jpnn.com - TRIPOLI – Pemerintah Lebanon memberlakukan hari berkabung nasional, Sabtu (24/8). Itu terkait dengan ledakan dua bom di dua masjid Sunni, Kota Tripoli, Distrik Tripoli, Provinsi Utara, yang merenggut 47 nyawa Jumat lalu (23/8). Insiden tersebut merupakan serangan paling mematikan di Lebanon sejak berakhirnya perang sipil pada 1990.
Ledakan pertama terjadi di Masjid Al Salam yang berada di pusat kota terbesar kedua Lebanon Jumat lalu. Tepatnya, saat kaum muslim menjalankan ibadah salat Jumat di masjid yang terletak di kawasan Sunni tersebut. Rekaman CCTV menunjukkan bahwa bom meledak ketika jamaah masih menunaikan salat. Begitu terjadi ledakan, mereka berhamburan keluar untuk menyelamatkan diri.
Beberapa menit kemudian, bom kedua meledak di halaman Masjid Al Taqwa yang hanya berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi ledakan pertama.
BACA JUGA: Putri Duyung Rayakan Ulang Tahun di Denmark
’’Sebanyak 47 orang tewas dalam dua ledakan terpisah itu,’’ kata seorang sumber keamanan. Palang Merah Lebanon menyatakan bahwa dua ledakan itu juga mengakibatkan lebih dari 500 orang terluka.
Hingga kemarin, sekitar 300 korban luka masih dirawat di beberapa rumah sakit yang berbeda di Tripoli dan sekitarnya. Sebanyak 65 korban luka, beberapa di antaranya anak-anak, dinyatakan berada dalam kondisi kritis. Pemerintah pun menyatakan bahwa jumlah korban tewas masih sangat mungkin bertambah.
BACA JUGA: Penembak 13 Militer AS Terancam Hukuman Mati
’’Banyak korban yang menderita luka bakar serius dan cedera pada bagian kepala,’’ terang Palang Merah Lebanon dalam pernyataan tertulisnya. Selain korban jiwa yang sebagian di antaranya adalah anak-anak, dua ledakan itu mengakibatkan kerugian materi yang sama sekali tidak sedikit. Selain bangunan masjid, belasan bahkan puluhan kendaraan terbakar karena ledakan.
Jumat lalu, setelah terjadi ledakan, ratusan orang langsung mendatangi Masjid Al Taqwa. Mereka menyerukan protes terhadap pemerintah Syria yang mereka anggap membawa bencana di Lebanon. Selain itu, mereka menyalahkan kelompok militan Hizbullah. Mereka yakin organisasi pro-Presiden Syria Bashar al Assad itu berada di balik dua serangan maut Jumat lalu tersebut.
BACA JUGA: AS Kaji Opsi Serang Suriah
Kemarin mantan Perdana Menteri (PM) Saad Hariri angkat bicara. Tokoh Sunni tersebut menyatakan, serangan demi serangan yang melanda Lebanon merupakan bagian dari skenario rapi untuk menyebarluaskan kekacauan. Tapi, dia sama sekali tidak menyatakan, Syria atau rezim Assad berada di balik serangan-serangan terencana itu. ’’Mereka yang melancarkan serangan ini jelas tidak rela Lebanon hidup damai,’’ ujarnya.
Namun, pemerintah Syria yang selama ini selalu dikaitkan dengan serangkaian insiden maut di Lebanon tidak mau tinggal diam. Demi menepis tuduhan keterlibatan mereka, Damaskus berkomentar. Mereka mengecam dua ledakan yang membuat pusat kota Tripoli tertutup asap hitam. ’’Kami mengutuk serangan teroris pengecut terhadap saudara-saudara kami di Tripoli,’’ ujar Menteri Informasi Omran al Zohbi. (AP/AFP/hep/c16/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... AS-Afghanistan Bahas Lagi Perjanjian Keamanan Bilateral
Redaktur : Tim Redaksi