BSSN: Sampel Malware Aset Berharga

Kamis, 03 September 2020 – 20:26 WIB
Malware mengancam aplikasi. Foto: ANTARA/Shutterstoc

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Deteksi Ancaman Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Dr Sulistyo menyebut malware yang berhasil dijaring harus dipelajari dan dianalisis untuk keperluan bersama guna mendukung kepentingan nasional.

BSSN juga telah mengumpulkan lebih dari 5.600 sampel malware yang dijaring melalui program Indonesia HoneyNet Project (IHP).

BACA JUGA: Hati-Hati! 337 Aplikasi Populer Android Diincar Malware

Malware tersebut kemudian dipelajari dan dianalisis lebih lanjut untuk berbagi informasi dengan multi stakeholder di Tanah Air.

"Sekarang makin banyak pihak yang kerja sama dengan kami terkait HoneyNet ini. Karena di situ kan ada berbagai varian virus. Ada virus yang benar-benar baru dan ada virus lama yang merupakan modifikasi," kata Sulistyo dalam acara webinar bertajuk 'Kita dan Malware' melalui platform konferensi video Jumpa.id, Kamis (3/9).

BACA JUGA: Dibantu BSSN, Kemendikbud Terapkan Tanda Tangan Elektronik

Sejauh ini terdapat tiga fokus sharing informasi yang dilakukan BSSN yaitu sektor pemerintah, sektor UKM, dan sektor infrastruktur kritis.

HoneyNet yang beroperasi melalui pemasangan HoneyPot di 56 titik telah memetakan karakteristik dan jenis serangan siber ke Indonesia yang kebanyakan melalui penyebaran Malware.

BACA JUGA: Dikabarkan Sebagai Cucu Wapres Maruf Amin, Adly Fairuz Bilang Begini

"Kami sudah punya sampel unik, kami sudah tahu TTP malware-nya seperti apa, kemudian bagaimana komunikasi dengan server induknya, penyebaran malware-nya kemana. Nah, informasi ini kami kirim sebagai peringatan bersama," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN),  Syahrul Mubarak mengingatkan salah satu ancaman siber yaitu cepatnya perkembangan malicious software (malware) atau perangkat lunak berbahaya.

Sehingga kian sulit terdeteksi oleh piranti anti-malware.

Sebagai institusi pelaksana keamanan siber di Indonesia, BSSN telah menjalankan program Honeynet Project sejak 2018. Program ini berupaya memetakan serangan siber, termasuk darimana asal serangan, jenis, metode serangan, identitas, hingga pelaku serangan.

Honeynet Project tidak hanya dimanfaatkan untuk dasar pembuatan kebijakan keamanan siber nasional di BSSN saja, tapi bisa diimplementasikan oleh institusi atau lembaga lain.

“Produk Honeynet Project tersebut bisa juga dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan keamanan siber seperti misalnya institusi pemerintah, akademisi, peneliti, sektor bisnis, untuk keperluan menyusun keamanan siber di sektornya masing-masing,” kata Syahrul.

Menurut Syahrul, data-data yang didapatkan dari mendeteksi ancaman siber melalui Honeynet Project ini harus dianggap sebagai aset penting untuk kepentingan mengamankan diri sendiri tanpa bergantung sama pihak luar.

Syahrul juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap waspada terhadap ancaman siber yang terus berkembang.

“Ancaman kedaulatan akan terus berubah mengikuti perubahan zaman, kita harus tetap waspada. Kekuatan bangsa Indonesia terbangun dari gabungan kekuatan setiap individu warga negaranya, mari rapatkan barisan, samakan langkah, berkolaborasi dengan BSSN dalam memperkuat keamanan dan ketahanan siber Indonesia," serunya.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler