Boris Berkuasa, Pengusaha Inggris Ketakutan

Rabu, 24 Juli 2019 – 22:16 WIB
Kandidat kuat PM Inggris, Boris Johnson. Foto: PA

jpnn.com, LONDON - Usai sudah konflik internal Partai Konservatif Inggris. Boris Johnson ditetapkan sebagai pemimpin para Tory, sebutan anggota Partai Konservatif, dan perdana menteri Britania Raya.

Politikus eksentrik itu berhasil mengalahkan berbagai halangan untuk mencapai kursi tertinggi pemerintahan tersebut.

BACA JUGA: Sohib Donald Trump Jadi PM Baru Inggris

Hasil itu diumumkan Ketua Komite 1922 Konservatif Cheryl Gillan. Dalam pemungutan suara final, Johnson mendapatkan 92 ribu suara dukungan. Sedangkan rivalnya, Jeremy Hunt, hanya mendapatkan 46 ribu suara. "Saya harap kita bisa lebih ramah dengan perdana menteri baru. Jangan seperti yang lalu," tutur Charles Walker, kolega Gillan di Komite 1922, kepada The Guardian.

Sementara itu, dalam pidato pertamanya, Johnson yakin pemerintahannya bakal bersinar. Misinya cuma tiga: laksanakan Brexit, satukan Inggris, dan kalahkan Ketua Partai Buruh Inggris Jeremy Corbyn. Dengan begitu, Konservatif bakal mengembalikan pamor sebagai partai raksasa penguasa Britania Raya. "Seperti raksasa yang tertidur. Kita akan bangkit dan memberantas orang-orang yang penuh keraguan dan pesimisme," tegas Johnson seperti dilansir Agence France-Presse.

BACA JUGA: Iran Beri Peringatan Serius untuk Inggris

Bicara tentu mudah. Namun, jalan yang membentang di depan Johnson jelas terjal. Soal Brexit saja, mantan menteri luar negeri Inggris itu belum bisa mendapatkan suara penuh dari internal partai. Padahal, posisi Konservatif di parlemen Inggris juga tidak pasti. Tahun ini partai tertua di Inggris tersebut nyaris tak bisa mempertahankan suara mayoritas di parlemen tanpa bantuan Democratic Unionist Party (DUP). Sedangkan pendapat mengenai Brexit masih terbelah.

"Boris Johnson memang sudah memperoleh dukungan dari hampir 100 ribu anggota Konservatif. Tapi, dia belum mendapatkan dukungan dari negeri ini," ujar Corbyn sebagaimana dilansir BBC.

BACA JUGA: Kapal Perang Andalan Inggris Sudah Parkir di Hormuz, Mengancam Iran

Selama kampanye, Boris Johnson berkali-kali menegaskan bahwa Inggris akan keluar dari Uni Eropa. Entah dengan kesepakatan atau tidak. Pendapat itu berseberangan dengan rivalnya, Jeremy Hunt, yang cenderung ingin Inggris tetap menjalin hubungan baik dengan negara lain di Eropa Barat. "Kita akan melaksanakan Brexit pada 31 Oktober," tegas Johnson.

BACA JUGA: Bandar Judi Jagokan Boris Johnson Jadi PM Inggris

Banyak yang takut dengan omongan Johnson. Terutama kubu pro­bisnis. Mereka khawatir Halloween tahun ini bakal lebih menakutkan karena Inggris keluar tanpa kesepakatan apa pun.

"Pesan kami sederhana: kampanye sudah berakhir. Perusahaan ingin tahu rencana konkret berikutnya," ujar Direktur Jenderal Kamar Dagang Inggris Adam Marshall. Artinya, Johnson harus segera bekerja keras untuk menjawab tuntutan semua kubu.

Ursula von der Leyen, kepala Uni Eropa yang baru, sudah menunggu kedatangan Johnson di Brussels. Harapannya, karena sama-sama pejabat baru, perspektif yang berbeda bisa diselesaikan. "Banyak isu dan perbedaan yang harus segera diselesaikan," ungkapnya.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump ikut memberikan ucapan selamat kepada Johnson. Trump menganggap Johnson sebagai sosok yang lebih mirip dengannya. Sebelum Johnson menang, Trump mengaku sudah berdoa agar May bisa digantikan pria periang itu. "Saya yakin dia akan menjadi perdana menteri yang hebat," cuit Trump. (bil/c9/oni)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Iran Tuding Inggris Berbohong soal Blokade Tanker


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler