BNI Investor Daily Summit 2024, Bahlil Buka-bukaan soal Perkembangan Industri Nikel

Rabu, 09 Oktober 2024 – 18:36 WIB
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di Jakarta, Rabu (9/10/2024). (ANTARA/Muzdaffar Fauzan)

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memaparkan perkembangan industri nikel dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024, Rabu (9/10).

Bahlil menyampaikan sejak penetapan beleid pelarangan ekspor bijih nikel pada awal 2020, Indonesia banyak mendapat penentangan, sekaligus rayuan dari negara lain untuk membatalkan kebijakan tersebut.

Menurut Bahlil, rayuan dan penentangan itu datang karena bijih nikel termasuk dalam kategori mineral kritis.

BACA JUGA: BNI Berperan dalam Membantu Atlet Bulu Tangkis Indonesia Ukir Sejarah di Kancah Global

Sebab, nikel dibutuhkan sebagai bahan baku utama untuk transisi energi, serta Indonesia memiliki cadangan nikel nomor satu terbesar dunia dengan persentase mencapai 42,1 persen.

"Nikel ini sekarang sudah masuk dalam kategori critical mineral dan dia bagian dari bahan baku untuk menuju kepada green energy, salah satu di antaranya adalah mobil listrik," kata Bahlil.

Bahlil menjelaskan bahwa pengembangan mobil listrik, nikel digunakan sebagai komponen primer pembuatan baterai kendaraan listrik, dengan komposisi yaitu 80 persen nikel, 15 persen cobalt, dan 5 persen alumunium.

Indonesia pun menjadi satu-satunya negara di dunia yang memiliki kapabilitas untuk membangun ekosistem baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.

"Untuk membangun ekosistem baterai mobil di dunia yang terintegrasi dari hulu sampai hilir, dari mining, smelter, ekspor, prekursor, katoda, baterai sel, sampai mobil sampai recycle itu cuma ada di Republik Indonesia, tidak ada di negara lain," kata dia.

Bahlil menyebut salah satu penentangan yang didapat dari Indonesia yakni dispute (sengketa) di Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO), serta rayuan yang sering dirinya dapatkan ketika menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk membuka kembali keran ekspor bijih nikel.

BACA JUGA: BNI Sekuritas Ajak 3 Mitra Menyukseskan Program Net Zero Emission

Selain itu Bahlil mengatakan beleid ini membawa manfaat besar bagi pemajuan ekonomi nasional.

Hal tersebut dapat dilihat dari perbandingan nilai ekspor bijih nikel pada 2014 yang hanya sebesar USD 2,9 miliar dan memiliki perbandingan dengan nilai ekspor produk turunan nikel pada 2023 yang mencapai USD 34,4 miliar.

Oleh karena itu dikatakan Bahlil, pihaknya memberikan target untuk ekspor turunan nikel pada tahun ini dengan nilai mencapai USD 40 miliar.(antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
ekspor bijih nikel   BNI   Nikel   Bahlil   ESDM  

Terpopuler