Bobby menyebut pihaknya tidak pernah menerima surat pemberitahuan ancaman gagal bayar dari Credit Suisse. Nah, kalau memang ancaman gagal bayar tersebut mengintai manajemen, sudah tentu ada koordinasi dan pemberitahuan dari Credit Suisse. Tetapi, hingga detik ini manajemen tidak pernah mendapat usulan tersebut. ”Kami kan terikat kesepakatan. Pastinya, ada pemberitahuan kalau ada hal-hal buruk,” imbuhnya.
Justru saat ini sambung Bobby, manajemen BNBR tengah dalam proses penyelesaian utang kepada Credit Suisse. Dalam proses pelunasan utang itu, kreditor meminta tambahan agunan saham kepada manajemen. Tambahan agunan itu penting menyusul pasar saham Inggris sedang tidak menentu.
”Nah, kami yang bertindak sebagai peminjam tidak berkewajiban menyediakan top up. Dan, kondisi ini sejatinya bukan masalah besar,” ulas Bobby. ”Kepanikan yang menyeruak kepermukaan dan menyelimuti pelaku pasar itu murni kesalahan interpretasi atas permintaan top up," tukasnya.
Sebelumnya, manajemen dirumorkan terkena default atas pinjaman sebesar USD 437 juta. Untuk menghindari gagal bayar itu, perusahaan di bawah bendera Grup Bakrie wajib menambah agunan. Kreditur meminta total tambahan agunan mencapai sekitar USD 150 juta. Tambahan agunan tersebut setidaknya terpenuhi dalam waktu lima hari kerja. Dengan tambahan agunan itu, berarti manajemen harus menyediakan 1,54 kali dari nilai pokok utang. Tanpa tambahan agunan, kreditur berjumlah 20 pihak itu memiliki opsi meminta percepatan pembayaran utang. Tentu saja dengan Syarat, dua pertiga kreditur menyetujui langkah percepatan pembayaran utang itu. (far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kebocoran Subsidi BBM Dapat Diatasi dari Anggaran tak Terserap
Redaktur : Tim Redaksi