.

"Tidak ada yang gratis di Lapas. Makan aja yang gratis, itu pun nasi putih. Kalau mau makan agak enak, ada sayurnya harus bayar Rp10 ribu per piring. Tiap bulan juga harus bayar sampah, air dan lain-lain. Blok manapun harus bayar. Yang narik pengurus blok," tutup Jenggot. (ian/jpnn)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Kakek Paksa Bocah Senggama

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler