BMKG Mengungkap Penyebab Suhu Udara Panas di Jabodetabek

Rabu, 22 April 2020 – 19:32 WIB
BMKG. Foto : Antara

jpnn.com, JAKARTA - Suhu udara yang panas berkisar 33-35 derajat Celcius di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) dalam beberapa hari terakhir ini disebabkan salah satunya oleh posisi matahari yang berada di sekitar utara khatulistiwa dan bergerak semakin ke utara.

"Di bulan April ini posisi matahari berada di sekitar utara khatulistiwa dan bergerak semakin ke utara, oleh karena itu, suhu udara terasa lebih panas daripada biasanya," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin yang dihubungi di Jakarta, Rabu (22/4).

BACA JUGA: Gubernur Anies Perpanjang PSBB di DKI Jakarta

Di samping suhu yang maksimum mencapai 33-35 derajat Celcius, kondisi cuaca cenderung cerah hingga cerah berawan, hujan ringan-sedang terdapat di sekitar Bogor, Depok dan Jakarta bagian selatan. Serta kelembapan minimum di Jabodetabek berkisar 55-72 persen.

Lebih lanjut Miming menjelaskan, faktor lain yang menyebabkan cuaca panas di wilayah Jabodetabek juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca cerah dengan tutupan awan yang minim, sehingga radiasi yang diterima permukaan bumi cukup signifikan karena tidak terhalang awan dan akhirnya akan meningkatkan suhu udara permukaan.

BACA JUGA: Update: Begini Kondisi 46 Tenaga Medis RSUP dr Kariadi yang Positif Corona

Kondisi cerah dan pertumbuhan awan yang minim di wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan karena uap air di atmosfer yang sedikit dan kelembaban udara relatif kering.

Dinamika cuaca tersebut dipicu adanya aliran massa udara kering dari Australia ke wilayah Indonesia bagian selatan.

BACA JUGA: Update Corona 22 April 2020: Banyak yang Sembuh, Tetapi Angka ODP Mengerikan

Massa udara kering tersebut lantas menghambat pertumbuhan awan-awan hujan sehingga berdampak secara tidak langsung pada kondisi terik pada siang hari.

Disamping itu wilayah Jabodetabek saat ini sedang di masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau, sehingga potensi cuaca ekstrem juga masih dapat terjadi.

Potensi cuaca ekstrem tersebut antara lain hujan lebat yang umumnya berlangsung pada siang dan sore hari, angin puting beliung hingga hujan es.

Sebelumnya, BMKG memprediksikan awal musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia mulai berlangsung awal Mei 2020. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Cuaca   Jakarta   BMKG  

Terpopuler