Dari mulai Jalan Pajajaran, Jalan Pahlawan, Jalan Djuanda, Jalan Jalak Harupat, Jalan MS Kubun, Jalan Siliwangi, Jalan Batutulis, Jalan Otto Iskandar Dinata hingga Jalan Suryakencana mengalami kemacetan sepanjang lebih dari dua kilometer.
Pantauan Radar Bogor, meluapnya drainase melebihi mata kaki di sejumlah lokasi, seperti Jembatan Sempur, sekitar Terminal Baranangsiang, dan bundara Ekalokasari. Akibatnya, sebagian bahu jalan tergenang.
Selidik punya selidik, jumlah pengguna jalan meningkat pun meningkat. Itu akibat beralihnya para pelanggan Kereta Rel Listrik (KRL) sejak terjadi longsor di KM 45, Cilebut, Sukaraja, Bogor. Yang jadinya menggunakan moda transportasi massal itu, kini harus bawa mobil pribadi atau menggunakan jasa bus jurusan Bogor-Jakarta.
Dari sekitar sekitar 12 ribu commuter Bogor-Jakarta, sekitar tujuh ribu commuter masih bertahan menggunakan KRL. Tapi sisanya, sekitar lima ribu commuter memadati Jalan Tol Jagorawi saat mereka kembali ke Kota Hujan pada jam pulang kerja, dari pukul 17.00-19.00.
Gelombang dari Ibukota itu, bisa dilihat dari peningkat lalulintas bus jurusan Bogor-Jakarta. Selama empat jam pada jam sibuk, lebih dari 50 bus diberangkatkan untuk mengangkut sekitar tiga ribu penumpang. Saat pagi menuju Jakarta, sementara sore hari dipulangkan kembali ke Bogor.
"Soal traffic bus, memang meningkat sejak KRL bermasalah. Bukan hanya tiga ribu, malah bisa mencapai lima ribu penumpang,¨ kata Kepala Terminal Baranangsiang, DLLAJ Kota Bogor, Fitrayosa kepada Radar Bogor, kemarin.
Yang lebih parah, terjadi di sekitar lokasi proyek pembangunan jalan tol Bogor Outer Ring Road (BORR) tahap II di simpang Kedung Halang. Penyempitan jalan membentuk bottleneck kepadatan dari arah Jalan MS Kubun dan Jalan Raya Bogor.
Arus Kendaraan dari Jalan MS Kubun mengunci pergerakan kendaraan dari arah Jalan Tol BORR. ¨Dari sana-sini padat, padahal jalannya lagi sempit. Belum lagi ada lampu merah, jadi bingung harus lewat mana yang tidak macet,¨ ujar salah seorang pengendara roda empat, Irvan (28).
Kemacetan berefek domino hingga ke sepanjang Jalan Sholeh Iskandar, terutama sekitar underpass. Kendati pembangunan proyek tersebut bertujuan untuk menambah bentangan jalan di Kota Bogor, namun ekses kepadatan lalulintas saat pengerjaannya tak terhindarkan.
Itu bertimbas ke Jalan Abdullah bin Nuh, tepatnya di sekitar Showroom Auto 2000. Lagi-lagi, drainase menjadi biangkerok. Ketinggian luapan air di sekitar Giant Yasmin hampir selutut kaki, sehingga menghambat laju kendaraan saat melintas menuju Jalan Laladon. Begitu pun sebaliknya.
¨Para penggunna sepeda motor tidak tertib, jadi makin parah macetnya. Lagi padat malah saling sodok, mobil jadi tersendat-sendat,¨ kata Hesti (25) salah seorang pengendara roda empat yang memilih untuk menepi sejenak.
Beragam faktor kemacetan itu, belum termasuk tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Bogor. Sedikitnya 3.214 angkutan kota (angkot) Kota Bogor dan 4.644 angkot dari Kabupaten Bogor berotasi setiap harinya. Itu belum termasuk lebih dari 200 ribu sepeda motor dan 50 ribu kendaraan roda empat. cr2
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi Ancam Pelajar Penyeleweng Kartu Jakarta Pintar
Redaktur : Tim Redaksi