BANDARLAMPUNG – Pengamat dari Universitas Lampung (Unila) Asrian Hendy Cahya mengatakan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) menjadi target perampokan dari terduga terorisme. Alasannya karena BRI sebagai salah satu perusahaan negara itu
kurangnya tingkat pengamanannya.
’’Perampokan yang terjadi di perbankan, khususnya BRI, itu disebabkan tingkat pengamanan yang longgar,” kata Asrian Hendy Cahya kepada Radar Lampung, Jumat (10/5) melalui sambungan telepon genggamnya.
Asrian menambahkan, BRI relatif menyebar dan sangat luas dibandingkan bank-bank lain. Di mana untuk level provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa, ada jangkauan BRI. Padahal, tingkat keamanan tempat pinggiran itu sangat longgar sehingga ada kesempatan buat perampok.
’’Nah kebetulan yang berada di pinggiran seperti desa atau kampung adalah BRI sehingga banyak yang dirampok. Namun sebenarnya bukan hanya BRI, ada bank-bank lain atau tempat usaha dan perumahan yang juga dirampok,” terangnya.
Jadi, sambung Asrian, pada prinsipnya perampokan yang terjadi di BRI itu adalah faktor kebetulan dan kelonggaran, bukan karena perampok menargetkan bank pelat merah tersebut. ’’Karena itu, kuncinya ada di tingkat pengamanan dari aparat kepolisian,” tegasnya.
Dia melanjutkan, Bank Indonesia (BI) sudah menerapkan fungsinya dalam melakukan pengawasan. Di mana ketika bank itu akan masuk suatu daerah, tentu perlu izin dari BI. Sehingga ketika sudah dibangun, BI meninjau lokasi untuk mengetahui tingkat keamanan gedung hingga pelayanannya.
’’BI sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Tetapi, persoalan perampokan lagi-lagi terjadi karena tingkat keamanan dari aparat kepolisian yang masih kurang,” tandasnya.
Senada diungkapkan Humas BI Lampung Nunu Herwanto. Menurutnya, kasus perampokan yang terjadi di BRI Lampung itu murni karena kurangnya keamanan. Sebab, jangkauan BRI itu sangat luas hingga pelosok desa atau unit BRI. ’’Ini kebetulan saja, bukan karena perampok mau mengincar BRI,” tegas dia.
Untuk pengawasan, BI sudah mengimbau kepada bank-bank di Lampung agar menjaga keamanan dengan baik. Misalnya ketika BI akan melakukan kas keliling, maka mesti ada pengawalan polisi. ’’Kami sebatas mengimbau. Karena ketika uang telah di bank masing-masing, maka sudah wewenang bank tersebut, bukan BI lagi. Karena itu, bank baiknya bekerja sama dengan kepolisian. Sebab, pengamanan itu sangat penting dan wajib,” katanya.
Ketika disinggung ada pengawasan atau evaluasi khusus dari BI sebagai pusatnya perbankan, Nunu mengaku tidak ada pengawasan khusus karena urusan pengawasan kemanan itu tanggung jawab perbankan bersangkutan dengan kepolisian.
’’Ya nggak ada pengawasan khusus lah Mas. Tetapi, kami sudah imbau karena uang yang disimpan itu adalah uang negara atau rakyat, maka perlu dijaga dengan baik,” tukasnya. (hyt/p2/c1/ary)
kurangnya tingkat pengamanannya.
’’Perampokan yang terjadi di perbankan, khususnya BRI, itu disebabkan tingkat pengamanan yang longgar,” kata Asrian Hendy Cahya kepada Radar Lampung, Jumat (10/5) melalui sambungan telepon genggamnya.
Asrian menambahkan, BRI relatif menyebar dan sangat luas dibandingkan bank-bank lain. Di mana untuk level provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, hingga desa, ada jangkauan BRI. Padahal, tingkat keamanan tempat pinggiran itu sangat longgar sehingga ada kesempatan buat perampok.
’’Nah kebetulan yang berada di pinggiran seperti desa atau kampung adalah BRI sehingga banyak yang dirampok. Namun sebenarnya bukan hanya BRI, ada bank-bank lain atau tempat usaha dan perumahan yang juga dirampok,” terangnya.
Jadi, sambung Asrian, pada prinsipnya perampokan yang terjadi di BRI itu adalah faktor kebetulan dan kelonggaran, bukan karena perampok menargetkan bank pelat merah tersebut. ’’Karena itu, kuncinya ada di tingkat pengamanan dari aparat kepolisian,” tegasnya.
Dia melanjutkan, Bank Indonesia (BI) sudah menerapkan fungsinya dalam melakukan pengawasan. Di mana ketika bank itu akan masuk suatu daerah, tentu perlu izin dari BI. Sehingga ketika sudah dibangun, BI meninjau lokasi untuk mengetahui tingkat keamanan gedung hingga pelayanannya.
’’BI sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Tetapi, persoalan perampokan lagi-lagi terjadi karena tingkat keamanan dari aparat kepolisian yang masih kurang,” tandasnya.
Senada diungkapkan Humas BI Lampung Nunu Herwanto. Menurutnya, kasus perampokan yang terjadi di BRI Lampung itu murni karena kurangnya keamanan. Sebab, jangkauan BRI itu sangat luas hingga pelosok desa atau unit BRI. ’’Ini kebetulan saja, bukan karena perampok mau mengincar BRI,” tegas dia.
Untuk pengawasan, BI sudah mengimbau kepada bank-bank di Lampung agar menjaga keamanan dengan baik. Misalnya ketika BI akan melakukan kas keliling, maka mesti ada pengawalan polisi. ’’Kami sebatas mengimbau. Karena ketika uang telah di bank masing-masing, maka sudah wewenang bank tersebut, bukan BI lagi. Karena itu, bank baiknya bekerja sama dengan kepolisian. Sebab, pengamanan itu sangat penting dan wajib,” katanya.
Ketika disinggung ada pengawasan atau evaluasi khusus dari BI sebagai pusatnya perbankan, Nunu mengaku tidak ada pengawasan khusus karena urusan pengawasan kemanan itu tanggung jawab perbankan bersangkutan dengan kepolisian.
’’Ya nggak ada pengawasan khusus lah Mas. Tetapi, kami sudah imbau karena uang yang disimpan itu adalah uang negara atau rakyat, maka perlu dijaga dengan baik,” tukasnya. (hyt/p2/c1/ary)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 7 Tewas, Terdakwa Kasus Tabrakan Kapal Divonis Bebas
Redaktur : Tim Redaksi