jpnn.com, JAKARTA - PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk terus mendukung upaya pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19.
Berbagai stimulus di luar kebiasaan akan diberikan kepada masyarakat dan pelaku usaha sepanjang tahun ini.
BACA JUGA: Alhamdulillah, BRI Sebut Tren Restrukturisasi Kredit Nasabah Konsisten Menurun
Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan, dukungan pemulihan ekonomi dilakukan dalam bentuk penyaluran kredit, edukasi, pembuatan survei indeks bisnis UMKM melalui BRI Micro & SME Index (BMSI), dan lainnya.
Menurut dia, tanpa kerja luar biasa dan optimisme yang tinggi, krisis tidak akan segera berlalu dari negara ini.
BACA JUGA: Pertimbangan BRI Bayarkan Deviden Rp 12 Triliun, Ternyata Begini...
“Tetap kami harus punya optimisme dan semangat bahwa kita harus keluar dari krisis ini," ujar Sunarso dalam Program Dialog Spesial Indonesia Bicara yang diselenggarakan secara daring oleh Media Group (1/4).
Sunarso mengatakan, keterbatasan sumber daya dan waktu tidak menjadi alasan sulitnya pemulihan ekonomi nasional.
BACA JUGA: Penjelasan BRI soal Uang Nasabah Hilang, Ternyata karena Utang Piutang
Bankir senior itu menegaskan, pemilihan sektor prioritas adalah kunci utama, sehingga fokus pemulihan bisa tercipta dengan keterbatasan sumber daya yang bisa dioptimalkan.
"Maka fokus pada area-area yang memang disentuh sedikit namun bisa memberikan dampak yang besar," ujar dia.
Dia mencontohkan, pemulihan bisa dimulai pada segmen UMKM.
"Sektornya adalah yang terkait dengan kebutuhan dasar yaitu pangan, obat-obatan, kesehatan, dan itu yang akan mendorong ekonomi ini untuk pulih,” tutur Sunarso.
Lebih lanjut, lulusan Universitas Indonesia itu mengatakan, sektor prioritas yang harus dipilih adalah segmen bisnis paling berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB), banyak menyerap tenaga kerja, dan berisi para pekerja berupah murah.
"Salah satu segmen yang masuk skala prioritas untuk pemulihan ekonomi ialah UMKM," ungkap dia.
Sunarso juga menyebut, jika dilihat dari jenis industrinya, prioritas pemulihan harus dilakukan terlebih dulu kepada pelaku usaha industri manufaktur, pertanian, kehutanan, perdagangan, perikanan, dan konstruksi.
Sektor-sektor usaha tersebut, lanjut dia, yang selama ini banyak berkontribusi terhadap PDB serta serapan tenaga kerjanya tinggi.
“Ini dulu yang harusnya jadi prioritas kami, sektor industri yang diguyuri kredit dan didorong untuk menumbuhkan kredit dan pada akhirnya menumbuhkan perekonomian," beber dia.
Eks Dirut Pegadaian itu mengatakan, salah satu yang bisa menumbuhkan perekonomian itu ialah pertumbuhan kredit.
Sunarso menyebutkan, untuk menumbuhkan kredit berbagai cara dikeluarkan, antara lain menurunkan suku bunga.
"Ternyata menurunkan suku bunga saja tidak cukup untuk mendongkrak pertumbuhan kredit," kata dia.
Kendati demikian, faktor elastis lain yang mendorong pertumbuhan kredit adalah permintaan/konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.
"Kalau begitu mari kita sama-sama suku bunga diturunkan, tetapi mendorong daya beli masyarakat, mendorong konsumsi RT itu menjadi penting,” imbuh Sunarso.
Dia menambahkan, sebagai bank dengan pangsa pasar terbesar di segmen UMKM, BRI yakin kebangkitan kondisi pelaku usaha mikro dan kecil akan terjadi tahun ini.
"Oleh Karena itu, BRI mengajak seluruh pihak untuk turut membantu UMKM dan mengedukasi mereka agar memiliki posisi lebih sejajar dan menjadi mitra kuat lembaga perbankan," papar dia.
Sunarso mengatakan, dengan edukasi yang tepat, pelaku UMKM diyakini bisa meningkat kapasitasnya dan dalam jangka panjang dapat ditawari pembiayaan dengan harga murah.
Eks Analis Kredit Bank Dagang Negara itu menuturkan, selama ini suku bunga pembiayaan bagi UMKM masih cenderung tinggi karena segmen ini dipandang memiliki risiko besar.
“Faktor yang kedua, handling-nya itu ternyata cost-nya mahal karena sendiri-sendiri. Tapi ketika mereka (UMKM) diedukasi untuk membentuk klaster, badan hukum, apakah koperasi, BP, dan lain-lain, itu kan cara menyentuhnya akan menjadi lebih murah,” kata Sunarso. (jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia