jpnn.com, JAKARTA - Pakar Polimer Institut Teknologi Bandung Ahmad Zainal Abidin mengatakan, botol PET mampu didaur ulang hingga 50 kali sehingga menghemat bahan baku produksi.
"Botol PET itu bisa diproses 100 persen menjadi produk berharga sehingga tidak perlu ada pembatasan ataupun larangan penggunaannya,” kata Zainal dalam diskusi publik Potensi Ekonomi dari Pengelolaan Sampah Plastik, yang dilaksanakan Komunitas Plastik Untuk Kebaikan (KPUK) di Jakarta, Selasa (19/11).
BACA JUGA: Daur Ulang Botol Plastik PET Bisa Berulang Kali
Bantuan teknologi membuat waktu untuk membuat plastik bisa terurai dan dimanfaatkan kembali hanya kurang lebih satu detik.
"Jadi, tidak ada masalah dengan plastik," imbuhnya.
BACA JUGA: Penanganan Sampah Plastik Jadi Rekomendasi Politik Kongres Partai Nasdem
Ketua Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Pris Poly Lengkong mengaku heran dengan sikap pemerintah melarang botol plastik PET.
"Nilai jual dan nilai ekonomi dari plastik PET ini sangat tinggi. Kenapa bukannya pemerintah justru meningkatkan potensi ekonomi dari plastik pet ini?” ungkap Pris.
Dia menambahkan, anggotanya berjumlah 3,7 juta dari 25 provinsi.
"Bayangkan betapa banyak orang sudah tertolong kesejahteraannya dari sampah botol plastik ini," tambah Pris.
Pemerintah Indonesia sendiri bertekad untuk mengurangi sampah plastik ke laut sebesar 70 persen pada 2025.
Pengelolaan sampah termasuk daur ulang sampah plastik menjadi solusi penting dalam mengurangi sampah plastik.
Salah satu pendekatan yang harus dikembangkan adalah pengelolaan berkelanjutan melalui pendekatan circular economy (ekonomi melingkar).
Pengelolaan berkelanjutan ini membuat siklus pakai plastik tidak lagi berakhir di tempat pembuangan sampah dan dapat kembali dimanfaatkan baik dalam bentuk bahan daur ulang, lisrik, bahan bakar dan naphtha.
Christine Halim dari Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) berharap pemerintah terus mendorong dan memberikan kemudahan kepada industri daur ulang di Indonesia.
Salah satunya adalah melalui kebijakan kebijakan yang kondusif bagi industri daur ulang. (jos/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ragil