jpnn.com - BMW Motorrad baru saja memperkenalkan bigbike (moge) pertama yang memakai emblem M yakni BMW M 1000 RR.
Moge berlabel M itu mengambil basis dari S 1000 RR lansiran 2020.
BACA JUGA: Sedan BMW Tertimpa Batang Pohon, Paryo: Rugi 35 Juta
Pengembangan BMW M RR sendiri mengikuti kesuksesan M Series yang telah dimulai sejak akhir 2018 silam.
"Dapat dikatakan BMW M 1000 RR menjadi jawaban atas tuntutan publik akan performa tinggi dan balutan layaknya motor balap, dipadukan eksklusivitas serta individualitas sang pemiliknya kelak," tulis BMW Motorrad dalam keterangan tertulis, Rabu (23/9).
BACA JUGA: Imam dan Suryati Rela Melakukan Perbuatan Dosa dengan Imbalan Rp 500 Ribu
Mahakarya terbaik para insinyur BMW menonjolkan sektor performa sebagai fokus utama, dengan tenaga serta torsi lebih besar ketimbang model S 1000 RR.
Selain itu, imbuhan material karbon di beberapa komponen plus hadirnya sayap (winglet) di bagian depan, turut menyumbangkan aksen balap ke dalam tubuh BMW M 1000 RR.
BACA JUGA: BMW Seri 4 Dark Edition Menggoda dalam Baluran Sapphire Black
Dibekali mesin berbasiskan versi RR yakni 4 silinder segaris berpendingin cairan, dipadukan teknologi BMW ShiftCam. Bobot kotor pun hanya 192 kg.
Konfigurasi tersebut untuk memvariasikan waktu buka dan tutup katup yang telah dimodifikasi sedemikian rupa secara komprehensif ke arah mesin balap.
Hasilnya, tenaga yang dikeluarkan mencapai 212 Hp dan torsi 113 Nm.
Secara teknis, mesin M 1000 RR memiliki optimisasi yang ekstensif seperti piston baru 2-ring baru lansiran Mahle, ruang bakar disesuaikan, kompresi ditingkatkan menjadi 13,5, dan connecting rods berbahan titanium yang lebih panjang dan ringan.
Selain itu, rocker arm lebih ramping dan ringan, port intake dirancang dengan geometri saluran baru, serta optimalisasi pada camshaft dan area intake. Sistem knalpot ringan terbuat dari titanium.
Secara keseluruhan, mesin BMW M 1000 RR baru lebih bertenaga dibandingkan power train RR di rentang 6.000 rpm - 15.100 rpm.
Rentang putaran mesin tersebut sangat relevan untuk dinamika berkendara di trek balap, tetapi tetap layak digunakan di jalan perkotaan tanpa kehilangan sisi gaharnya. (ddy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Dedi Sofian