SURABAYA - Produsen tepung terigu Bogasari mengoptimalkan channel penjualan ke usaha kecil dan menengah (UKM). Dikarenakan saat ini mayoritas penjualan PT Indofood Sukses Makmur Tbk divisi Bogasari diserap oleh segmen tersebut. Untuk itu pada tahun ini mereka akan agresif menambah jumlah mitra UKM yang tergabung dalam Mitra Bogasari Card (BMC) yang saat ini secara nasional sudah mencapai 50.128 anggota.
Vice President of Sales area 3 PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Ariawan Budiprabawa mengungkapkan bahwa jumlah UKM yang mengkonsumsi produk Bogasari sangat banyak. Apalagi porsi penjualan ke UKM mencapai 60 persen dari penjualan mereka.
"Namun yang menjadi mitra binaan kami saat ini baru tercatat 50 ribuan diseluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 7.000 berasal dari Jawa Timur," ungkapnya di sela acara apresiasi pada UKM Mitra BMC di PT ISM Bogasari Flour Mills, Surabaya.
Anggota BMC yang didirikan pada 2002 mengalami pertumbuhan 37 persen pada periode 2010-2011. Yang juga didorong oleh program promo E-Kupon Bogasari pada 2011 dengan hadiah paket Umroh, koin emas, serta pelatihan gratis di Bogasari Baking Center. UKM mitra binaan Bogasari itu tersebar di beberapa provinsi dengan produk beragam, seperti roti, mie, pastry, cake, dan jajanan pasar serta usaha retail lainnya.
Sehingga pada tahun ini upaya penambahan anggota BMC dari UKM makanan berbasis terigu terus dilakukan. Terutama untuk mengejar penjualan 800 ribu ton di wilayah Timur Indonesia.
Bogasari memandang bahwa saat ini UKM makanan memiliki potensial untuk berkembang. Sebab tingkat konsumsi masyarakat terus tumbuh . "Mitra UKM itu akan dilatih, didampingi dan diperdayakan termasuk akan dibantu proses promosinya," ujarnya
Dalam acara tersebut, produsen terigu dengan penguasaan pasar mencapai 60 persen secara nasional ini juga memberikan pembekalan pada UKM mengenai tren konsumsi di masyarakat saat ini. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pendapatan perkapita mencapai USD 3.000 di 2010, maka kelas konsumen menengah di Indonesia jumlahnya sangat besar. Mengutip data AC Nielsen, pada 2010, 56,5 persen penduduk Indonesia yang setara dengan 131 juta orang merupakan segmen kelas menengah.
"Karena itulah kami meminta agar UKM makanan jangan menjual produk dengan harga murah. Contohnya, kini banyak orang yang memilih membeli mie ayam harga Rp 10.000 per mangkuk daripada yang Rp 2.500. Sebab saat ini daya beli masyarakat semakin naik, dan mereka mencari produk yang berkualitas. Jika harganya murah, maka akan timbul keraguan ," papar Ariawan.(aan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SG Bangun Pabrik Pengepakan di Banyuwangi
Redaktur : Tim Redaksi