jpnn.com, JAKARTA - Langkah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan sejumlah nama bank yang dianggap tidak memiliki kinerja bagus, sangatlah tidak bijaksana karena menyebutkan nama bank-bank tersebut.
President Director Center for Banking Crisis (CBC), Achmad Deni Daruri mengatakan kondisi krisis perekonomian dunia dan nasional akibat corona merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dengan seksama dalam setiap kebijakan dan tindakan yang berdampak terhadap perekonomian secara luas.
BACA JUGA: Kinerja Moncer, Bank BJB Raih Laba Bersih Rp 1,56 Triliun
“Apalagi jika menyangkut confidence masyarakat akan perbankan. Perlulah mengecamkan oleh BPK karena krisis perbankan diawali oleh ketidakpercayaan masyarakat terhadap perbankan. Apa yang dilakukan BPK justru berpotensi besar merusak kepercayaan masyarakat terhadap perbankan,” kata Deni, Jakarta, Rabu (13/05).
Menurut Deni, bukannya tidak mungkin BPK justru tengah menciptakan sumber awal dari krisis perbankan nasional. Krisis perbankan adalah krisis keuangan yang memengaruhi aktivitas perbankan.
BACA JUGA: Deni Daruri: Perbankan Nasional Berperan Aktif Mengurangi Emisi Karbon Dioksida
"Krisis perbankan termasuk bank run, yang memengaruhi sebuah bank (apalagi BPK mengungkap tujuh bank), kepanikan perbankan, yang akhirnya memengaruhi banyak bank dan ujungnya menyebabkan krisis perbankan sistemik," paparnya.
Menurutnya, krisis perbankan ditandai oleh bank run yang menyebabkan runtuhnya lembaga keuangan. Bank run terjadi ketika banyak pelanggan bank menarik simpanannya karena mereka percaya bank itu mungkin gagal.
BACA JUGA: Ketua MPR Merespons Empat Isu Aktual Hari Ini Termasuk Masalah PHK
Ada banyak bukti pada bank individu sepanjang sejarah, misalnya, beberapa kegagalan bank 2008-2009 di Amerika Serikat yang dikaitkan dengan bank runs.
"Jika BPK paham akan potensi bank runs maka BPK, tidak akan mengumumkan nama tujuh bank tersebut kepada publik karena memang tidak ada gunanya. Alangkah eloknya jika BPK cukup memberikan rekomendasi kepada OJK agar OJK menindaklanjuti temuan BPK tersebut jika temuannya memang benar adanya," tegas Deni.
Lebih lanjut, Deni mengatakan temuan BPK itu cukup meragukan karena beberapa bank yang dikemukakan itu, melontarkan bantahan. Jika publik mempercayai temuan BPK, maka hasil akhirnya adalah bank runs terhadap ketujuh bank tersebut.
Nah, jika terjadi bank runs yang harus dipertimbangkan bahwa bank besar termasuk bank Himbara, tidak akan mampu membail-out ketujuh bank tersebut, bahkan akan menyeret bank-bank Himbara menjadi bank runs juga.
Pada gilirannnya, kata dia, bail out akan bersumber dari APBN yang menyebabkan defisit anggaran makin menganga karena, sudah mengantisipasi krisis pandemi. Negara yang sudah memiliki jaminan tabungan nasabah seperti Inggris saja, masih melakukan bail out.
"Bail out di bank Lloyds menelan biaya £ 20,3 miliar. Di mana pemerintah Inggris mulai pulih menjual 43 persen bail out nya pada 2013. Efek bola liar dari cara BPK mengumumkan nama ketujuh bank menciptakan konsekuensi logis yang sangat berbahaya bagi perbankan nasional," tandasnya.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich