jpnn.com - Black Panther kali pertama muncul di Captain America: Civil War (2016). Namun, popularitasnya serta prediksi box office-nya sudah menyamai karakter-karakter Marvel Cinematic Universe yang lain.
Apa penyebabnya? Berikut penjelasan sutradara Ryan Coogler dan tiga cast Black Panther dalam press junket yang dihadiri Jawa Pos.
BACA JUGA: Korsel Jadi Rumah Kedua Bintang Black Panther
’’Kalau kita ngobrol tentang Wakanda, kita tidak bisa lepas dari budaya dan orang-orang di Afrika. Sebab, kisahnya memang dibuat dengan latar di sana,’’ ungkap sutradara Ryan Coogler membuka press junket di Seoul, 8 Februari lalu. Dia dengan bersemangat menjelaskan film yang dinilainya sangat Afrika itu.
Wakanda, kerajaan imajiner yang jadi pusat kisah Black Panther, digambarkan berlokasi di timur Afrika. Coogler menyatakan, dibutuhkan upaya ekstra untuk menampilkan kerajaan tersebut tetap misterius, tetapi terasa nyata.
BACA JUGA: Belum Rilis, Black Panther Sudah Lampaui Batman v Superman
Dia menuturkan bahwa penggambaran lokasi asing itu terinspirasi pengalaman pribadi. Terutama ketika mengunjungi negara yang kerap digambarkan ’’misterius’’. Misalnya, negara-negara Afrika.
’’Kalian mungkin berpikir, kalau berkunjung ke sana, yang ada hanya bencana kekeringan dan kelaparan,’’ kata sutradara kelahiran 23 Mei 1986 tersebut.
’’Padahal, kalau benar-benar ke sana, kita juga bakal nemu mobil dan gedung-gedung pusat bisnis. Hanya masalah sudut pandang,’’ imbuhnya.
Wakanda juga begitu. Kerajaan itu menyaru seperti negara-negara Afrika yang lain. Ia mempunyai kekayaan alam berupa vibranium (logam superkuat yang jadi bahan pembentuk tameng Captain America) dan teknologi tinggi.
Wakanda juga diberkahi dengan alam yang cantik dan (tentu saja, di komik) disebut-sebut memiliki pemandangan sunset paling keren sejagat raya. Pokoknya, alamnya eksotis.
Menggambarkan lokasi seperti itu bukan hal mudah. Coogler mengungkapkan, proses terlama pembuatan film tersebut adalah riset. Mulai penggambaran lokasi, penduduk Wakanda, hingga kulturnya.
Dia benar-benar berkaca pada kebudayaan negara-negara di benua hitam. Alhasil, demi menggarap Black Panther, dia bahkan menyatakan mundur dari proyek Creed 2.
’’Komik Marvel punya unsur sejarah yang kuat. Kami berusaha patuh dengan komik,’’ tutur Coogler.
Ambisi sutradara yang semasa muda pernah menjadi konselor remaja bermasalah itu mendapat dukungan penuh dari Marvel Studios. Mereka all-out memburu nama-nama incaran Coogler. Misalnya, Lupita Nyong'o, Chadwick Boseman, dan Michael B. Jordan.
Proyek ambisius yang memakan waktu dua tahun tersebut pun siap dirilis pada Rabu (14/2). Kisah itu bakal berpusat pada perjalanan T'Challa yang diperankan Boseman sebagai raja baru Wakanda sekaligus Black Panther baru. Dia mengemban dua jabatan tersebut setelah sang ayah, T'Chaka (John Kani), meninggal.
Jelas, Boseman diberondong pertanyaan seputar status itu. Maklum, tidak banyak anggota Avengers yang mempunyai jabatan serumit T'Challa. Sebagai superhero, dia memiliki kostum dan senjata super.
Dengan status sebagai anggota kerajaan, dia pun masih dapat pengawalan spesial. Ada tetua sekaligus penasihat spiritual, Zuri (Forest Whitaker), sampai pasukan pengawal, Dora Milaje. Jadi, Black Panther itu pemimpin atau superhero?
’’Jujur saja, aku nggak tahu. Bahkan, tidak ada bagian dari naskah yang menjawab pertanyaan itu. T'Challa menjalankan dua status sebagaimana pendahulunya,’’ jelas Boseman.
Namun, secara pribadi, dia merasa karakter yang dimainkannya sangat relatable. ’’Dia melalui masa sulit, kehilangan, dan ditentang, tapi tetap punya kekuatan. Bukankah kita semua begitu?’’ tambah aktor berusia 40 tahun tersebut.
Bukan cuma Boseman yang memiliki karakter abu-abu. Erik ’’Killmonger’’ Stevens, villain utama film itu, juga mempunyai kepribadian kompleks.
Michael B. Jordan menyatakan, karakternya dipaksa menjadi jahat karena keadaan. ’’Jauh di dalam hatinya, Erik adalah orang yang kesepian.
Dia ditolak orang terdekat, melalui masa kecil dan remaja yang suram, dan tidak pernah benar-benar mengenal asal muasalnya,’’ ucap Jordan.
Pria yang dikenal sebagai pemeran Adonis Creed di Creed tersebut menuturkan, sebagai villain, Killmonger memiliki banyak sisi. Tentu saja, tidak semuanya diangkat dalam film.
’’Kalau boleh sih, aku ingin Killmonger beraksi ditemani jaguar, punya orang-orang yang loyal, dan senjata keren,’’ jelasnya, lalu tertawa.
Sementara itu, mewakili sosok perempuan kuat di Wakanda, ada Lupita Nyong'o. Dia memerankan Nakia, mata-mata anggota Dora Milaje.
’’Keren banget punya banyak perempuan kuat di Black Panther. Film ini menggambarkan bahwa cewek kuat tetap bisa diterima dan hidup berdampingan dengan kaum laki-laki,’’ katanya.
Aktris yang mahir bertutur dalam empat bahasa itu menjelaskan, Black Panther tidak hanya menawarkan aksi laga yang keren. ’’Banyak yang bisa kalian pelajari dari film ini. Mulai politik sampai kesetaraan gender. Seru rasanya lihat orang-orang berdebat setelah menonton film ini,’’ ungkap Nyong'o.
Di antara banyaknya karakter perempuan, Aktris Pendukung Terbaik di Oscars 2013 itu memiliki tokoh favorit, yakni Shuri (Letitia Wright), adik T'Challa.
’’Dia smart, tapi juga punya sisi punk. Sangat keren dan menyenangkan pokoknya. Aku berharap bisa secerdas dia,’’ ujarnya. (*/c20/na)
Redaktur & Reporter : Adil