BPIP: Muhibah Megawati ke Rusia dan Uzbekistan Sebagai Diplomasi Pancasila di Panggung Internasional

Minggu, 22 September 2024 – 07:34 WIB
Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Dr. Darmansjah Djumala. Foto: Dok. BPIP

jpnn.com, JAKARTA - Perjalanan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri ke Rusia dan Uzbekistan merupakan muhibah ideologis yang mempromosikan Pancasila sebagai ideologi perdamaian yang kental dengan nilai kemanusiaan dalam hubungan internasional.

Muhibah itu adalah langkah diplomasi Megawati untuk memperkenalkan Pancasila itu di panggung internasional.

BACA JUGA: BPIP: Menangkal Pelemahan Budaya Hukum Lewat Penegakan Etika Berbangsa dan Bernegara

Demikian disampaikan Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri Dr. Darmansjah Djumala menanggapi kunjungan Ketua Dewan Pengarah BPIP  Megawati Soekarnoputri ke Rusia dan Uzbekistan, 14-21 September 2024.

Selama di Rusia, Megawati antara lain memberikan kuliah umum di kampus Saint Petersburg State University.

BACA JUGA: BPIP Gelar FGD Bertema Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara

Megawati juga mengadakan pertemuan dengan Rektor Universitas Saint Petersburg Profesor Nikolay Kropachev dan menjadi pembicara kunci di Forum Rektor Universitas se-Rusia.

Sementara di Uzbekistan, Megawati menerima gelar profesor kehormatan dari Silk Road University, Samarkand, menanam pohon dan penandatangan prasasti Soekarno Garden di Silk Road Tourism Complex dan berziarah ke makam Imam Besar Al Bukhari.

BACA JUGA: BPIP Harus Kritis Saat Nilai Pancasila Dilecehkan

Dr. Djumala lebih jauh menegaskan kunjungan Megawati ke Rusia dan Uzbekistan ini sarat makna ideologis.

Dia menilai kunjungan tersebut tepat waktu karena PBB melalui UNESCO telah mengakui pidato Bung Karno tentang Pancasila di PBB pada 1960 berjudul “To Build the Wolrd Anew” sebagai Memory of the World atau Warisan Arsip Dunia.

Dengan penganugerahan PBB itu, publik internasional menjadi lebih mudah mengakses arsip teks pidato itu sebagai referensi untuk pengembangan studi terkait bidang tugas UNESCO seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

Djumala yang pernah menjabat sebagai Dubes Indonesia untuk Austria dan PBB di Wina itu mengatakan penganugerahan PBB itu membuka peluang bagi diplomasi Indonesia untuk mempromosikan Pancasila sebagai ideologi perdamaian yang mengandung nilai-nilai universal. 

Pada konteks itulah, kata dia, kunjungan Megawati ke Rusia bisa dimaknai sebagai langkah diplomasi Pancasila di panggung internasional.

Megawati membawa pesan ideologis bahwa Pancasila dengan nilai-nilai luhurnya bisa menginspirasi pemimpin dunia dalam mengelola tata dunia baru dengan mengedepankan nilai kemanusiaan, musyawarah dan gotong royong seperti inti ajaran Pancasila ajaran Bung Karno.

Pada bagian lain Dr. Djumala menggaris-bawahi makna ideologis dari kunjungan Megawati ke Uzbekistan.

Ziarah Megawati ke makam Imam Bukhari juga sarat makna ideologis. Sejarah mencatat Bung Karno yang mendesak pemimpin komunis Uni Soviet (sekarang Rusia) Nikita Khrushchev untuk menemukan kembali makam Imam Besar itu agar umat Islam sedunia dapat berziarah dan menghormati jasa-jasanya dalam syiar Islam.

Dalam pandangan Dr. Djumala, itulah sumbangsih Bung Karno bagi dunia Islam.

Desakan Bung Karno kepada pemimpin Uni Soviet untuk memuliakan Imam Bukhari saat itu adalah manifestasi nilai Ketuhanan yang terkandung dalam sila pertama Pancasila.

Ziarah Megawati ke makam Imam Besar Bukhari dapat dinilai sebagai manifestasi komitmen Indonesia terhadap ajaran mulia agama Islam yang menginspirasi Pancasila sebagai falsafah, dasar dan ideologi bangsa.(fri/jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler