jpnn.com, PALEMBANG - Di tengah perubahan iklim ekstrem atau climate change, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi pangan.
Salah satunya melalui kegiatan pertanian cerdas iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA) pada Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP).
BACA JUGA: Giat ToF CSA Bekali Petani NTT Siap Hadapi Perubahan Iklim
Tujuan dari SIMURP ialah meningkatkan produksi dan produktivitas, menambah pengetahuan dan keterampilan petani dalam penerapan pertanian cerdas iklim, mengurangi resiko gagal panen, mengurangi efek gas rumah kaca, dan meningkatkan pendapatan petani di daerah irigasi (DI) dan daerah rawa (DR).
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa CSA atau pertanian cerdas iklim merupakan kunci andalan SIMURP sehingga harus betul-betul dipahami seluruh pelaksana SIMURP pusat dan daerah.
BACA JUGA: Cinta Kopda Muslimin kepada Sang Pacar Bertepuk Sebelah Tangan
"Kegiatan CSA bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, mengajarkan budi daya pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim, mengurangi risiko gagal panen, mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) serta meningkatkan pendapatan petani khususnya di daerah irigasi program SIMURP," jelas Dedi.
Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Caya mengatakan program SIMURP harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.
BACA JUGA: Jadi Tersangka, Pendiri ACT: Demi Allah, Saya Siap Dikorbankan
"Saya harapkan realisasi baik dari segi serapan anggaran maupun kegiatan menjadi konsen bagi pelaksana. Lakukan akselerasi percepatan, melakukan ToT dan penguatan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Walaupun secara nasional harus melakukan kordinasi lintas kementerian seperti PUPR, Kemendagri, Bapenas dan Kementan, agar target peningkatan produksi pertanian tercapai," ujarnya saat membuka Pertemuan Forum Laporan Semester dan Evaluasi Kegiatan CSA SIMURP Tahun 2022 di Novotel Hotel, Palembang Sumatera Selatan, Jumat (29/7/2022)
Bustanul menjelaskan kalau tidak terjadi peningkatan produksi produktivitas dan pemanfaatan inovasi CSA, maka secara target kegiatan tidak tercapai.
Maka harus dilakukan semua itu sesuai target yang diharapkan, agar bermanfaat bagi petani.
"Kami harapkan di lapangan ada lokasi yang ditampilkan untuk percontohan, sehingga outputnya benar-benar mendukung program Kementan. Jadikan BPP sebagai pusat pembelajaran dan percontohan keberhasilan dari program CSA SIMURP dan sekarang kuatkan dan bangun penerapan CSA di poktan-poktan agar bisa dirasakan manfaatnya," tegasnya.
Bustanul kembali mengungkapkan bahwa fungsi ialah BPP sebagai pusat data informasi, pembelajaran, gerakan pembangunan pertanian, pusat konsultasi, dan jejaring kemitraan.
Program utama Kementan aaat ini adalah pengembangan kostratani dan petani milenial, dan SIMURP harus berkontribusi dan intervensi akan hal tersebut.
"Dengan adanya climate change, target produksi harus tetap tercapai untuk mencukupi pangan rakyat Indonesia. Kondisi pangan akibat kondisi global memang masih terganggu, sehingga harus ada cadangan pangan. Saya harapkan kegiatan ini bisa memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan Indonesia," tambah Bustanul.
Sementara itu, Kabid Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pangan Provinsi Sulsel Darwan Agus mengatakan kegiatan SIMURP di dua Kabupaten dan dua BPP.
"Selain menerapkan CSA, kami punya kelebihan terapkan teknologi, yaitu jada rumah burung hantu atau Rubuha dalam penanggulangan OPT," ujar dia.
"Tipe lahan di sini ialah pasang surut, rawa lebak dan irigasi. Kegiatan ini membantu sekali, terutama untuk lahan pasang surut," tandasnya. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengacara Keluarga Brigadir J Ajukan 2 Pertanyaan Buat Irjen Fadil Imran, Kapolri Harus Tahu
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti