jpnn.com - PANDEMI corona tampaknya tidak menghalangi perusahaan otomotif Jerman, BMW untuk terus mengembangkan produk kendaraan listriknya.
BMW saat ini memenuhi seperlima dari kebutuhan bahan baku baterai mobil listrik dari Maroko melalui kontrak dengan perusahaan tambang Managem Group.
BACA JUGA: BMW Pamer 18 Warna Baru i8 Sebelum Berhenti Diproduksi
Hal ini dilakukan BMW sebagai bagian dari ekspansinya dalam pengembangan kendaraan listrik.
"Kontrak ini memiliki volume sekitar 100 juta euro (sekitar Rp1,6 triliun)," kata Andreas Wendt, anggota dewan manajemen BMW AG yang mengurusi pembelian dan jaringan pemasok.
BACA JUGA: Penjualan Mobil Mewah BMW Masih Raup Untung saat Pandemi Covid-19
Dengan kontrak itu, perusahaan tambang Maroko Managem Group akan memasok kobalt.
Kobalt merupakan bahan baku utama untuk produksi sel baterai. Kontak antara BMW dan Maroko Managem Group berjangka waktu lima tahun, dari 2020 hingga 2025.
BACA JUGA: Wow, Harga Mobil Listrik Buatan China Ini Lebih Murah dari Honda BeAT
Melalui kontrak itu, BMW bermaksud memenuhi sekitar seperlima dari seluruh kebutuhan kobalt untuk memproduksi baterai mobil listrik. Sementara sisanya akan dipasok dari Australia.
"Kobalt adalah bahan baku penting untuk elektromobilitas," jelas Wendt.
"Dengan menandatangani kontrak ini, kami terus mengamankan kebutuhan bahan baku untuk sel baterai," kata Wendt.
Dia menegaskan kembali BMW menargetkan untuk menawarkan 25 model kendaraan listrik pada tahun 2023.
Dengan hal itu, tentunya kebutuhan akan kobalt naik tiga kali lipat pada tahun 2025. Pabrikan mobil Jerman ini telah merestrukturisasi rantai pasokannya.
BMW mulai tahun ini akan mendapatkan pasokan lithium serta kobalt langsung dari sumbernya.
Bahan baku itu kemudian disalurkan ke produsen sel baterai CATL dan Samsung SDI.
Mulai 2021 BMW akan berhenti menggunakan earth rare (mineral tanah langka) sebagai bahan baku untuk motor penggerak mobil listrik generasi kelimanya.
"Ini berarti kami tidak lagi tergantung pada ketersediaan (earth rare)," jelas Wendt.
Publikasi sumber pasokan bahan baku ini juga memastikan transparansi penuh BMW mengenai dari mana bahan baku berasal.
BMW Group memiliki keahlian internal yang luas di seluruh rantai nilai untuk teknologi sel baterai.
Pada November 2019, BMW membuka Pusat Kompetensi Sel Baterai di Munich.
Tujuannya adalah untuk memajukan teknologi sel baterai dan memperkenalkannya ke dalam proses produksi.
Produksi prototipe sel baterai memungkinkan pabrikan BMW menganalisis dan memahami sepenuhnya proses penciptaan nilai sel.
"Apakah kami akan memproduksi sel sendiri dalam jumlah besar di kemudian hari akan tergantung pada bagaimana pasar pemasok berkembang," kata Wendt.
Langkah BMW ini merupakan cara untuk mengamankan ketersediaan sel baterai pada era mobil listrik mendatang.
BMW telah meneken kontrak pengadaan sel baterai dengan CATL senilai 7,3 miliar euro untuk periode 2020 hingga 2031.
BMW juga telah meneken kontrak sebesar 2,9 miliar euro dengan Samsung SDI untuk periode sama.
BMW Group juga telah memproduksi baterai sendiri di pabriknya di Dingolfing (Jerman), Spartanburg (AS) dan di pabrik BBA di Shenyang (Tiongkok).(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fany