jpnn.com - BOGOR - Jalanan Kota Bogor diperkirakan bakal tambah padat dengan kehadiran ribuan mobil murah dan ramah lingkungan (low cost green car/LCGC). Berbeda dengan Pemprov DKI Jakarta dan Pemkot Bekasi yang menolak kehadiran mobil murah, Pemkot Bogor justru belum bersikap sama sekali.
Data yang dihimpun Radar Bogor, Daihatsu dan Toyota telah memancang target produksi sampai akhir tahun. Daihatsu dengan Ayla-nya bakal diproduksi 30 ribu unit, sedangkan Toyota Agya 15 ribu unit.
BACA JUGA: Lebih Baik Bangun Pesantren Daripada Makam Uje
Gabungan Penjual Kendaraan Bermotor (GPKB) menyebutkan, 65-75 persen pemesan mobil murah berasal dari Jabodetabek. Artinya, sebanyak 22.500 unit Agya dan 11.250 unit Ayla bakal berseliweran di sekitaran ibu kota. Termasuk Bogor.
Pengamat Transportasi, Budi Arif mengatakan, keberadaan LCGC bakal menciptakan multiplier effect. Tapi yang utama adalah meningkatnya daya konsumtif masyarakat. Dari situ, pemerintah bakal dipusingkan dengan membengkaknya konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Terlebih, hingga kini belum ada aturan jelas soal pembatasan penggunaan BBM bersubsidi.
BACA JUGA: Ribut soal Makam Uje Tak Bawa Manfaat
“Kalau meningkatnya jumlah kendaraan di jalan sih sudah pasti. Toh, masih saja ada orang Bogor menggunakan nomor mobil Jakarta,” jelasnya. Dengan persoalan itu, Budi meminta Pemkot Bogor melakukan reformasi angkutan umum.
Perlu ada konsep matang hingga moda transportasi umum yang ada di Kota Bogor saat ini, bisa bertransformasi ke arah yang lebih baik. “Memang butuh waktu. Karena perlu ada reformasi dengan konsep yang matang,” cetusnya.
Sementara, pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Andrinov Chaniago menambahkan, rencana pemerintah memberi izin penjualan mobil murah ramah lingkungan merupakan kebijakan salah. Ia menilai pemerintah tidak konsisten antara tujuan pengadaan mobil murah adalah untuk masyarakat kelas menengah ke bawah, namun di sisi lain mobil murah tidak diizinkan menggunakan bahan bakar minyak atau BBM bersubsidi.
“Ini bertentangan dengan janji pemerintah pusat sebelumnya mengurangi kemacetan dengan mengurangi kendaraan pribadi. Masyarakat kalau bicara butuh, itu butuh transportasi yang lancar dan efisien. Tapi karena pemerintah tidak menyediakan prasarana yang cukup, serta sarana yang layak, maka bagi sebagian besar orang punya mobil murah itu menjadi suatu pilihan yang terpaksa,” ujarnya.
Berbeda dengan dua pengamat, Walikota Bogor terpilih, Bima Arya justru menyetujui keberadaan mobil murah. Bima meminta masyarakat melihat LCGC dari aspek yang lebih luas. Menurutnya, LCGC bukan semata-mata potensi penambah kemacetan.
BACA JUGA: Jalan Berbayar Dikelola Swasta
“Masyarakat jangan terjebak dalam perdebatan dengan skala mikro. Banyak hal lain yang menyebabkan kemacetan. Bukan soal mobil murah saja. Saya tidak akan menolak keberadaan mobil murah,” cetusnya kepada Radar Bogor (Grup JPNN).
Beres dilantik nanti, Bima mengaku siap mereformasi keberadaan angkot. Selain itu, dia juga bakal duduk bersama Pemkab Bogor untuk merealisasi sejumlah terminal di batas kota. Bahkan, sambung Bima, opsi keberadaan monorel di Kota Bogor pun bisa saja dia geber di 2015.
“Saya juga akan membentuk dewan pertimbangan kota. Tentu forum itu akan memberikan banyak gagasan untuk perbaikan Bogor ke depannya,” tukasnya.
Berdasarkan data yang dihimpun, kota ini dikunjungi 12 juta orang per tahun. Sebagian besar datang dari Jakarta dan sekitarnya. Sementara kapasitas jalan dalam beberapa tahun terakhir tidak bertambah, sekitar 620 km. Ditambah dengan penduduknya yang berjumlah satu juta jiwa wajar saja jalan di kota seluas 118,5 km2 itu kelebihan beban.
Selama ini, angkot selalu dijadikan sebagai bulan-bulanan penyebab macet di Kota Bogor. Padahal, kalau dilihat dari persentasenya, jumlah angkot yang ada sangat jauh dibandingkan dengan kendaraan pribadi yang biasa berwara-wiri di jalanan kota hujan. DLLAJ Kota Bogor mencatat, jumlah angkot trayek kota hanya berjumlah 3.412 kendaraan.
Jumlah itu terbagi ke dalam 23 trayek yang ada di Kota Bogor, seperti 03 Bubulak-Barangsiang dan 02 Bubulak-Sukasari. Sedangkan angkutan angkutan kota dalam provinsi (AKDP), seperti jurusan Sukasari-Cisarua dan mobil L-300 Bogor-Sukabumi, jumlahnya 4.644 yang dibagi menjadi sepuluh trayek.
Kepala Seksi Angkutan Dalam Trayek DLLAJ Kota Bogor, Ari Priyono menegaskan, angkot tidak bisa dijadikan satu-satunya aspek penyebab kemacetan. Karena, jumlahnya kalah jauh dibandingkan kendaraan pribadi, baik mobil maupun motor. Ya, alasan tersebut nampaknya cukup masuk akal.
Ada 16 kawasan ditetapkan sebagai biang macet. Yaitu, Jalan Raya Tajur-Ekalokasari, Cipaku dan sekitarnya, Simpang Batutulis-BNR, Jalan Empang-Mal BTM, Gunung Batu, Jalan Suryakencana-Otista, Jembatan Merah, Merdeka, Simpang Yasmin, Jalan Sholeh Iskandar, Warungjambu-Talang, Pasar Anyar-Stasiun Bogor, Baranangsiang, Pajajaran, Kebon Pedes, dan Jalan Manunggal.
Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas DLLAJ Kota Bogor, Dody Wahyudin menambahkan, ke-16 kawasan itu merupakan jalur-jalur padat yang biasa dilalui kendaraan dari berbagai arah, baik yang berasal dari Kabupaten Bogor atau wilayah lainnya. Dia pun sepakat jika kondisi lalu lintas di Kota Hujan dikategorikan kronis.
Sementara, berdasarkan data Samsat Kota Bogor, jumlah kendaraan umum baik roda dua maupun roda empat dalam tiga tahun terakhir meningkat cukup signifikan. Pada 2010 untuk kategori mobil penumpang jumlahnya mencapai 51.145 unit, mobil barang 11.295 unit, bus 836 unit, sepeda motor 206.845 unit dan kendaraan khusus 103 unit. Total keseluruhan J270.845 unit kendaraan.
Pada 2011, terjadi kenaikan, jumlah mobil penumpang menjadi 57.688 unit, dan mobil barang 11.971 unit, bus 1.028 unit, sepeda motor 230.316 unit dan kendaraan khusus 83 unit. Jadi pada 2011 terdapat 301.086 unit kendaraan. Pada 2012 kembali terjadi peningkatan. Terutama pada mobil penumpang 58.179 unit dan sepeda motor 234.611 unit.
Sedangkan untuk mobil barang turun menjadi 11.721 unit, begitu juga kendaraan jenis bus turun menjadi 953 unit dan kendaraan khusus 76 unit. Hingga pertengahan 2013 jumlah meningkat dengan mobil penumpang 65.519 unit dan sepeda motor 266.9013 unit.
Kasat Lantas Polres Bogor Kota, AKP Bramasetyo Priaji kemacetan di Kota Bogor sudah hampir diseluruh titik terutama pada saat akhir pekan. Soal mobil murah, kebijakan yang ditempuh saat ini mengoptimalkan para personil yang tersedia untuk siaga pada titik keramaian. “Setiap tahun selalu bertambah rata-rata mencapai 10 persen untuk semua kendaraan,” tuturnya. (gar/ram/d)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tertibkan Tempat Nongkrong Siswa
Redaktur : Tim Redaksi