"Sekitar dua minggu lalu ada beberapa acara besar yang diadakan di Jatim. Di antaranya, ASEAN School Games dan turnamen golf internasional di Taman Dayu dan Finna Golf. Jadwalnya hampir bertumpukan sehingga sektor wisata, seperti perhotelan, kewalahan. Akhirnya, beberapa hotel berbintang penuh dan harus menolak pemesanan," paparnya.
Kesinambungannya event-event skala besar tersebut, kata Yusak, harus bisa dipelihara. Dengan demikian, event-event itu dapat mengatrol sektor pariwisata, khususnya bisnis hotel dan restoran. Dia memperkirakan, event-event tersebut bisa menyumbang pertumbuhan pariwisata sekitar 12 persen. "Porsi terbesar disumbang perhotelan, sekitar 8 persen. Sisanya restoran," ujarnya.
Sebenarnya, menurut Yusak, tidak adanya sinergi antar pelaku sektor pariwisata adalah salah satu kelemahan pariwisata Jatim. Tiap sektor berdiri sendiri. Padahal, dalam sinergi tersimpan kunci keberhasilan pariwisata.
Yusak menjelaskan, pelaku sektor pariwisata bisa membuat paket-paket menarik yang saling mempromosikan. Misalnya, wisata golf dipadukan dengan paket meeting, incentive, conference, and exhibition (MICE) di hotel. Dengan paket seperti itu, pelaku bisnis yang melakukan kegiatan bisnis dapat mengenal wisata golf. (uma/c12/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Separo Motif Batik Belum Dipatenkan
Redaktur : Tim Redaksi