BPS Sebut Inflasi Juli 2022 Naik 4,94 Persen Secara Tahunan

Senin, 01 Agustus 2022 – 14:27 WIB
Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan inflasi pada Juli tahun kalender Juli 2022 terhadap Desember 2021 sebesar naik 3,85 persen. Ilustrasi pasar: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan angka inflasi Juli 2022.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan inflasi pada Juli tahun kalender Juli 2022 terhadap Desember 2021 sebesar naik 3,85 persen.

BACA JUGA: IHSG Hari Ini Menguat Dipicu Rilis Inflasi BPS

Kemudian, inflasi tahun ke tahun (yoy) Juli 2022 terhadap Juli 2021 sebesar 4,94 persen.

"Inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94 persen (yoy) ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015 yakni pada saat itu terjadi inflasi sebesar 6,25 persen (yoy)," ungkap Margo dalam keterangannya di Jakarta, Senin (1/8).

BACA JUGA: Mendag Sebut Harga Beras Masih Aman dari Inflasi

Dia menjelaskan angka inflasi sebesar 0,64 persen pada Juli 2022 atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,09 pada Juni menjadi 111,8 pada Juli.

“Pada Juli 2022 terjadi inflasi sebesar 0,64 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 111,09 pada Juni 2022 menjadi 111,8,” kata Margo.

Margo menjelaskan penyumbang inflasi pada Juli yang sebesar 0,64 persen (mtm) ini utamanya berasal dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan cabai rawit.

Menurutnya, dari 90 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi, dengan yang tertinggi terjadi di Kendari yaitu sebesar 2,27 persen dan terendah di Pematang Siantar sebesar 0,04 persen.

Inflasi di Kendari disumbang oleh kenaikan tarif angkutan udara dengan andil 0,75 persen, ikan layang atau ikan benggol dengan andil 0,19 persen dan bawang merah dengan andil 0,15 persen.

Margo melanjutkan jika inflasi dilihat berdasarkan komponen maka andil terbesar adalah berasal dari harga bergejolak yaitu sebesar 0,25 persen akibat komoditas cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit.

"Penyumbang kedua adalah komponen harga diatur pemerintah dengan andil 0,21 persen karena kenaikan tarif angkutan udara, bahan bakar rumah tangga, rokok filter, dan tarif listrik," bebernya.

Kemudian, kenaikan tarif listrik bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 3.500 VA sampai 5.500 VA dan R3 dengan daya 6.600 VA ke atas mulai 1 Juli menyebabkan andil terhadap inflasi sebesar 0,01 persen.

"Penyumbang ketiga adalah komponen inti dengan andil 0,18 persen serta komoditas pendorongnya adalah ikan segar, mobil, dan sewa rumah," pungkas Margo. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler