SEOUL - Ketegangan hubungan antara Korea Selatan dan Jepang terkait dengan sengketa wilayah sudah menjalar hingga tingkat akar rumput. Para pemilik toko di Negeri Ginseng itu memboikot penjualan produk-produk buatan Jepang. Mereka mengklaim, boikot tersebut bakal diikuti sedikitnya 7,2 juta pedagang.
Presiden Aliansi Selamatkan Pasar Lokal Oh Ho-suk menyatakan, para anggotanya siap untuk tidak membeli dan menjual produk-produk Jepang yang sudah populer di pasaran. Di antaranya, rokok Mild Seven, bir Asahi, dan Sony Electronic. Para mekanik dan bengkel juga menyatakan kesiapannya untuk menolak memperbaiki mobil buatan Jepang, seperti Toyota, Honda, atau Nissan.
"Kami akan terus memboikot sampai pemerintah Jepang mau meminta maaf dengan segala kerendahan hati," tegas Oh.
Kelompok aliansi pedagang tersebut marah karena Jepang terus mengklaim kepulauan yang terletak di antara dua negara itu. Seoul menyebut kepulauan itu dengan nama Dokdo, sementara Tokyo menjulukinya Takeshima. Dua negara tersebut saling mengklaim meski saat ini berada di bawah kontrol Korsel.
Sengketa tersebut merupakan buntut saling klaim kepulauan yang terhampar di Laut China Timur dan Selatan itu. Kepemilikan atas wilayah tersebut akan berpengaruh pada hak eksplorasi minyak, perikanan, dan aktivitas komersial lainnya di sekitar perairan itu.
Perusahaan eksporter besar Jepang, seperti Toyota dan Canon, mengalami penurunan penjualan di Tiongkok tahun lalu yang juga terkait dengan sengketa wilayah dan berbuntut boikot. Aksi demonstrasi yang berubah menjadi kekerasan berlangsung September tahun lalu setelah Tokyo membeli gugusan Pulau Senkaku atau Diayou versi Tiongkok dari seorang pemilik swasta Jepang.
Aksi pedagang Korsel kemarin (1/3) dilakukan dengan berjalan kaki dari Taman Togpol menuju Lapangan Gwanghwamun. Massa melempari simbol-simbol produk Jepang dengan telur dan membawa poster bertulisan "Dokdo adalah wilayah kami!". Tanggal 1 Maret adalah libur nasional di Korsel, bertepatan dengan peringatan gerakan kemerdekaan dari penjajah Jepang pada 1919. (cak/c6/ami)
Presiden Aliansi Selamatkan Pasar Lokal Oh Ho-suk menyatakan, para anggotanya siap untuk tidak membeli dan menjual produk-produk Jepang yang sudah populer di pasaran. Di antaranya, rokok Mild Seven, bir Asahi, dan Sony Electronic. Para mekanik dan bengkel juga menyatakan kesiapannya untuk menolak memperbaiki mobil buatan Jepang, seperti Toyota, Honda, atau Nissan.
"Kami akan terus memboikot sampai pemerintah Jepang mau meminta maaf dengan segala kerendahan hati," tegas Oh.
Kelompok aliansi pedagang tersebut marah karena Jepang terus mengklaim kepulauan yang terletak di antara dua negara itu. Seoul menyebut kepulauan itu dengan nama Dokdo, sementara Tokyo menjulukinya Takeshima. Dua negara tersebut saling mengklaim meski saat ini berada di bawah kontrol Korsel.
Sengketa tersebut merupakan buntut saling klaim kepulauan yang terhampar di Laut China Timur dan Selatan itu. Kepemilikan atas wilayah tersebut akan berpengaruh pada hak eksplorasi minyak, perikanan, dan aktivitas komersial lainnya di sekitar perairan itu.
Perusahaan eksporter besar Jepang, seperti Toyota dan Canon, mengalami penurunan penjualan di Tiongkok tahun lalu yang juga terkait dengan sengketa wilayah dan berbuntut boikot. Aksi demonstrasi yang berubah menjadi kekerasan berlangsung September tahun lalu setelah Tokyo membeli gugusan Pulau Senkaku atau Diayou versi Tiongkok dari seorang pemilik swasta Jepang.
Aksi pedagang Korsel kemarin (1/3) dilakukan dengan berjalan kaki dari Taman Togpol menuju Lapangan Gwanghwamun. Massa melempari simbol-simbol produk Jepang dengan telur dan membawa poster bertulisan "Dokdo adalah wilayah kami!". Tanggal 1 Maret adalah libur nasional di Korsel, bertepatan dengan peringatan gerakan kemerdekaan dari penjajah Jepang pada 1919. (cak/c6/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RI Percaya Diri jadi Contoh Tentang Toleransi
Redaktur : Tim Redaksi