BRI Pangkas Persediaan Uang Tunai Jadi Rp 23 Triliun

Selasa, 20 Juni 2017 – 09:32 WIB
Bank Rakyat Indonesia. Foto: BRI

jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) hanya menyediakan uang tunai sejumlah Rp 23 triliun pada Lebaran tahun ini.

Jumlah itu menurun dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 30 triliun..

BACA JUGA: Sandi Cek Stok Daging Untuk Jakarta, Hasilnya....

Pengurangan itu dilakukan karena kebutuhan uang tunai selalu lebih rendah daripada persediaan.

Misalnya, dari persediaan Rp 30 triliun, penyerapan masyarakat hanya Rp 21–22 triliun.

BACA JUGA: Please, Jangan Ngebut Melebihi 40 Km per Jam di Tol Pejagan-Pemalang

”Sekarang ngapain kami sediakan uang tunai banyak-banyak, nganggurnya nanti juga banyak, enggak terpakai,” jelas Wakil Direktur Utama BRI Sunarso, Senin (19/6).

Pengurangan persediaan uang tunai juga disebabkan semakin meluasnya budaya transaksi secara nontunai.

BACA JUGA: Ooo... Ternyata Ini Alasan Slank Ogah Manggung saat Lebaran

Masyarakat semakin terdidik menggunakan fasilitas e-channel BRI.

Pemberian diskon tarif tol untuk penggunaan uang elektronik pun diyakini mendorong masyarakat mengurangi transaksi dengan menggunakan uang tunai.

Uang elektronik Brizzi sudah tersebar hingga 6,4 juta unit dan ditargetkan menjadi tujuh juta unit pada tahun ini.

Tahun lalu, intensitas transaksi nontunai di jalan tol dengan menggunakan Brizzi mencapai 60.000 kali per bulan.

Hingga pertengahan tahun ini, jumlah tersebut naik menjadi 200 ribu kali per bulan.

”Selain memanfaatkan uang elektronik, masyarakat menggunakan kartu debit dan kredit serta bertransaksi melalui handphone. Belum lagi, agen BRI-Link yang tersebar dan jumlahnya yang sekarang mencapai 110 ribu unit itu mengurangi kebutuhan uang tunai,” ucap Sunarso.

Budaya cashless tersebut juga bermanfaat untuk efisiensi perbankan.

Semakin banyak bank yang menyediakan uang tunai, biaya yang ditanggung bank kian besar. Misalnya, biaya asuransi, distribusi, dan keamanan.

Biaya penyediaan uang tunai yang besar pun dapat menghambat percepatan pertumbuhan kredit.

Padahal, likuiditas dalam sistem keuangan Indonesia masih terbatas. (rin/c23/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Tito: Tidak Boleh Ada Celah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler