Brigade Anti-Hama, Selamatkan Petani dari Teror

Minggu, 14 Januari 2018 – 20:14 WIB
Sawah di kawasan Bandung, Jawa Barat.

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal TNI (Purn) Moeldoko menilai, untuk menciptakan keamanan negara, harus menyeluruh.

Tak hanya Detasemen Khusus Anti Terorisme (Densus Anti Teror) dan Detasemen Tindak Pidana Korupsi (Densus Tipikor) yang dibutuhkan, tapi Indonesia juga perlu tim khusus untuk nenangani hama demi keamanan pangan.

BACA JUGA: Begini Cara Kementan Kendalikan Hama Wereng Cokelat

Moeldoko mengatakan, ketahanan dan kedaulatan pangan bisa jadi ancaman serius saat ini, bila petani dan pertanian Indonesia tidak dibenahi dengan sungguh-sungguh.

Sebab pertanian dan para petani Indonesia kini terus-terusan dihajar hama sebagai teror yang meruntuhkan sektor pertanian.

BACA JUGA: Menteri Amran: Serangan Hama dan Kekeringan di Bawah Ambang Batas

"Sehebat apapun persenjataan sebuah negara, keamanannya akan terancam bila sektor pangannya rapuh. Ini harus diperhatikan Indonesia. Jumlah petani Indonesia kian kecil. Perlahan, tak ada lagi generasi muda yang mau jadi petani," ujar Moeldoko di Jakarta, Minggu (14/1).

Bersama HKTI, Moeldoko juga akan membentuk tim khusus untuk mengatasi hama pertanian.

BACA JUGA: Mentan Pastikan Serangan Hama Belum Membahayakan

Tim ini akan siap selalu membantu para petani yang lahan pertaniannya diserang hama.

Selain itu, tim ini akan terus mengembangkan teknologi untuk mengatasi hama.

"Tim yang dibentuk nanti namanya Brigade Anti-Hama. Isinya orang-orang yang memiliki kompetensi tentang tumbuh dan mutasinya beragam hama yang saat ini meresahkan petani. Teknologinya juga akan terus dikembangkan," terang Moeldoko.

Menurut Moeldoko, seharusnya masyarakat dan anak-anak muda bisa memiliki kesempatan besar untuk menjadi petani yang sukses.

Jangan sampai ruang dan lahan serta kemampuan petani Indonesia kian sempit dan sulit.

"Saya bersama HKTI mau mengajar dan mengajak anak-anak muda bertani yang lebih bagus dan lebih sejahtera. Jika anak-anak muda hendak berperan mewujudkan petani dan nelayan yang sejahtera, ban­yak peluangnya," ujar mantan Panglima TNI tersebut.

Bagi Moeldoko, persoalan sektor pertanian bukan hanya urusan lahan yang kian menyusut, atau ketidakmampuan masyarakat, tetapi ada juga persoalan budaya dan teknologi yang tidak sinkron selama ini.

"Dengan teknologi dan kultur bertani yang berkembang, mestinya petani akan maju dan sejahtera. Karena itu teknologi harus bisa kita hubungkan dengan kultur kepada masyarakat, agar pertanian kita tidak stagnan atau mati," tutur pria kelahiran Kediri, Jawa Timur itu.

Karena itu, setelah dia menjadi Ketua Umum HKTI, Moeldoko langsung melakukan sejumlah pengembangan teknologi dan kultur.

Seperti kemandirian melakukan pembibitan atau benih padi M400 dan M70D.

Moeldoko mengaku, jenis padi temuannya yang diberi nama M400 dan M70D itu, merupakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan oleh para sarjana pertanian bersama masyarakat petani.

Selain itu, dia juga memperkenalkan Teknologi Moeldoko, yaitu sistem tanam yang meliputi cara tanam, benih yang baik yaitu M70D atau M400, dan pupuk organik produksi M.Tani, serta pendampingan bagi petani per 20 hektar satu orang dari M.Tani.

"Dalam waktu 70 hari, benih jenis M70D itu, bisa menghasilkan padi yang berkualitas bagus dan hasil panen yang besar. Sedangkan M400 selain tahan hama, juga bisa menghasilkan hingga 9 ton per hektar dab bisa dipanen dalam 90 hingga 100 hari," ungkap Moeldoko," pungkas Moeldoko.(flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hama Wereng Ancam Panen, Mentan Yakin Bisa Kendalikan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler