jpnn.com, ACEH - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I di Aceh Besar mengimbau supaya masyarakat setempat mewaspadai kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan di provinsi paling Barat Indonesia tersebut.
“Kami imbau warga di Aceh jangan membakar hutan dan lahan, karena berpotensi api cepat membesar," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Kelas I Stasiun Meteorologi, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Senin (27/1).
BACA JUGA: Menteri Siti Bicara Pentingnya Keilmuan dalam Mengurai Masalah Karhutla
Dia menjelaskan kebakaran berpotensi cepat membesar akibat hembusan angin pekan ini diperkirakancsekitar lima hingga 35 knot atau sembilan kilometer lebih sampai mencapai 65 kilometer per jam.
Belum lagi, lanjutnya akibat rumput ilalang atau hutan dan lahan gambut dalam kondisi kering di satu kawasan akibat memasuki musim peralihan cuaca dari hujan menuju kemarau dengan puncaknya terjadi di bulan Maret 2020.
BACA JUGA: Dampak Karhutla, Gunung Merbabu Ditutup saat Malam Tahun Baru
Ia mengatakan dengan suhu udara terpanas diperkirakan sekitar 30 hingga 32 derajat celsius berlangsung berlangsung siang hari, dan 22 hingga 23 derajat celsius di malam hari, maka potensi kebakaran semakin besar.
"Kami melihat kondisi cuaca saat ini, maka potensi kebakaran itu tinggi. Terutama di wilayah pesisir Timur Aceh, dan wilayah Tengah Aceh," katanya.
BACA JUGA: BMKG Peringatkan Waspada Gelombang Tinggi di Perairan Halmahera
Ia melanjutkan, sedangkan sejumlah daerah di provinsi paling Utara Sumatera terutama wilayah Barat-Selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia merupakan wilayah non-zoom atau tidak mengenal musim.
"Kalau Barat-Selatan di Aceh umum dilanda cuaca panas, sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan tetap sama, seperti kedua wilayah di Aceh," tambah Zakaria.
Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat, peristiwa bencana yang terjadi sepanjang tahun 2019 sebanyak 797 kali atau mengalami peningkatan lebih dari 50 persen dibandingkan 2018.
"Peningkatan lebih dua kali lipat dari tahun 2018 yang terjadi hanya 362 kali, dan kerugian akibat bencana pada 2019 sekitar Rp168 miliar," kata Kepala Pelaksana BPBA, Sunawardi.
Ia menambahkan, bencana yang paling banyak terjadi pada 2019 yaitu kebakaran pemukiman sebanyak 285 kali, sedangkan di 2018 hanya terjadi 97 kali.
Begitu juga dengan kebakaran hutan dan lahan pada 2019 tercatat sebanyak 220 kejadian, dan pada 2018 cuma 65 kali kejadian.(Ant/fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich