Dalam teori humanisme dari filsuf manapun, di zaman apapun, cerita kematian dan taman makam itu selalu bernuansa kepedihan. Rasa duka cita itu, dilukis dengan tinta emas seindah apapun, ujungnya selalu memilukan. Bahkan, tak jarang berakhir dengan tetesan air di sudut mata. Tapi, di Moscow, ada kuburan yang amat menghibur dengan sentuhan seni patung yang amat menakjubkan.
Ah! Nggak percaya! Pasti begitu jawaban orang yang membaca intro tulisan ini. Mana ada kematian disimbolkan sebagai orang yang bertamasya, bergembira, bersuka ria? Itu sangat kontradiktif dan tidak masuk logika orang sehat nalar. Di mana-mana, berpisahnya nyawa dengan raga itu adalah peristiwa alam dan rahasia Tuhan yang menyisakan kepedihan mendalam. Terutama bagi saudara, handai taulan, dan orang-orang terdekatnya.
Tidak peduli, mantan orang tersohor, bekas kepala Negara, jenderal berbintang, artis papan atas, intelektual, filsuf, ketika badan dikandung tanah, tidak banyak lagi menyisakan cerita. Bahkan, seorang pahlawan yang bertabur tanda bintang sekalipun, setelah diantar secara kenegaraan, tidak lagi menyisakan kisah-kisah heroiknya. Karena itu, ada pepatah, gajah mati meninggalkan tulang, harimau mati meninggalkan tulang.
Tetapi Taman Makam Novodevichye di jalan Luznetsky Proezd, Moscow berbeda total. Tidak seperti Taman Makam Pahlawan kita yang tertata rapi, berjajar, simetris, dari berbagai sudut. Bukan juga seperti Ereveld di Ancol, tempat bersemayam bekas tentara Belanda dengan simbol salib di atasnya. Juga tidak mirip Memorial Park di Washington DC! Apalagi model Australian War Memorial di Canberra dengan api abadi, kolam tempat melempar koin, dijaga tentara, dengan sayap kiri kanan nama-nama penghuninya.
Tidak ada yang mirip. Kecuali patung-patung putih tentara AS, yang menghiasi Korean War Memorial di DC. Patung kepala dan wajah orang yang dikuburkan di Novodevichye, jauh lebih variatif, lebih rumit, lebih detail dengan material yang lebih sulit.
Tidak ada kesan magis, angker, menakutkan, dan menyeramkan. Jauh dari kesan, hantu pocong, suster ngesot, sundel bolong, wewe gombel, si manis jembatan Ancol, monster atau vampire. Yang adalah galeri seni patung dengan pahatan penuh estetika, dari batu alam, batu marmer, dan batu granit yang keras dan halus.
Saat saya memasuki kompleks makam berpagar batu bercat merah itu, saya agak ragu. Salju masih menghiasi tembok tua yang dibangun pada abad 16 itu. Seorang petugas dengan tatapan mata yang amat tajam, mengamati pengunjung, memastikan apa saja yang dibawa di sana. Tidak perlu membayar tiket, tidak perlu laporan tertulis, paspor juga tidak diperiksa, dan kita bebas berjalan-jalan di area makam seluas 7 hektare itu.
Suasananya bersih, rapi, tidak ada sampah, di musim dingin suhu rata-rata di kisaran 14-17 derajad Celcius. Hening, dingin, dan sama sekali tidak menakutkan. Hanya ada satu suara ekskavator kecil yang lalu lalang mengangkut tumpukan salju yang menutupi jalan ke dalam truk. Banyak pengunjung yang sedang berziarah, dan tidak mempertontonkan wajah sedih atau raut yang sembab setelah memeras air mata.
Tokoh-tokoh popular dari berbagai profesi dimakamkan di sini. Saya tidak tahu, apakah ini disebut Taman Makam Pahlawan, atau Taman Makam Selebriti. Ada jenderal dengan pakaian lengkap, ada politisi, agen KGB terkenal, sutradara film, artis terkenal, penari balet, penulis, komedian bertopi polka, musikus dengan biola, diplomat berkacamata, akademisi, ilmuwan peraih nobel, intelektual, arsitek, olahragawan, pujangga, jurnalis, pelukis, pematung, sampai presiden dan istri presiden. Lengkap, bukan seperti korban perang yang seragam.
Mungkin, password-nya ’’tokoh terkenal’’ yang pernah berjasa besar buat bangsa Rusia dan Uni Soviet.
Dari pintu masuk berjalan lurus di tengah-tengah makam itu, nanti akan bertemu koridor besar, belok ke kiri, akan menemukan batu tiga warna yang diukir mirip seperti bendera yang sedang melambai. Di sekeliling nisan itu masih banyak bunga mawar beraneka warna. Itulah, makam mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin (1931-2007).
Dari tempat disemayamkan Yeltsin, Presiden Pertama Rusia setelah berubah menjadi Negara Federasi, 1991-1999 itu, terus ke sayap kiri akan bertemu patung perempuan dari bahan metal berwarna hitam, yang dikelilingi taman indah, dan abu tokoh lain yang dikremasi. Perempuan itu adalah Raisa Gorbachev (1932-1999), istri mantan presiden Mikhail Gorbachev, yang amat terkenal di penjuru dunia setelah menggulirkan ide glasnost dan perestroika itu.
Gorby –panggilan akrab Gorbachev—sendiri masih hidup dan sehat sampai sekarang. Dia berjasa besar bagi perkembangan demokrasi di Rusia. Tetapi dia tidak terlalu popular di dalam negeri, karena dianggap telah membuat negerinya tercabik-cabik dalam pecahan-pecahan Negara merdeka baru yang berdaulat dan punya pemerintahan sendiri-sendiri.
Ada juga makam Nikita Sergevic Khrushev (1894-1971), mantan presiden Soviet yang amat dekat dengan Presiden Soekarno. Dari makam Raisa Gorbachev itu, balik kanan, menuju ke jalur utama, belok ke kiri, terus menuju pintu keluar dari belakang. Sebelum pintu keluar di ujung belakang, sebelah kanan, ada patung wajah orang dengan ornamen bernuansa kubisme, dua warna, batu putih dan kehijauan. Tidak istimewa, dibandingkan patung-patung di kiri kanan. Juga tidak terlalu besar, jika dibandingkan sekelilingnya.
Khruschev juga yang pernah membuat masjid Soekarno di Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia. Konon, ketika Soekarno wafat, banyak orang Rusia yang tenggelam dalam kesedihan dan ikut meratap. Saking merasa dekatnya Soviet dengan pemimpin Indonesia itu.
Ada juga mantan balerina, GC. Ulanova (1910-1998), yang dipahat berdampingan dengan seorang bintang film perempuan yang tersohor di sana. Patung Ulanova itu masih semi tiga dimensi, masih menempel di dinding batu putih, dengan gayanya sebagai penari ballet, tangan ke atas, menghadap ke samping, mengenakan rok mini, dengan ujung kaki yang menahan berat tubuh. Persis seperti sedang menarikan dan beraksi di atas panggung. Dia digambarkan abadi menjadi pebalet sejati.
Kuburan Novodevichye Kladbishche ini terdapat lebih dari 250 tokoh terkenal Rusia dan mantan Uni Soviet dengan ornament batu nisan yang khas. Memiliki nilai seni, artistik, dan dibuat sangat serius. Ada pelawak hebat di zamannya, Yuri W. Nikulin (1921-1997) yang perutnya gendut, senyum, dengan kacamata ber-frame tebal dan topi bulat. Ada istri mantan penguasa paling “keras” di Soviet Joseph Stalin, Nadezda Alliluyeva (1902-1932). Ada bekas kosmonot Soviet yang berjasa buat teknologi luar angkasa, Pavel Belyayev (1925-1970). Ada Molotov, ahli senjata yang digambar patung kepalanya di atas misil.
Masih banyak tokoh yang di Rusia dan dunia internasional sangat masyur namanya, tetapi di Indonesia tidak terlalu dikenal. Karena 32 tahun lebih, pemerintah Orde Baru memang tidak terlalu membuka diri buat negeri asal muasalnya Komunisme dan Sosialisme itu.
“Rumah Masa Depan” Novodevichye ini dibangun tahun 1898, dan merupakan bagian dari Monastery Novodevichye, tempat tinggal tokoh-tokoh Kristen Ortodoks Rusia, sekaligus penjara orang-orang besar zaman Peter the Great. Makam ini juga sudah tercatat oleh UNESCO sebagai cagar budaya yang dilindungi kelestariannya. Serius, saya jamin, Anda tidak akan takut berjalan dan berkeliling makam itu sendirian di tengah malam. Suasananya terang benderang, bersih, jalannya lebar, dan tidak berkesan angker. Kecuali, kalau tiba-tiba listriknya “peeettt…” mati! (*)
Ah! Nggak percaya! Pasti begitu jawaban orang yang membaca intro tulisan ini. Mana ada kematian disimbolkan sebagai orang yang bertamasya, bergembira, bersuka ria? Itu sangat kontradiktif dan tidak masuk logika orang sehat nalar. Di mana-mana, berpisahnya nyawa dengan raga itu adalah peristiwa alam dan rahasia Tuhan yang menyisakan kepedihan mendalam. Terutama bagi saudara, handai taulan, dan orang-orang terdekatnya.
Tidak peduli, mantan orang tersohor, bekas kepala Negara, jenderal berbintang, artis papan atas, intelektual, filsuf, ketika badan dikandung tanah, tidak banyak lagi menyisakan cerita. Bahkan, seorang pahlawan yang bertabur tanda bintang sekalipun, setelah diantar secara kenegaraan, tidak lagi menyisakan kisah-kisah heroiknya. Karena itu, ada pepatah, gajah mati meninggalkan tulang, harimau mati meninggalkan tulang.
Tetapi Taman Makam Novodevichye di jalan Luznetsky Proezd, Moscow berbeda total. Tidak seperti Taman Makam Pahlawan kita yang tertata rapi, berjajar, simetris, dari berbagai sudut. Bukan juga seperti Ereveld di Ancol, tempat bersemayam bekas tentara Belanda dengan simbol salib di atasnya. Juga tidak mirip Memorial Park di Washington DC! Apalagi model Australian War Memorial di Canberra dengan api abadi, kolam tempat melempar koin, dijaga tentara, dengan sayap kiri kanan nama-nama penghuninya.
Tidak ada yang mirip. Kecuali patung-patung putih tentara AS, yang menghiasi Korean War Memorial di DC. Patung kepala dan wajah orang yang dikuburkan di Novodevichye, jauh lebih variatif, lebih rumit, lebih detail dengan material yang lebih sulit.
Tidak ada kesan magis, angker, menakutkan, dan menyeramkan. Jauh dari kesan, hantu pocong, suster ngesot, sundel bolong, wewe gombel, si manis jembatan Ancol, monster atau vampire. Yang adalah galeri seni patung dengan pahatan penuh estetika, dari batu alam, batu marmer, dan batu granit yang keras dan halus.
Saat saya memasuki kompleks makam berpagar batu bercat merah itu, saya agak ragu. Salju masih menghiasi tembok tua yang dibangun pada abad 16 itu. Seorang petugas dengan tatapan mata yang amat tajam, mengamati pengunjung, memastikan apa saja yang dibawa di sana. Tidak perlu membayar tiket, tidak perlu laporan tertulis, paspor juga tidak diperiksa, dan kita bebas berjalan-jalan di area makam seluas 7 hektare itu.
Suasananya bersih, rapi, tidak ada sampah, di musim dingin suhu rata-rata di kisaran 14-17 derajad Celcius. Hening, dingin, dan sama sekali tidak menakutkan. Hanya ada satu suara ekskavator kecil yang lalu lalang mengangkut tumpukan salju yang menutupi jalan ke dalam truk. Banyak pengunjung yang sedang berziarah, dan tidak mempertontonkan wajah sedih atau raut yang sembab setelah memeras air mata.
Tokoh-tokoh popular dari berbagai profesi dimakamkan di sini. Saya tidak tahu, apakah ini disebut Taman Makam Pahlawan, atau Taman Makam Selebriti. Ada jenderal dengan pakaian lengkap, ada politisi, agen KGB terkenal, sutradara film, artis terkenal, penari balet, penulis, komedian bertopi polka, musikus dengan biola, diplomat berkacamata, akademisi, ilmuwan peraih nobel, intelektual, arsitek, olahragawan, pujangga, jurnalis, pelukis, pematung, sampai presiden dan istri presiden. Lengkap, bukan seperti korban perang yang seragam.
Mungkin, password-nya ’’tokoh terkenal’’ yang pernah berjasa besar buat bangsa Rusia dan Uni Soviet.
Dari pintu masuk berjalan lurus di tengah-tengah makam itu, nanti akan bertemu koridor besar, belok ke kiri, akan menemukan batu tiga warna yang diukir mirip seperti bendera yang sedang melambai. Di sekeliling nisan itu masih banyak bunga mawar beraneka warna. Itulah, makam mantan Presiden Rusia Boris Yeltsin (1931-2007).
Dari tempat disemayamkan Yeltsin, Presiden Pertama Rusia setelah berubah menjadi Negara Federasi, 1991-1999 itu, terus ke sayap kiri akan bertemu patung perempuan dari bahan metal berwarna hitam, yang dikelilingi taman indah, dan abu tokoh lain yang dikremasi. Perempuan itu adalah Raisa Gorbachev (1932-1999), istri mantan presiden Mikhail Gorbachev, yang amat terkenal di penjuru dunia setelah menggulirkan ide glasnost dan perestroika itu.
Gorby –panggilan akrab Gorbachev—sendiri masih hidup dan sehat sampai sekarang. Dia berjasa besar bagi perkembangan demokrasi di Rusia. Tetapi dia tidak terlalu popular di dalam negeri, karena dianggap telah membuat negerinya tercabik-cabik dalam pecahan-pecahan Negara merdeka baru yang berdaulat dan punya pemerintahan sendiri-sendiri.
Ada juga makam Nikita Sergevic Khrushev (1894-1971), mantan presiden Soviet yang amat dekat dengan Presiden Soekarno. Dari makam Raisa Gorbachev itu, balik kanan, menuju ke jalur utama, belok ke kiri, terus menuju pintu keluar dari belakang. Sebelum pintu keluar di ujung belakang, sebelah kanan, ada patung wajah orang dengan ornamen bernuansa kubisme, dua warna, batu putih dan kehijauan. Tidak istimewa, dibandingkan patung-patung di kiri kanan. Juga tidak terlalu besar, jika dibandingkan sekelilingnya.
Khruschev juga yang pernah membuat masjid Soekarno di Saint Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia. Konon, ketika Soekarno wafat, banyak orang Rusia yang tenggelam dalam kesedihan dan ikut meratap. Saking merasa dekatnya Soviet dengan pemimpin Indonesia itu.
Ada juga mantan balerina, GC. Ulanova (1910-1998), yang dipahat berdampingan dengan seorang bintang film perempuan yang tersohor di sana. Patung Ulanova itu masih semi tiga dimensi, masih menempel di dinding batu putih, dengan gayanya sebagai penari ballet, tangan ke atas, menghadap ke samping, mengenakan rok mini, dengan ujung kaki yang menahan berat tubuh. Persis seperti sedang menarikan dan beraksi di atas panggung. Dia digambarkan abadi menjadi pebalet sejati.
Kuburan Novodevichye Kladbishche ini terdapat lebih dari 250 tokoh terkenal Rusia dan mantan Uni Soviet dengan ornament batu nisan yang khas. Memiliki nilai seni, artistik, dan dibuat sangat serius. Ada pelawak hebat di zamannya, Yuri W. Nikulin (1921-1997) yang perutnya gendut, senyum, dengan kacamata ber-frame tebal dan topi bulat. Ada istri mantan penguasa paling “keras” di Soviet Joseph Stalin, Nadezda Alliluyeva (1902-1932). Ada bekas kosmonot Soviet yang berjasa buat teknologi luar angkasa, Pavel Belyayev (1925-1970). Ada Molotov, ahli senjata yang digambar patung kepalanya di atas misil.
Masih banyak tokoh yang di Rusia dan dunia internasional sangat masyur namanya, tetapi di Indonesia tidak terlalu dikenal. Karena 32 tahun lebih, pemerintah Orde Baru memang tidak terlalu membuka diri buat negeri asal muasalnya Komunisme dan Sosialisme itu.
“Rumah Masa Depan” Novodevichye ini dibangun tahun 1898, dan merupakan bagian dari Monastery Novodevichye, tempat tinggal tokoh-tokoh Kristen Ortodoks Rusia, sekaligus penjara orang-orang besar zaman Peter the Great. Makam ini juga sudah tercatat oleh UNESCO sebagai cagar budaya yang dilindungi kelestariannya. Serius, saya jamin, Anda tidak akan takut berjalan dan berkeliling makam itu sendirian di tengah malam. Suasananya terang benderang, bersih, jalannya lebar, dan tidak berkesan angker. Kecuali, kalau tiba-tiba listriknya “peeettt…” mati! (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Harimau Sumatera Kedua, Setelah Si Gendut Panda
Redaktur : Tim Redaksi