BKNP PDI Perjuangan Menggali Konsep Koperasi Bung Hatta dan Bangunan Ekonomi Indonesia

Jumat, 13 Agustus 2021 – 13:38 WIB
Ekonom senior Faisal Basri dan moderator Aris Setiawan Jodi, dalam talkshow ‘Pekan Bung Hatta’ yang diprakarsai Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan. Foto: BKNP PDI Perjuangan.

jpnn.com, JAKARTA - Badan Kebudayaan Nasional Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (BNKP PDIP) melanjutkan rangkaian talkshow ‘Pekan Bung Hatta’ yang pada episode Kamis (12/8) mengangkat tema ‘Bung Hatta Bapak Koperasi’.

Secara khusus, BKNP PDI Perjuangan menggali latar belakang pemikiran koperasi Bung Hatta dan konsep ekonomi yang digagas selama hidupnya.

BACA JUGA: Batin Megawati Tertekan Saat ke Rumah Bung Hatta, Sempat Memprovokasi Meutia Farida

Rangkaian talkshow ‘Pekan Bung Hatta’ diprakarsai BKNP PDI Perjuangan dalam upaya memperkenalkan sepak terjang, kisah, dan inspirasi Bung Hatta kepada masyarakat. 

Selama sepekan, 9-14 Agustus 2021, BKNP PDI Perjuangan menayangkan video-video talkshow membahas Bung Hatta dalam berbagai perspektif. 

BACA JUGA: Yudi Latif Ungkap Islam Garam dan Gincu ala Bung Hatta

Video talkshow itu ditayangkan di kanal BKNP PDI Perjuangan di YouTube setiap pukul 16.30 WIB. 

Narasumber pada episode Kamis (12/8) ialah ekonom senior yang juga alumnus Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Faisal H. Basri. 

BACA JUGA: BKNP PDIP Ngabuburit Bareng Budayawan Ngatawi Al-Zastrow

Dalam dialog yang dipandu aktivis kebangsaan yang juga kader PDI Perjuangan Aris Setiawan Jodi, itu Faisal Basri mengungkapkan bahwa gagasan koperasi Bung Hatta didasari pada konsep ekonomi gagasan Hatta yang tentu berasal dari bahan bacaan buku-buku dan pengalaman selama pengembaraan intelektualnya di dalam maupun luar negeri. 

“Gagasan ekonomi Hatta merupakan  pemikiran alternatif dari kapitalisme pascarevolusi industri yang melihat sendiri betapa terjadi penghisapan para pemilik modal” jelas Faisal. 

Kala itu, Faisal menjelaskan, terjadi eksploitasi alam di Eropa sehingga muncul gerakan-gerakan untuk melawannya dari berbagai pemikiran seperti marxisme, sosialisme, dan pemikiran ekonomi yang disebut institusionalis. 

“Saat belajar di Eropa, Bung Hatta melihat bahwa kondisi ekonomi di Indonesia juga merupakan perpanjangan tangan dari kapitalisme global. Jadi, pemikiran ini telah digagas Bung Hatta sebelum kemerdekaan Indonesia,” lanjut Faisal.

Dia menambahkan pemikiran-pemikiran Hatta dikirim dari Belanda dalam bentuk tulisan yang dimuat di media perjuangan berbaur dengan muatan lokal semangat dari Ki Hajar Dewantara dan semangat kebangkitan nasional dari Syarikat Dagang Islam. 

“Dari sana, lahirlah pemikiran Bung Hatta yang sudah membumi untuk mempersiapkan Indonesia merdeka,” ungkap pria berdarah Batak yang juga salah seorang keponakan mendiang Wakil Presiden Adam Malik ini.

Dalam konsep ekonomi, Bung Hatta menggagas sebuah istilah koperasi yang disebutnya sebagai persekutuan cita-cita atau di firma semacam persekutuan modal. 

“Menurut Hatta, koperasi merupakan gerakan menghimpun kekuatan rakyat yang berserakan dan tidak terorganisir di masa penjajahan untuk menghadapi kaum kapitalis,” ungkap Faisal. 

Ada tiga  pilar dalam membangun koperasi yang luas. 

Pilar pertama, di hulu sebagai produksi yang dipegang oleh petani. 

Kedua, pilar perdagangan rakyat yang diwakili oleh syarikat dagang rakyat.

Adapun pilar ketiga, lembaga keuangan rakyat  yang  saat produksi dan  keuntungan meningkat, maka inilah yang menjadi tempat untuk menaruh uang atau modal.

“Sebab, jika uang ini ditaruh di bank, maka ia akan mengalir ke kota dan rakyat tetap akan kekurangan darah,” lanjut pria kelahiran Bandung 6 November 1959 ini.

Bung Hatta telah menyusun dan membidangi berbagai gerakan dan bangunan ekonomi di Indonesia. Bung Hatta bahkan telah membidani lahirnya kongres koperasi pertama di Indonesia di tengah gagasan dan perdebatan antara tokoh bangsa saat itu. 

Faisal juga menilai bahwa kelebihan Bung Hatta karena mampu untuk memahami konteks sejarah dan sosiologi masyarakat Indonesia, sehingga tidak ambil mentah-mentah apa yang didapat dari barat. 

Menurut Faisal, hal ini seperti yang pernah diungkapkan oleh Bung Karno. 

“Nasionalis yang sejati, yang nasionalismenya itu bukan timbul semata-mata suatu copy atau tiruan dari nasionalisme barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan,” kutip Faisal.

Faisal menyimpulkan, ide-ide Bung Hatta berperan besar dalam landasan cetak biru perekonomian bangsa. 

“Kalau bisa dikatakan, pisau analisis ekonomi Indonesia berasal dari tulisan-tulisan Bung Hatta,” pungkas Faisal. (boy/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler