BNPB Minta Masyarakat Pesisir di Sulbar Waspada pada Gempa Bumi Susulan

Sabtu, 16 Januari 2021 – 06:05 WIB
Para petugas TNI ikut dalam pencaharian korban gempa di Sulbar, Jumat,(15/1/2021). Foto: ANTARA/HO/Humas Pemprov Sulsel

jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau warga tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan di Sulawesi Barat.

"Masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan yang kekuatannya signifikan," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Selamat Jalan Syekh Ali Jaber, Kondisi Rizieq Mengkhawatirkan, Vaksin Covid-19

Dia menambahkan gempa susulan signifikan bisa memicu adanya longsoran landslide dan runtuhan batu rockfall, sehingga masyarakat di kawasan perbukitan dengan tebing curam agar perlu waspada.

Dia menyampaikan, belajar dari sejarah bahwa pesisir Majene, Sulawesi Barat, pernah dilanda gelombang tsunami yang dipicu adanya gempa bumi seperti pada tahun 1969.

BACA JUGA: Perintah Penting dari Panglima TNI untuk Para Prajurit, Alutsista juga Dikerahkan

Maka masyarakat khususnya yang berada di wilayah pantai atau pesisir agar waspada. Apabila merasakan gempa bumi kuat agar segera menjauhi pantai.

"Untuk terus meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga diminta agar tidak mudah percaya dengan segala informasi yang belum jelas sumbernya," katanya.

BACA JUGA: Jokowi Sampaikan Belasungkawa atas Bencana di Sulbar dan Jabar, Kalsel Enggak, Pak?

Ia menambahkan, masyarakat juga diimbau untuk tidak percaya berita bohong atau hoaks mengenai prediksi dan ramalan gempa bumi yang akan terjadi dengan kekuatan lebih besar dan akan terjadi tsunami.

Sementara itu, hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa gempa bumi tektonik yang mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat, merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake yang diakibatkan adanya aktivitas sesar aktif.

Adapun hasil analisa itu didapatkan dengan memperhatikan lokasi pusat gempa atau episenter dan kedalaman hiposenternya, baik gempa signifikan pertama maupun yang kedua.

"Baik gempa signifikan pertama dan kedua yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal," papar BMKG.

Sebagaimana informasi sebelumnya, gempa bumi yang pertama sebagai pembuka atau foreshock dilaporkan terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB dengan magnitudo 5,9 pada episenter 2,99 LS dan 118,89 BT atau di darat pada jarak 4 kilometer (km) arah Barat Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km.

Selanjutnya gempa yang kedua atau mainshock terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28 WIB dini hari dengan magnitudo 6,2 pada episenter 2,98 LS dan 118,94 BT atau di darat pada jarak 6 km arah Timur Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km.

"Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju," ucap BMKG.

Hal itu dibuktikan dari hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thurst fault.

BMKG juga mengatakan bahwa mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok yang terjadi pada 2018, yang mana bidang sesar membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan.

Lebih lanjut, mengenai Sesar Naik Mamuju, BMKG mengatakan bahwa hal itu memiliki magnitudo dengan target mencapai 7,0 dengan laju geser sesar adalah 2 milimeter (mm) per tahun, sehingga sesar aktif ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat. (antara/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler